Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Abnormal » Psikologi Abnormal – Pengertian, Obyek Kajian, dan Penjelasannya

Psikologi Abnormal – Pengertian, Obyek Kajian, dan Penjelasannya

by Khanza Savitra

Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang psikologi dalam bidang klinis dimana ia mempelajari pola perilaku abnormal dan menggunakan cara tertentu untuk membantu orang yang mengalami abnormalitas. Cakupan psikologi abnormal lebih luas dari sekedar gangguan psikologi. Studi mengenai gangguan mental secara umum dikaitkan dengan perspektif model medis (medical model). Model ini menganggap perilaku abnormal adalah efek dari gangguan atau penyakit yang menjadi dasar dari model itu sendiri.

Baca juga:

Psikologi abnormal memiliki beragam istilah yang spesifik. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam menyebut perilaku abnormal dalam psikologi abnormal adalah mental disorder, perilaku maladaptive, emotional discomfort, mental illness, psikopatology dan gangguan mental.

Pengertian Psikologi Abnormal menurut Para Ahli

  • Menurut Singgih Dirgagunarsa, Psikologi abnormal atau disebut juga psikopatologi merupakan bidang psikologi yang kaitannya dengan hambatan atau kelainan kepribadian, dimana ini menyangkut isi dan proses kejiwaan.
  • Sedangkan menurut Kartini Kartono, Psikologi abnormal merupakan cabang ilmu psikologi yang menyelidiki bentuk abnormalitas jiwa dan gangguan mental.

Terdapat dua pokok definisi psikologi abnormal, yaitu:

  1. Psikologi abnormal adalah cabang ilmu psikologi yang dikhususkan dalam bidang tertentu terutama membahas abnormalitas
  2. Psikologi abnormal membahas bentuk gangguan dan kelainan baik itu proses (penyebab, manifestasi serta akibat) maupun isi.

Baca juga: Psikologi Kepribadian

Pendekatan Psikologi Abnormal

Konsep abnormalitas dapat ditinjau dari beberapa sisi, seperti berikut ini:

1. Statistical infrequency

Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dalam mendefinisikan konsep abnormalitas. Semua variabel yang akan diukur terlebih dahulu didistribusikan ke dalam suatu kurva normal. Kurva normal ini berbentuk seperti lonceng. Sebagian besar orang akan berada pada bagian tengah kurva. Abnormalitas dapat dilihat di kedua ujung kurva dan tidak berada di tengah kurva atau tidak masuk dalam bagian lonceng.

Abnormalitas menurut konsepsi statistik biasanya digunakan dalam bidang psikologi atau bidang medis. Sebagai contoh dalam pengukuran intelegensi, ketrampilan membaca, tekanan darah, berat badan dan sebagainya. Meski masuk dalam konsep abnormal, namun jarang digunakan istilah abnormal dalam bidang ini. Orang dengan IQ yang berada di sebelah kanan dan termasuk abnormalitas misalkan IQ 150 disebut jenius bukan abnormal. Perlu adanya informasi lain yang mendukung apakah suatu perilaku termasuk normal atau tidak normal. Baca juga: Psikologi Sosial

2. Unexpectedness

Perilaku abnormal dengan pendekatan ini didefinisikan debagai suatu reflek atau bentuk dari respon yang tidak diharapkan akan terjadi. Respon seperti cemas dengan tiba-tiba saat berada dalam tengah suasana dimana keluarga berbahagia atau repon kekhawatiran akan ekonomi keluarga sementara keadaan ekonomi keluarga tengah sangat baik. Respon-respon ini tidak diharapkan terjadi masuk dalam perilaku abnormal.

3. Personal distress

Perilaku akan dianggap sebagai abnormal jika perilaku menimbulkan penderitaan bagi individu atau perilaku tersebut menyengsarakan individu. Tidak semua disorder atau gangguan akan menyebabkan distress. Sebagai contoh adalah psikopat yang melukai orang lain tanpa merasa bersalah dan tidak ada kecemasan dalam melakukan tindakan melukai. Dalam konsep ini, tidak semua kesakitan dan penderitaan dikatakan abnormal, seperti sakit karena suntikan. Kriteria dalam konsep ini dikatakan subyektif karena sulit untuk menentukan standar tingkat distress yang dapat diberlakukan secara umum.

