Home » Ilmu Psikologi » Sejarah Psikologi Kriminal – Perkembangan dan Penerapannya

Sejarah Psikologi Kriminal – Perkembangan dan Penerapannya

by Bernadet Maress

Psikologi kriminal adalah ilmu psikologi yang secara khusus berhubungan dengan masalah kejahatan atau kriminalitas untuk menguraikan latar belakang timbulnya niat kejahatan pada diri seseorang atau kejahatan sosial yang disebabkan faktor psikologis. Psikologi kriminal melihat kejahatan tidak berdiri dengan sendirinya atau ada dengan sendirinya, namun berhubungan dengan berbagai gejala kepribadian dan gejala sosial lainnya.

Kejahatan bisa disebabkan karena sikap hidup yang selalu merasa tertindas, dilecehkan, terasingkan dan superioritas pribadi manusia. Ilmu psikologi kriminal dipakai oleh kepolisian dalam menangani perkara yang sedang terjadi dengan melakukan pemrofilan kriminal.

Pemrofilan kriminal adalah suatu bentuk pekerjaan untuk menyimpulkan berbagai rincian ciri fisik seperti berat badan dan tinggi, cacat rupa dan sebagainya, juga demografis seperti usia, jenis kelamin, latar belakang etnis dan sebagainya serta hal yang terkait dengan perilaku seperti kepribadian, motivasi, fantasi, gaya hidup, proses seleksi korban dan perilaku sebelum serta prediksi perilaku sesudah tindak kejahatan dari kemungkinan pelaku kejahatan berdasarkan aksi aksinya pada scene kejahatan pada objek studi dalam psikologi kriminal. Agar lebih jelas, berikut akan kami uraikan tentang sejarah psikologi kriminal selengkapnya untuk anda.

Sejarah Awal Psikologi Kriminal

Psikologi kriminal merupakan bagian yang bisa dikatakan masih baru dari psikologi yakni pada gelanggang ilmu pengetahuan sekitar abad ke-19 sehingga perkembangannya pun belum terlalu luas. Dunia psikologi kriminal baru mulai dikenal dengan terbitnya Anselm von Fouer, Merkwurdige kriminalrechtsfalle di tahun 1808 dan menjadi awal mula sejarah psikologi kriminal.

Baca juga :

Namun sayangnya, dunia menganggap tulisan tersebut hanya sebagai sebuah sensasi yang memuat bahan bahan psikologis tanpa usaha untuk memperdalam secara teoritis. Sesudah itu, perhatian tentang penulisan penulisan psikologi kriminal hanya timbul dan tenggelam kembali.

Tulisan J.G.G Schaumann dengan judul Ideen zu einer kriminalpsychologi diterbitkan pada tahun 1972 pada penerapan psikologi dalam bidang kriminal. Ilmu ini memang menonjol namun tenggelam kembali karena disebabkan dua hal yakni ilmu induk yakni psikologi yang masih terlalu muda dari segi usia dan juga dampak beberapa karangan yang menjurus ke arah patologi dengan menyimpulkan jika penjahat merupakan orang orang yang mengalami sakit jiwa.

Hal ini kemudian menjadi penghambat perkembangan psikologi kriminal dan baru pada permulaan abad ini kita jumpai psikologi kriminal E Wuffen yang menerbitkan buku berjudul Psychologie des verbrechers pada tahun 1908. M Kauffmann lalu juga ikut menerbitkan bukunya yang berjudul Die Psychologie des Verbrechers pada tahun 1912.

Sedangkan pada tahun 1925, The Reik menerbitkan Gertand Nisezwang und Strafbedurfnis yang sepertinya diterima sebagai buku psikologi kriminal yang bermutu sehingga dampak psikologi pelaku kriminalitas akan terpengaruh. Selain itu, tulisan H.W Gruble Heidlberger Abhandlugen juga dihargai bersama dengan Die Ursache der Jugendlichen Verwahrsung und Kriminalitat.

Jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, Inggris sangat kurang memberi sumbangan kecuali Hambli Smith dengan bukunya The Psychology of the Criminal yang diterbitkan pada tahun 1923. Di Amerika Serikat, penyelidikan psikologi terkenal diantaranya adalah Augusta Brower, W. Healy, C. Mutchision dan masih banyak lagi yang lainnya.

