Home » Teori Psikologi » 7 Prinsip Teori Psikologi Kepribadian Alfred Adler

7 Prinsip Teori Psikologi Kepribadian Alfred Adler

by Titi Rahmah

Teori Adler dalam psikologi kepribadian dapat dipahami melalui konsep dasar yang ia gunakan untuk membahas kepribadian. Dari perumusan asli teori perilaku manusia hingga kematiannya, dia menyajikan garis pemikiran evolusioner yang dalam beberapa kasus yang masuk akal, sangat menarik.

Dia tidak pernah mengkontradiksi karya sebelumnya, dia menunjukkan metamorfosis dari ide pemikiran baru menjadi ide yang sangat kompleks dan komprehensif tentang fenomena kompleksitas perilaku manusia. Ini benar-benar memperkuat posisi teorinya. Dalam pemikiran Adler evolusi merupakan sesuatu yang mencerminkan kepribadian atau perilaku manusia.

Dimulai dengan keterikatan yang meningkat pada manusia, yang mengarah pada agresivitas sebagai makhluk, ada konsep luas yang mengakhiri gagasan tentang seks sebagai hal utama yang mendorong manusia dan mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk kompleks yang mencari kekuatan tertinggi.

Pada akhirnya, Adler menyimpulkan bahwa motivasi sejati manusia adalah mencari dan menjadi lebih baik. Adler percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial yang bertanggung jawab. Ia percaya bahwa manusia dilahirkan dengan kesadaran sosial dan hanya paksaan (kompensasi) yang membuat mereka bertanggung jawab kepada orang lain untuk mencapai kesejahteraan yang baik bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Akhirnya, Adler menjadi yakin bahwa manusia adalah makhluk dengan minat sosial yang sangat dalam.

Teori psikologi kepribadian individu Adler memiliki tujuh prinsip, yaitu :

1. Prinsip rasa rendah hati (Inferiority Principle)

Prinsip teori kepribadian Alfred Adler dimana ia percaya bahwa manusia dilahirkan dengan rasa rendah diri. Begitu individu menyadari keberadaannya, ia merasa rendah diri dengan perannya di lingkungan. Manusia melihat bahwa banyak makhluk lain memiliki kemampuan untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat mereka capai.

Perasaan rendah diri ini terjadi ketika orang ingin bersaing dengan kekuatan dan kemampuan lain. Misalnya, anak merasa kurang mandiri dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu, ia terpaksa mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi.

Ketika kita mencapai tingkat perkembangan tertentu, kita akan merasa kurang mencapai tingkat selanjutnya dan seterusnya, sehingga orang dengan harga diri rendah dampaknya terdorong untuk mencapai perbaikan diri. Teori ini muncul ketika Adler melakukan pengamatan kepada pasien yang mengalami sakit di bagian tubuh tertentu. Adler mengungkapkan bahwa rasa sakit tersebut merupakan cara pemilihan pada kondisi tubuh.

Menurut Adler, situasi ini disebabkan oleh ketidaksempurnaan di area tubuh yang katanya menyebabkan inferioritas. Jadi, orang terlahir tidak sempurna atau mungkin memiliki kelemahan organ. Adanya stres menyebabkan gangguan pada organ yang lemah ini.

Itulah sebabnya setiap orang selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengimbangi kelemahannya.Dalam hal ini, upaya kompensasinya ditentukan oleh gaya hidup dan pengejaran kesempurnaan. Sehubungan dengan perasaan rendah hati dalam kondisi organik, Adler mencetuskan istilah Weekness (Kelemahan).

Weekness (Kelemahan) menjelaskan perasaan rendah hati atau rendah diri yang diasosiasikan dengan kelemahan dan feminity (feminitas). Istilah ini merupakan kunci dinamika kepribadian manusia karena merupakan usaha individu untuk mencapai keadaan yang kuat untuk mengimbangi perasaan rendah hati.