Baca juga: psikologi konseling

4. Violation of norms

Konsep ini mendefinisikan perilaku abnormal dengan mengkaitkannya dengan konteks sosial di lingkungan perilaku tersebut. Ketika perilaku sesuai dengan norma masyarakat maka perilaku dapat dikatakan normal. Jika perilaku bertentangan dengan norma dimana perilaku dilakukan maka perilaku disebut sebagai abnormal. Konsep ini mempertimbangkan relatifitas perilaku dengan norma masyarakat dan budaya yang ada dalam lingkungan dan pada saat yang sama.

Tahun 1970, homoseksual dianggap sebagai perilaku abnormal di Amerika namun perilaku ini disebut normal sekarang. Konsep ini dapat membantu mengklarifikasi relativitas definisi abnormal dengan menyesuaikan budaya dan sejarah namun kriteria tidak akan cukup dalam mendefinisikan abnormalitas.

5. Disablitity

Abnormalitas dapat menyebabkan individu kesulitan dalam mencapai tujuan. Abnormalitas dapat mengakibatkan kesulitan mengoptimalkan fungsi akademik bagi pemakai narkoba. Tidak hanya itu pemakai narkoba juga dapat kesulitan menjalankan pekerjaan serta fungsi sosial. Ketidakmampuan ini menyebabkan pemakaian narkoba disebut sebagai abnormalitas. Konsep ini tidak menjelaskan dengan gamblang apakah orang abnormal akan mengalami disability.

Baca juga: Psikologi Keperawatan

Konsep abnormalitas juga dapat ditinjau dari beberapa hal berikut ini:

Menurut konsep statistik

Konsep ini sama dengan Statistical infrequency. Sesuatu gejala dikatakan abnormal jika mengalami penyimpangan dari mayoritas atau kurva. Konsep ini menyatakan bahwa simpangan dari kurva normal merupakan abnormal, seperti idiot dan jenius sama-sama abnormal namun berbeda sisi.

Menurut konsepsi penyesuaian diri

Jika seseorang mampu menangani masalah atau berhasil dalam menangani masalah, maka ia dikatakan memiliki penyesuaian yang baik. Seseorang dengan penyesuaian yang baik dikatakan memiliki jiwa yang normal. Sebaliknya, jika individu menunjukkan kecemasan dalam menghadapi masalah atau individu mengalami ketakutan, kesedihan dan sebagainya sehingga masalah tidak terpecahkan, maka individu dianggap penyesuaian dirinya tidak baik. Hal ini mengarah pada abnormalitas.

Menurut konsepsi patologis

Perilaku individu akan dinyatakan tidak normal jika ditemukan simptom-simptom klinis tertentu. Simptom-simptom tersebut contohnya adalah obsesi, halusinasi, fobia dan sebagainya. Individu yang tidak menunjukkan simptom klinis dikatakan sebagai individu yang normal.

Baca juga: Psikologi Sastra

Menurut kematangan pribadi

Seseorang dikatakan normal dalam konsep ini jika individu menunjukkan kematangan pribadi. Kematangan pribadi diketahui dengan menyesuaikan perilaku individu dengan tingkat perkembangan. Jika perilaku dan tingkat perkembangan sesuai, maka individu dikatakan normal. Sebaliknya, jika individu tidak menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tingkat perkembangan maka individu dikatakan abnormal.

Menurut konsepsi Sosio-kultural

Masyarakat selalu memiliki norma dan nilai yang digunakan dalam mengatur perilaku anggotanya. Individu dituntut untuk mengikuti seperangkat nilai dan norma yang ada di masyakat dimana ia berada. Individu harus mampu menyesuaikan diri dengan nilai dan norma tersebut. Jika individu menyimpang dari norma yang ada di lingkungannya maka ia dikatakan abnormal, namun jika individu mampu menyesuaikan dengan lingkungan maka individu disebut normal.

Baca juga: Psikologi Forensik

Teori Psikologi Abnormal

Sama dengan cabang cabang psikologi lainnya, terdapat beberapa aliran teori yang menjadi dasar perkembangan psikologi abnormal, antara lain:

  • Psikodinamika

Model Psikodinamika diajukan oleh Sigmund Freud. Model ini disebut juga sebagai psychoanalyic theory atau teori psikoanalisis. Psikodinamika meyakini bahwa terdapat tiga struktur dalam kepribadian yaitu id, ego dan superego. Ketiga struktur ini menjadi kekuatan yang saling bertentangan. Fungsi keseimbangan yang dinamis antara id, ego, superego sebagai struktur psikis merupakan kesehatan mental.