Baca juga :

Hal yang menarik adalah kerjasama antara Manfred S. Guttmacher selaku chief medical officer dari Supreme of Baltimore dengan seorang profesor of law yakni Henry Weichofen dengan buku mereka yang berjudul Psychiatry and the Law yang diterbitkan pada tahun 1952 sebab ada banyak hubungan psikologi dengan kriminologi.

Buku ini adalah sebuah usaha kombinasi dari psikologi kriminal yang ditulis para dokter dengan pandangan psikologi kriminal dan patologis yang agak melalaikan unsur yuridis. Dengan tulisan Guttmacher cs tersebut, maka dua bidang ini digandeng bersama sama. Menurut W.A Bonger, sehubungan dengan psikologi kriminal memiliki definisi yang meliputi arti sempit dan juga arti luas.

Dalam artian sempit yakni meliputi pelajaran jiwa penjahat secara perorangan dan dalam arti luas meliputi arti sempit dan juga jiwa penjahat penggolongan, terlibatnya seseorang atau golongan baik secara langsung atau tidak langsung serta sebab akibatnya.

Perkembangan Psikologi Kriminal

Untuk tahap perkembangan manusia dalam ilmu psikologi kriminal sendiri terdiri dari beberapa tahap dari mulai pra berdirinya psikologi sampai ke psikologi kriminal modern. Sedangkan untuk di Indonesia, psikologi kriminal sudah mulai masuk serta dipakai dalam menegakkan hukum pada awal tahun 2000-an yang kemudian terus mengalami perkembangan dalam penegakan hukum Indonesia.

Dalam dunia psikologi kriminal, ada beberapa peristiwa penting dalam sejarah psikologi kriminal di dunia. Pada tahun 1878, Wilhem Wundt yang dianggap sebagai salah satu bapak psikologi membuat kajian tentang ilmiah atas mental manusia. Berawal dari hal tersebut, maka ahli psikologi selanjutnya juga mengembangkan kajian dari Wilhem Wundt tersebut dalam kajian psikologi untuk memahami perilaku kriminal ketika membantu proses hukum.

Baca juga :

Dalam sejarah psikologi kriminal, pada tahun 1892, Hugo Munsterberg yang saat itu bekerja di bawah Wilhem Wundt melakukan sebuah eksperimen penting yang hasilnya memperlihatkan jika saksi bisa memberikan kesaksian yang tidak konsisten bahkan bisa memberikan kesaksian palsu.

Pada tahun 1895, James McKeen Cattell yakni seorang murid Wilhem Wundt melakukan eksperimen pertama dalam psikologi kriminal di Columbia Univeraity tentang distorsi keterangan saksi di Amerika termasuk dalam psikologi perkembangan.

Selanjutnya pada tahun 1896, Alfred Binet melakukan replikasi riset dari James McKeen Cattell yang selanjutnya menjadi salah satu dasar perkembangan kajian atas kesaksian di Eropa. Alfred Binet juga mengembangkan alat tes psikologi yang sampai saat ini masih banyak dipakai dalam terapan psikologi.

Pada tahun 1901, William Stern di Eropa juga melakukan eksperimen yang sama dengan yang hasilnya juga menunjukkan jika ada ketidak akuratan kesaksian karena emosi yang dialami oleh saksi. Penelitian yang dipakai sebagai dasar perkembangan kajian mengenai memori dan kesaksian dalam proses peradilan.

Pada tahun 1906, William Stern mengembangkan jurnal ilmiah mengenai penelitian psikologi kesaksian di Lepizig. Sedangkan pada tahun 1908, Hugo Munsterberg mempublikasikan buku karangannya yang berjudul On the Stand yang menjadi acuan dari ilmu psikologi kriminal.

Dilanjutkan pada tahun 1922, William Marston yang adalah murid dari Hugo Munsterberg berhasil menemukan hubungan antara berbohong dengan denyut jantung yang sekaligus juga menjadii faktor yang mempengaruhi perkembangan dalam psikologi. Penemuan ini yang kemudian dipakai sebagai dasar pengembangan alat deteksi kebohongan atau polygraph.

