Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Kognitif » 5 Teori Psikologi Kognitif Menurut Para Ahli

5 Teori Psikologi Kognitif Menurut Para Ahli

by Titi Rahmah

Psikologi kognitif adalah subdisiplin psikologi yang menggunakan metode ilmiah untuk menjawab pertanyaan dasar tentang cara kerja pikiran kita. Ditemukan melalui penelitian  terkontrol, psikologi kognitif berupaya menjelaskan  proses berpikir yang sering kita lakukan setiap hari.

Psikologi kognitif berfokus pada perhatian manusia, kesadaran, pemrosesan informasi, dan memori. Selain itu, masalah pemikiran lain seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan kecerdasan juga merupakan bidang studi utama dalam psikologi kognitif.

Psikolog kognitif percaya bahwa pikiran manusia seperti sistem pemecahan masalah yang aktif dan bekerja secara sadar. Tentu saja, pandangan seperti itu sangat bertolak belakang dengan pandangan para behavioris yang memandang perilaku mekanistik sebagai bentuk stimulus-respons dan termasuk pada jenis pendekatan psikologi kognitif yang  terutama digerakkan oleh lingkungan.

Di sisi lain, pandangan psikologi kognitif juga berbeda dengan aliran Freudian yang memandang perilaku manusia lebih dibimbing dan diarahkan oleh insting dan kekuatan yang berasal dari alam bawah sadar manusia. Berikut beberapa teori psikologi kognitif menurut para ahli, yaitu:

1. Chaplin

Menurut Chaplin, istilah psikologi kognitif adalah salah satu bidang atau bidang psikologi manusia yang mencakup perilaku mental yang berkaitan dengan pemahaman, perhatian, pemrosesan informasi, pemecahan masalah, niat dan keyakinan. Ranah kognitif dan ranah sensorik hampir memiliki kesamaan perspektif terkait dengan konasi (kehendak) dan perasaan (cinta).

2. Santrock

Menurut Santrock, psikologi kognitif adalah cara berpikir yang mengacu pada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke dalam pikiran, disimpan dan diubah, serta diingat dan digunakan dalam aktivitas yang kompleks seperti berpikir. Berdasarkan teori yang telah dijelaskan menurut pandangan Santrock, kita memahami bahwa aspek kognisi dalam konseling maupun dalam psikologi itu sendiri merupakan area perkembangan individu yang mengacu pada kemampuan mental dan aktivitas yang berkaitan dengan proses penerimaan, pengolahan, pemilahan serta penggunaan informasi berupa pemikiran, pemecahan masalah dari yang umum sampai pada yang konkrit serta pemecahan-pemecahan rekonsiliasi.

3. Maria

Psikologi kognitif sering digabungkan/diparalelkan dengan pengertian psikologi secara umum. Psikologi menurut asalnya dari Yunani yaitu “psyche” yang berarti jiwa serta logos yang memiliki arti “kata“. Pengertian psikologi itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari  tingkah laku dan proses mental/kejiwaan.

Psikologi kognitif adalah salah satu ilmu psikologi. Awal mula istilah psikologi kognitif yaitu dari hasil pengamatan dan data secara empiris dan sistematis kemudian dikembangkan menjadi sebuah acuan teori dan dasar dalam ilmu psikologi.

4. Immanuel Kant, Rene Descartes dan Pluto

Menurut Immanuel Kant, Rene Descartes dan Pluto salah satu ilmuwan yang mengungkapkan teori perkembangan kognitif menurut psikologi yang dimulai dengan rasionalisme, psikolog gestalt juga mengatakan bahwa manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan, bahkan mendistorsi atau membuat kesalahan serta menginterpretasikan fakta  lingkungan.

Lebih jauh lagi, menurut Bandura, saat kita meniru perilaku baru orang lain, itu karena kemampuan kognitif. Dengan bantuan keterampilan kognitif simbolik, orang dapat menyalurkan apa yang telah mereka pelajari atau menggabungkan apa yang telah mereka amati dalam situasi  berbeda ke dalam perilaku baru.

5. Neisser

Neisser mendefinisikan psikologi kognitif ini sebagai proses dimana “input sensorik dimodifikasi, dikurangi, dikembangkan, disimpan, diadaptasi, dan digunakan sebagai pemikiran yang berhubungan dengan segala sesuatu yang mampu dilakukan manusia.”

Dengan demikian, psikologi kognitif berurusan dengan pikiran, persepsi, dan imajinasi, ingatan, pemecahan masalah, pemikiran dan fungsi mental terkait.  Sembilan tahun kemudian, Neisser menerbitkan Cognition and Reality (1976), di mana dia mengungkapkan ketidakpuasannya dengan penyempitan posisi kognitif dan ketergantungannya yang lebih besar pada situasi laboratorium daripada kondisi aktual di mana data dikumpulkan.

Dia bersikeras bahwa hasil penelitian psikologis harus valid secara ekologis. Ini berarti bahwa mereka harus digeneralisasikan ke situasi di luar batas ruang laboratorium. Selain itu, Neisser menegaskan bahwa psikologi kognitif harus dapat menerapkan temuannya pada masalah praktis untuk membantu orang mengatasi masalah pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Maka Neisser menjadi tidak puas dan menyimpulkan bahwa gerakan psikologi kognitif tidak memberikan banyak kontribusi bagi pemahaman  psikologi tentang bagaimana orang menghadapi masalah, dan bahwa orang yanh luar biasa yang mendirikan psikologi kognitif sangat terbuka terhadap kritik dan menantang gerakan  seperti yang dia lakukan behaviorisme.

You may also like