  • Behaviorisme

Model behaviorisme disebut juga sebagai model belajar. Teori ini dikemukkan oleh John B. Watson dan Ivan Pavlov. Model ini meyakini adanya peran dari belajar untuk menjelaskan perilaku baik itu perilaku normal maupun abnormal. Abnormal dipandang melalui perspektif model behaviorisme, memiliki cerminan pembelajaran dan perolehan perilaku yang tidak adaptif atau tidak sesuai.

Baca juga: Psikologi Anak

  • Kognitif-Sosial

Albert Bandura, Walter Mischel dan Julian B Rotter menjadi kontributor teori kognisi-sosial. Teori ini berfokus pada peranan kognisi atau proses berpikir belajar dengan melalui pengamatan ataupun modeling dari perilaku manusia lain. Individu dan lingkungan saling memberi pengaruh.

  • Humanistik

Teori Humanistik dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Carl Rogers. Berdasarkan teori ini, ada dorongan untuk mencapai self actualization atau aktualisasi diri. Aktualisasi diri dimaksud dengan menjadi apapun yang mampu kita raih. Terdapat beberapa tahap kebutuhan sebelum individu mencapai aktualisasi diri. Teori ini percaya bahwa manusia adalah aktor dan bukan reaktor dalam kehidupan. Perilaku abnormal ditinjau dari teori ini merupakan hasil dari perkembangan konsep diri yang mengalami gangguan.

  • Kognitif

Teori kognitif digunakan dalam pola perilaku abnormal adalah model yang dikembangkan oleh Psikiater Aaron Beck dan Psikolog Albert Ellis. Model ini menggunakan pendekatan pemrosesan informasi untuk menjelaskan pola perilaku abnormal. Distress emosional terjadi karena keyakinan yang dimiliki oleh seseorang mengenai pengalaman hidup mereka.

  • Diatesis Stres

Diatesis merupakan suatu predisposisi atau kerentanan pada gangguan tertentu. Teori diatesis stres menjelaskan bahwa masalah – masalah yang terjadi dari perilaku abnormal meliputi interaksi antara peristiwa dan kerentanan. Peristiwa dapat menyangkut pengalaman kehidupan yang penuh stress.

Baca juga: Psikologi Kognitif

Ruang Lingkup Psikologi Abnormal

Secara garis besar, psikologi abnormal menangani beberapa hal, yaitu assessment, intervensi dan penelitian.

Assesment

Asessment adalah suatu proses dimana informasi mengenai subyek atau klien dikumpulkan. Assesmen bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan informasi yang mendetil tentang seseorang. Informasi dari assesmen juga digunakan untuk mengambil keputusan yang akan disampaikan. Assesmen dilakukan melalui beberapa langkah antara lain survey, riset, observasi, eksperimen, pengembangan teori dan studi kasus klinis.

Intervensi

Intervensi adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah beberapa aspek dari seseorang seperti pikiran, perilaku dan perasaan. Intervensi dilakukan agar seseorang menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupannya. Dalam psikologi, intervensi klinis dilakukan untuk membantu seseorang dalam menangani masalah sehingga dapat mengembangkan hidup yang memuaskan.

Baca juga: Psikologi Keluarga

Penelitian

Penelitian dalam psikologi abnormal dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori serta bagaimana praktek dari teori. Penelitian psikologi abnormal juga dilakukan untuk memahami keunikan individu mulai dari perasaan, perilaku dan pikiran.

Baca juga: Psikologi pendidikan

Perkembangan Abnormalitas

Abnormalitas dapat muncul dan berkembang karena beberapa faktor tertentu. Berikut ini faktor-faktor yang menentukan abnormalitas dapat dikelompokkan berdasar tahap berfungsi dan sumber asal. Berikut ini penjelasannya:

Menurut Tahap Berfungsi

  • Penyebab Primer

Primary cause atau penyebab primer adalah kondisi dimana ada suatu gangguan yang muncul dan menyebabkan abnormalitas. Pada kasus paresis general ditemukan infeksi sipilis menyerang sistem saraf. Paresis general merupakan suatu psikosis dimana ia disertau kelumpuhan atau paralysis yang dapat berkembang secara bertahap hingga penderita mengalami lumpuh total. Tanpa adanya infeksi sipilis, seseorang tidak akan mengalami paresis general. Dengan kata lain, paresis general dipicu terutama oleh satu kondisi yaitu infeksi sipilis.