Tahun 1923, William Marston bersaksi di pengadilan sebagai ahli pertama Amerika Serikat. Sedangkan ahli psikologi yang tercatat sebagai saksi ahli di pengadilan pertama adalah Albert von Schrenck yakni seorang berkebangsaan Jerman pada tahun 1892.

Albert von Schrenck memberikan keterangan ahli untuk menyampaikan pendapatnya mengenai adanya karakter mudah mempengaruhi atau suggestibility pada saksi yang bisa merubah kesaksian seseorang ketika berada di muka pengadilan.

Baca juga :

Pada tahun 1915, berbagai upaya intervensi dalam konteks hukum dikembangkan sebagai kontribusi terapan psikologi. Grace Fernald bekerja dengan Wilian Healy unyuk memberikan diagnosa dari intervensi pada anak dengan permasalahan kenakalan remaja.

Dilanjutkan pada tahun 1917 di mana Lewis Terman memakai tes psikologi kepribadian untuk melakukan seleksi pada polisi. Tahun 1931, publikasi hasil riset psikologi kriminal yang dilakukan Burtt dilakukan pada artikel atau jurnal psikologi legal.

Tahun 1961, Torch menerbitkan buku teks psikologi kriminal untuk yang pertama kali. Sementara itu pada tahun 1982, Monahan dan Loftus juga melakukan sebuah review dan mengajukan 3 domain kontribusi dalam hukum yakni menguji asumsi yang mendasari proses hukum seperti kompetensi memberikan kesaksian, klarifikasi karakteristik proses hukum seperti peran hakim dan pengacara serta memetakan sistem hukum formal yang berhubungan proses hukum seperti sistem rehabiitasi mental narapidana.

Penerapan Psikologi Kriminal

Pada tahun 1981, menurut sejarah psikologi kriminal salah satu bapak psikologi kriminal Inggris yakni Profesor Lionel Haward menggambatkan empat peranan psikologi kriminal sesudah terlibat secara profesional dalam proses pidana yakni sebagai berikut:

1. Klinis

Dalam situasi ini, psikolog akan dilibatkan dalam penilaian individu untuk memberikan penilaian klinis sama seperti cara kerja psikologi forensik. Psikolog bisa memakai alat penilaian, wawancara atau alat psikometrik untuk membatu memberikan penilaian. Penilaian tersebut bisa membantu polisi atau organisasi sejenis lain untuk menentukan bagaimana memproses individu yang bersangkutan.

Baca juga :

Sebagai contoh, membantu mencari tahu apakah ia mampu diadili atau apakah individu mempunyai penyakit mental yang berhubungan dengan apakah ia mampu atau tidak bisa memahami prosesnya.

2. Eksperimental

Dalam hal ini, tugas psikolog ialah untuk melakukan penelitian agar bisa memberikan informasi tentang sebuah kasus. Ini bisa melibatkan pelaksanaan tes eksperimental untuk tujuan menggambarkan sesuatu poin atau memberikan informasi lebih lanjut ke pengadilan.

Ini mungkin akan melibatkan ingatan yang salah, eksperimen kredibilitas saksi mata dan juga semacamnya. Sebagai contoh, pertanyaan ini mirip dengan seberapa besar kemungkinan saksi melihat objek pada jarak 100 meter.

3. Aktuaria

Peran ini melibatkan pemakaian statistik untuk menginformasikan sebuah kasus. Sebagai contoh, seorang psikolog mungkin akan diminta untuk memberikan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa seperti pengadilan yang mungkin bertanya seberapa besar kemungkinan seseorang akan melaporkan kembali jika hukumannya ditolak sama seperti dalam psikologi forensik.

4. Penasihat

Disini, seorang psikolog bisa memberi tahu polisi tentang bagaimana melanjutkan penyelidikan. Sebagai contoh, yang merupakan cara terbaik untuk mewawancarai individu, cara terbaik untuk memeriksa silang saksi yang rentan atau saksi ahli lain, bagaimana pelaku akan bertindak sesudah melakukan pelanggaran.

You may also like