2. Prinsip keunggulan (Superiority Principle)

Melihat prinsip yang lebih tinggi terpisah dari prinsip yang lebih rendah adalah salah. Padahal, kedua prinsip ini saling terkait erat dan saling melengkapi. Namun, karena kedua konsep tersebut berbeda secara fundamental, pembahasannya juga berbeda, meskipun tidak dapat dipisahkan berdasarkan fungsinya.

Menanggapi teori dari Freud, Adler mengungkapkan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian agresif. Tapi kemudian ada dorongan agresif itu menjadi dorongan untuk mencari kekuatan, baik secara fisik maupun simbolis, untuk bertahan hidup.

Akibatnya, banyak pasien Adler terlihat kurang agresif dan dinyatakan sebagai individu yang tidak berdaya. Itu sebabnya orang menginginkan kekuasaan (power). Dari sinilah, konsep yang dianggap orang bisa mencapai kesempurnaan (superiority) berkembang lagi.

Prinsip yang luar biasa ini bersifat universal dan abadi. Bagi Adler, tidak ada perbedaan antara keinginan dan kebutuhan yang diungkapkan Murray. Adler hanya memiliki satu keinginan, yaitu keinginan untuk menjadi lebih baik daripada berusaha meninggalkan rasa rendah diri.

Namun perlu diperhatikan bahwa superioritas bukanlah kekuasaan atas orang lain, melainkan upaya untuk mencapai keadaan unggul dalam diri sendiri dan tidak selalu harus bersaing dengan orang lain. Keunggulan yang dimaksud adalah lebih baik dari dirinya sendiri.

Dengan demikian, penggerak terpenting dalam kehidupan manusia adalah dinamika yang menunjukkan mengapa manusia berperilaku, yaitu keinginan untuk mencapai keunggulan atau kesempurnaan.

3. Prinsip gaya hidup (Lifestyle Principle)

Upaya individu untuk mencapai keunggulan atau kesempurnaan yang diharapkan memerlukan cara tertentu. Gaya hidup yang diikuti seseorang merupakan gabungan dari dua hal, yaitu internal self direction yang mengatur arah perilaku dan motivasi lingkungan yang dapat meningkatkan atau menghambat arah internal yang paling penting dari kedua kekuatan ini adalah diri batiniah.

Bahwa karena peran inilah, dua orang yang mengalaminya dapat memaknai peristiwa yang sama secara berbeda. Kekuatan batin ini memungkinkan orang untuk menafsirkan kekuatan di luar diri mereka, bahkan ketika mereka memiliki kemampuan untuk menghindari atau menyerangnya.

Menurut Adler, masih banyak lagi hal yang muncul dan berkembang pada orang, mempengaruhi cara hidup mereka. Tidak ada gaya hidup manusia yang identik, bahkan kembar sekalipun. Setidaknya diperlukan dua kekuatan untuk menunjukkan cara hidup unik seseorang, yaitu kekuatan internal yang bersifat bawaan dan berasal dari lingkungan di mana individu tersebut menemukan dirinya dengan perbedaan lingkungan dan bawaan, sehingga tidak ada individu yang dapat melakukannya dalam berperilaku dengan cara yang sama.

4. Prinsip diri kreatif (Creative Self Principle)

Diri kreatif merupakan faktor yang sangat penting dalam kepribadian seseorang karena dianggap sebagai faktor utama, penyebab pertama, dari semua perilaku. Dengan prinsip ini, Adler membuat perspektif bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya sendiri. Dia lebih dari sekedar produk lingkungan atau makhluk dengan karakter khusus. Dialah yang memaknai hidupnya.

Manusia menciptakan struktur bawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan hidupnya, mencari pengalaman baru untuk memenuhi keinginan yang luar biasa dan menggabungkan semua ini untuk menciptakan dirinya sendiri, yang berbeda dari orang lain dalam cara hidupnya tetapi diri kreatif ini adalah fase di luar cara hidup.

Gaya hidup itu mekanistik dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih banyak. Ia orisinal, menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dengan yang sebelumnya, yaitu kepribadian baru. Manusia menciptakan dirinya sendiri sebagai bentuk kreativitas dirinya.