  • Penyebab Predisposing

Penyebab predisposing digunakan untuk menyebutkan kondisi yang dapat memicu terjadinya gangguan. Kondisi ini membukakan jalan munculnya gangguan tertentu yang dapat muncul di masa mendatang. Rejected child akan lebih rentang mengalami tekanan hidup saat dewasa dibandingkan dengan orang yang mendapatkan rasa aman saat anak-anak.

Baca juga: Psikologi eksperimen

  • Penyebab Pencetus

Penyebab ini digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi yang tidak dapat ditahan oleh individu sehingga gangguan muncul. Contoh dari gangguan ini adalah seseorang yang mengalami gangguan setelah gagal dalam berbisnis atau gagal menjalin hubungan. Orang-orang yang mengalami situasi dan kejadian yang sama belum tentu mengalami gangguan mungkin hanya beberapa orang saja.

  • Reinforcing Cause

Reinforcing cause atau penyebab yang menguatkan digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi dimana seseorang mempertahankan perilaku maladatif. Penyebab ini dapat berkaitan dengan lingkungan individu dan bukan dari individu sendiri. Perhatian yang berlebih saat seseorang sedang sakit mungkin akan menimbulkan sifat yang kurang bertanggungjawab yang dapat menghalangi proses penyembuhan.

  • Hubungan dari Faktor Penyebab

Biasanya gangguan perilaku tidak hanya disebabkan oleh penyebab tunggal. Ada serangkaian faktor dan penyebab yang membuat kompleksitas. Hubungan penyebab-penyebab ini saling mempengaruhi dan menjadi sumber penyebab abnormalitas yang kompleks. Hal ini dimaksudkan bahwa abnormalitas dapat terjadi karena adanya reinforcing cause, penyebab primer, penyebab pencetus dan penyebab predisposing yang terjadi pada individu.

Menurut Sumber Asal

Sebab abnormalitas menurut sumber asalnya dapat digolongkan menjadi:

  • Faktor Biologis

Keadaan fisik atau biologis dapat berpengaruh pada abnormalitas seseorang. Keadaan biologis akan menghambat fungsi biologis atau menjadi penghambat perkembangan seseorang. Faktor biologis dapat mempengaruhi segala aspek dalam diri individu seperti kecerdasan, daya tahan dan sebagainya,

  • Faktor Sosiokultural

Faktor sosiokultural berhubungan dengan tuntutan masyarakat yang menimbulkan tekanan bagi diri individu. Tekanan ini selanjutnya dapat menimbulkan gangguan.

  • Faktor Psikososial

Faktor psikososial diklasifikasikan menjadi beberapa hal seperti adanya trauma pada masa anak, deprivasi parental, struktur keluarga patogenik dan hubungan anak dan orang tua yang patogenik.

  1. Adanya trauma pada masa kanak-kanak.

Trauma psikologis pada masa kanak-kanak dapat menjadi pengalaman yang buruk. Pengalaman ini dapat menghambat rasa mampu, harga diri serta rasa aman yang dapat memunculkan luka psikologis. Luka psikologis ini akan sulit untuk disembuhkan sepenuhnya. Bahkan trauma psikologi sdapat dibawa hingga dewasa oleh anak-anak sehingga menimbulkan kondisi dan perilaku tertentu yang mengarah pada abnormalitas.

  1. Hubungan anak dan orangtua yang patogenik.

Hubungan antara orang tua dengan anak yang tidak serasi dapat menimbulkan abnormalitas terutama masalah atau gangguan tertentu pada anak.

  1. Deprivasi parental.

Deprivasi parental merupakan suatu kondisi dimana anak tidak mendapat kesempatan merasakan rangsangan emosi orang tua. Rangsangan emosi ini dapat berupa rangsangan intelektual, kehangatan, sosial dan emosional. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan deprivasi parental yaitu seringnya orangtua meninggalkan anak atau perhatian orangtua yang kurang terhadap anak.

