Home » Teori Psikologi » Teori Psikologi Sastra Menurut Para Ahli

Teori Psikologi Sastra Menurut Para Ahli

by Khanza Savitra

Psikologi dan sastra sebenarnya dua ilmu yang berbeda satu sama lainnya. Namun diantara kedua ilmu tersebut nyatanya memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Jika psikologi berarti mempelajari hal-hal mengenai ilmu kejiwaaan, sastra merupakan bidang ilmu yang mempelajari karya seni dalam hal tulis menulis. Jika digabungkan maka psikologi sastra dapat diartikan sebagai ilmu yang mendalami serta mengkaji karya sastra jika dilihat dari sudut kejiwaannya. Nah kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori psikologi sastra serta hal-hal yang terkait di dalamnya. (baca juga:Psikologi Islam )

Pengertian Psikologi Sastra Menurut Ahli

1. Menurut Wellek dan Austin (1989)

Psikologi sastra memiliki 4 pengertian di dalamnya, antara lain adalah:

  • Ilmu psikologi pengarang yang dijadikan sebagai pribadi atau tipe.
  • Studi proses kekreatifan. (baca: Psikologi Keluarga)
  • Studi tipe serta hukum hukum dalam psikologi yang diterapkan dalam sebuah karya sastra. (baca juga: Psikologi Diagnostik )
  • Dampak dari sastra kepada para pembaca. (baca: Psikologi Kognitif)

Pendapat dari Wellek dan Austin ini memang memberikan pemahaman yang luas terkait ilmu psikologi sastra. Tak hanya berperan di dalam satu unsur saja, namun juga sudah menjadi satu dengan karya seni. (baca juga:Psikologi Sastra)

2. Menurut Ratna (2004)

Psikologi sastra merupakan analisis dari teks yang lebih mempertimbangkan dari relevansi serta peranna studi psikologisnya. Dapat dikatakan bila psikologi memiliki peran yang cukup penting untuk menganalisis karya sastra dari sudut kejiwaannya, entah dari pengarang, pembaca, maupun tokoh. (baca juga:Psikologi Komparatif)

Latar Belakang Psikologi Sastra

Latar belakang dari berkembangnya pendekatan psikologi sastra dikarenakan meluasnya ajaran-ajaran Freud yang diterbitkan dalam The Interpretation of Dreaming dan Three Contributions to a Theory of Sex. Selain itu, pendekatan psikologi sastra lainnya juga muncul oleh I.A Richards yang merilis buku Principles of Literary. Di dalam buku ini dijelaskan mengenai hubungan kritik sastra dengan uraian uraian pada psikologi sistematik. Menurut Richard, bahasa kritrik sastra tersebut akan sangat mendukung pandangannya jika karya sastra adalah objek yang estetik dan tidak memiliki pengaruh. Hal ini karena sastra sendiri adalah sebuah pengalaman pribadi dari pembaca. (baca juga:Psikologi Abnormal)

Pendekatan psikologi sastra lainnya juga muncul dari Wordworth yang merupakan penyair romantil. Belia menjelaskan jika psikologi dapat digunakan untuk menguraikan sebuab puisi. Bahkan seni sastra hanya bisa didefinisikan melalui penjelasan seputar latar belakang psikologi. (baca juga:Psikologi Keperawatan )

Freud yang juga merupakan psikoanalisis juga memberikan pengaruhnya pada karya sastra. Beliau menjelaskan jika terdapat hubungan yang kuat antara karya sastra dengan penyairnya. Kreativitas dari pengarang merupakan bentuk dari sebuah pelarian. (baca juga: Psikologi Remaja)

Pendekatan Dalam Psikologi Sastra

1. Sastra Sebagai Cermin Dari Kepribadian

Sastra juga seringkali digunakan sebagai cermin dari kepribadian seseorang. Teori ini sudah lama dikembangkan di dalam bidang psikologi. Namun cerminan yang dimaksudkan disini bukan hanya dari pengarangnya saja, karena tak semua pengarang dapat masuk ke dalam karya sastra yang dibuatnya sendiri. (baca juga: Psikologi Remaja)