5. Prinsip Kesadaran Diri (Conscious Self Principle)

Menurut Adler, kesadaran adalah inti dari kepribadian individu. Meskipun Adler tidak mengatakan secara langsung bahwa dia percaya pada kesadaran, hal itu tersirat dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala sesuatu yang dilakukannya setiap hari dan dapat menilainya sendiri.

Meskipun terkadang individu tidak dapat hadir untuk peristiwa tertentu yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu, ini tidak berarti bahwa Adler mengabaikan kekuatan tersembunyi dari yang tertindas. Orang dengan tipe otak ini dapat menampilkan beberapa proses mental pada saat yang bersamaan.

Hal-hal yang tidak dapat dipahami oleh kesadarannya seseorang tidak memperhatikan dan mengingat momen tertentu. Kondisi tidak efektif ini disebabkan oleh kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, terutama otak.Adler tidak menerima konsep Freud tentang ambang prasadar dan tidak sadar.

Itu dianggap mistis. Dia merasa bahwa seseorang tahu betul apa yang dia lakukan, apa yang dia capai dan tahu bagaimana merencanakan dan mengarahkan perilakunya ke arah tujuan yang dipilih secara sadar.

6. Prinsip tujuan semu (Fictional Goals Principle)

Meskipun Adler menyadari pentingnya masa lalu, dia meremehkannya bahwa masa depan adalah yang paling penting. Yang penting bukanlah apa yang telah dilakukan individu tersebut, tetapi apa yang dia lakukan dengan diri kreatifnya saat ini. Dia mengatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah untuk dapat menjelaskan perilaku manusia dengan sendirinya.

Misalnya, seorang siswa yang masuk perguruan tinggi tidak didukung oleh prestasinya di sekolah dasar atau sekolah menengah atas, tetapi cita-citanya adalah untuk mencapai gelar tersebut. Upaya untuk merencanakan setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan yang disengaja, karena kedua hal ini tidak mewakili sesuatu yang nyata, tetapi hanyalah sarana fiktif yang melayani tujuan yang lebih besar daripada tujuan masa depan yang jauh lebih terarah.

Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu semuanya karena dibuat menjadi aspirasi idealis sehingga mungkin tidak dapat dicapai. Tujuan yang dibayangkan atau semu ini tidak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Tujuan nyata Adler adalah untuk memahami kekuatan perilaku manusia.

Melalui diri kreatif, seseorang dapat menciptakan tujuan buatan dari keterampilan nyata dan pengalaman pribadi. Kepribadian manusia menyadari sepenuhnya tujuan yang tampak itu dan kemudian menafsirkan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya dalam kaitannya dengan tujuan semu tersebut.

7. Prinsip minat sosial (Social Interest Principle)

Bahwa manusia dilahirkan dengan kepentingan sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini muncul dari komunikasi dengan orang lain, yang sudah mulai berkembang di masa kanak-kanak melalui komunikasi anak dengan orang tua. Proses perilaku individu dalam konteks sosial membutuhkan banyak waktu dan usaha terus-menerus.

Berawal dari lingkungan keluarga, pada usia 4-5 tahun mereka melanjutkan di lingkungan pendidikan dasar, dimana anak mengenal kelompok sosialnya. Individu dituntun untuk mempertahankan dan memperkuat rasa ketertarikan sosial ini dan untuk meningkatkan ketertarikan mereka pada orang lain.

Empati memungkinkan orang untuk mempelajari apa yang dilihat orang lain sebagai kelemahan dan mencoba membantu mereka. Individu juga belajar untuk melatih cara mengendalikan emosi secara psikologi yang meluap-luap sehingga dapat mengendalikannya pada saat yang tepat.

Karena orang tidak sepenuhnya mampu mencapai keunggulan, orang masih merasa tidak mampu. Gaya hidup dan diri kreatif menyatu dengan prinsip manfaat sosial akhirnya memahami perilaku secara keseluruhan.

You may also like