  1. Stres berat.

Stres sebenarnya dibutuhkan oleh semua orang, namun stres yang berlebihan dan menekan secara psikologis dapat memicu berbagai gejala seperti konflik nilai, frustasi dan tekanan hidup. Hal-hal ini dapat memunculkan perilaku yang abnormal pada individu.

  1. Struktur keluarga patogenik.

Struktur keluarga juga dapat memicu kemunculan abnormalitas. Keluarga menentukan corak komunikasi antar anggota keluarganya. Jika pola komunikasi dalam keluarga kurang sehat maka pola gangguan perilaku dapat muncul di sebagian anggotanya. Keluarga yang anti sosial dapat mengembangkan nilai yang berlawanan dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Hal ini dapat memicu abnormalitas pada anggota keluarga. Keluarga yang tidak berhasil mengatasi masalah sehari-hari juga dapat memicu abnormalitas pada anggota keluarganya.

Masalah tidak dapat diatasi karena orangtua yang kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan atau kurangnya sumber daya. Masalah yang tidak terselesaikan pada keluarga dapat menimbulkan perilaku abnormal pada anggotanya. Keluarga yang tidak utuh dan keluarga yang bermasalah atau tidak akur juga dapat meicu abnormalitas pada anggota keluarga.

Obyek Kajian Psikologi Abnormal

Psikologi abnormal sangat berhubungan dengan gangguan psikologis. Para ahli psikologi abnormal biasanya melakukan klasifikasi terhadap gangguan psikologis didasarkan pada DSM dan PPDGJ untuk Indonesia. Berikut ini beberapa contoh golongan dari gangguan psikologis:

a. Gangguan Kecemasan dan Peristiwa Traumatis

Kecemasan merupakan sesuatu yang normal, kecemasan dikatakan sebagai gangguan jika individu tidak mampu mengatasi kecemasan padahal mayoritas orang dapat menangani kecemasan tersebut tanpa kesulitan. Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat mengalami kecemasan di situasi tertentu dimana orang lain tidak mengalaminya. Berdasarkan DSM IV gangguan kecemasan, meliputi:

  1. Gangguan panik dengan agoraphobia.
  2. Gangguan panik tanpa agoraphobia.
  3. Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik.
  4. Phobia sosial.
  5. Phobia spesifik.
  6. Gangguan stres pasca traumatik.
  7. Gangguan stres akut.
  8. Gangguan obsesif-kompulsif.
  9. Gangguan kecemasan umum.
  10. Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi.

b. Gangguan Suasana Perasaan

Gangguan suasana perasaan mengacu pada gejala yang dapat menimbulkan perubahan suasana perasaan seseorang dengan ekstrim, perubahan suasana perasaan ini dapat bertahan dalam jangka waktu lama sehingga menganggu tanggungjawab normal. Beberapa jenis gangguan perasaan adalah sebagai berikut:

  • Episode maniac.
  • Unipolar atau gangguan depresi.
  • Gangguan distimik.
  • Gangguan bipolar atau perubahan mood.
  • Gangguan siklotimik.
  • Kehilangan.
  • Bunuh diri.

c. Gangguan kepribadian

Gangguan kepribadian merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kondisi dimana cara memahami situasi, cara berpikir dan hubungan individu dengan oranglain tidak berfungsi. Gangguan kepribadian memiliki potensi untuk merusak diri sendiri dan individu dapat berperilaku acuh pada situasi disekitarnya. Berikut ini beberapa jenis gangguan kepribadian:

  • kepribadian paranoid, skizoid, skizotipe.
  • kepribadian histrionik, narcisistik, antisosial.
  • kepribadian aviodan, tergantung, kompulsif, agresif pasif.

d. Gangguan Perkembangan Anak

Gangguan perkembangan kanak adalah gangguan yang dapat dialami di masa kanak-kanak, dimana perkembangan anak tidak sesuai dengan usianya dan tidak seperti anak-anak seusianya.

e. Penyalahgunaan Zat

Penyalahgunaan zat digunakan untuk menyebutkan perilaku dengan mengkonsumsi zat tertentu yang beresiko membahayakan diri sendiri dan orang lain. Penyalahgunaan zat adalah pola berulang yang bersifat merusak.