Kepribadian akan sangat berkaitan dengan tingkah laku dari seseorang. Sebagai penghasil dari kepribadian, manusia harus selalu bercemin dengan tingkah lakunya sendiri. Kebebasan dalam bidang sastra merupakan bentuk dari tingkah laku manusianya sendiri. Moral serta tingkah laku tersebut bisa saja mewakili suatu kelompok masyarakat jika memang sudah menjadi kebiasaan. (baca juga: Teori Belajar Behavioristik)

2. Sastra dan Teori Sigmund Freud

Teori yang paling banyak digunakan saat pendekatan analisis karya sastra adalah Teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud, psikoanalisis merupakan sebuah metode yang digunakan dalam perawatan medis bagi orang-orang yang mengidap gangguan syaraf. Psikoanalisis sendiri dapat dijadikan terapi untuk mengobat orang-orang dengan gangguan tersebut. Psikoanalisis lebih cenderung ke dalam psikologi ketidaksadaran, dan lebih memfokuskan diri pada bidang motivasi, konflik, mimpi, serta sifat karakter.  (baca juga: Psikologi Forensik)

3. Metode Telaah Perwatakan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika karya sastra akan sangat berkaitan dengan tokoh fiksional dari karya-karya yang diciptakan oleh pengarangnya. Agar membuat cerita lebih menarik, tentu asaja dibutuhkan karakter-karakter yang tak lazim dan aneh sehingga menjadi ketertarikan sendiri bagi pembacanya. Karakter dan perilaku ini yang nantinya akan terkait dengan masalah kejiwaan dari seseorang dan menjadi masalah dalam hal psikologis.

Selama ini banyak yang memperdebatkan jika telaah sastra menjadi sebuah telaah psikologi. Padahal, hal ini sangatlah berbeda. Sehingga agar telaah sastra psikologis tetap dalam hakikatnya maka disampaikanlah dalam bentuk metode perwatakan. Metode-metode tersebut biasanya dalam bentuk seperti berikut. (baca juga: Psikologi Warna)

  • Metode Telling (Langsung)

Metode ini lebih mengandalkan mengenai pemaparan dari watak tokoh yang langsung dari komentar pengarangnya. Melalui metode ini, keikutsertaan dari pengarangnya dalam penyajian perwatakan tokoh. Sehingga para pembaca lebih memahami karakter dari tokoh tersebut. Metode langsung ini meliputi nama tokoh, karakterisasi penampilan tokoh, serta karakterisasi dari penjelasan pengarang. (baca juga: Psikologi Kepribadian)

  • Metode Showing (Tak Langsung)

Lebih memperlihatkan mengenai cara pengarang untuk menempatkan diri di luar dari kisah dengan memberikan kesempatan bagi para tokoh untuk menampilkan watak dan karakter dari dialog-dialog yang ada. Metode Showing ini meliputi dari dialog, tingkah laku, serta karakterisasi dari dialog yang ada. (baca: Psikologi Sosial)

  • Teknik Sudut Pandang

Salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai sarana dari cerita yang ada. Pemilihan sudut pandang tentu saja tak akan mempengaruhi dari penyajian cerita, namun akan lebih mempengaruhi alur dari cerita. Sudut pandang merupakan teknik yang dipilih penulis dalam menyampaikan gagasan gagasan cerita melalui kacamata karakter di dalamnya. (baca: Psikologi Anak)

  • Gaya Bahasa (Smile, Metafor, Simbol dan Personafikasi)

Smile merupakan perkataan perbandingan yang digunakan untuk objek dan subjek yang berkaitan seperti umpama, laksana, dan lainnya. Majas Metafora merupakan majas perbandingan yang digunakan untuk membandingkan langsung dan tepat mengenai dasatr sifat yang sama ataupun hampir sama. Simbol yang ada di dalam sastra dapat berupa ungkapan yang tertulis, latar, benda, peristiwa, serta perwatakanyang digunakan untuk memperkuat makna secara keseluruhan. Majas personafikasi merupakan majas yang digunakan untuk membandingkan dari benda mati yang seolah-olah berubah menjadi benda hidup.

Nah itu tadi beberapa penjelasan mengenai teori psikologi sastra. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.

Artikel Psikologi Lainnya

You may also like