f. Gangguan Schizophrenia

Schizophrenia merupakan gangguan psikologis yang membuat penderita mengalami beberapa hal seperti perubahan perilaku, halusinasi, delusi dengan membuat pikirannya kacau. Penderita schizophrenia kesulitan dalam membedakan pikirannya sendiri dan kenyataan.

g. Gangguan Somatoform dan Disasosiatif

Gangguan somatoform adalah gangguan yang memberikan dampak pada gejala fisik. Orang dengan gangguan somatoform dapat merasa pusing, mual, nyeri dan sebagainya namun tidak ada penjelasan medis. Terkadang keluhan somatik bisa sangat parah dan mengganggu. Jenis gangguan somatoform antara lain:

  • Somatization Disorder.
  • Pain Disorder.
  • Body Dysmorphic Disorder.
  • Conversion Disorder.
  • Hypochondriasis.

h. Gangguan Perilaku Makan dan Tidur

Pola makan yang terganggu adalah karakteristik gangguan makan. Pola makan menjadi maladaptif. Jenis gangguan makan antara lain anoreksia nervosa, bulimia nervosa dan gangguan makan lainnya. Gangguan tidur mengacu pada pola tidur yang bermasalah. Gangguan tidur dibagi menjadi dua katergori yaitu dissomnia dan parasomnia.

Metode dalam Psikologi Abnormal

Psikologi abnormal menerapkan beberapa metode ilmiah dalam menjalankan penelitian. Metode-metode ini digunakan dan dilakukan agar hasil dari penelitian dapat mendekati kebenaran. Berikut ini metode-metode yang digunakan dalam penelitian perilaku psikologi abnormal:

a.Metode Observasi Naturalistik

Metode observasi naturalistik merupakan metode yang digunakan untuk mengamati perilaku di tempat dimana perilaku terjadi dan secara natural. Peneliti mengamati perilaku subyek secara alami dan tanpa ada situasi yang dibuat-buat.

b.Metode Eksperimental

Metode eksperimental memungkinkan peneliti untuk menyelidiki hubungan kausal. Peneliti dapat memanipulasi situasi atau hal tertentu yang menjadi faktor kausal kemudian melihat hasil dan mengukurnya dalam kondisi yang terkontrol. Faktor-faktor dalam penelitian dapat dilihat dengan meminimalkan resiko dari faktor lainnya.

c.Metode Korelasional

Metode korelasi digunakan dengan melakukan pengukuran statistik antara dua atau lebih variabel. Pada metode ini peneliti dapat melihat hubungan antara dua atau lebih variabel. Kelemahan dari metode ini peneliti tidak dapat menyelidiki suatu gejala dengan mendetail karena hanya sebatas menguji hubungan.

d.Metode Epidemiologik

Metode epidemiologik memungkinkan peneliti untuk menganalisis perilaku dari berbagai kelompok populasi atau berbagai setting. Metode ini dapat memperlihatkan faktor penyebab yang berpotensi dari munculnya gangguan. Peneliti juga dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kelompok berdasarkan karakteristik tertentu sehingga peneliti dapat membedakan kelompok tersebut.

e.Metode Studi Kasus

Studi kasus banyak digunakan dalam penelitian psikologi abnormal. Metode studi kasus bahkan dapat mempengaruhi perkembangan teori serta cara menangani perilaku yang abnormal.

Manfaat Psikologi Abnormal

Psikologi abnormal dapat memberikan manfaat, antara lain:

  • Mempelajari psikologi abnormal, maka individu akan mendapatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai jenis, gejala, pencegahan, penyebab dan penanganan dari perilaku abnormal.
  • Psikologi abnormal dapat dimanfaatkan dalam bidang konseling dan psikiatri untuk membantu memahami subyek atau klien.
  • Bagi konselor, pemahaman mengenai psikologi abnormal dapat membantu dalam melakukan penanganan dan pencegahan gangguan psikologis pada peserta didik.
  • Individu yang mengalami abnormalitas dapat melakukan fungsi sosial dengan normal
  • Psikologi abnormal juga memiliki manfaat bagi keilmuannya, antara lain mengembangkan metode intervensi, penelitian serta berbagai alat bantu untuk memudahkan intervensi klinis pada subyek yang teridentifikasi mengalami abnormalitas.

Itulah informasi terkait dengan psikologi abnormal. Secara spesifik, psikologi abnormal masuk ke dalam psikologi klinis.

You may also like