Menurut bahasa, psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata psyche = jiwa, logos = ilmu. Jadi, psikologi mempelajari gejala jiwa dan tingkah laku manusia. Psikologi dapat diartikan sama dengan ilmu jiwa, sedangkan psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari gejala yang berkaitan dengan kognisi, perasaan dan pengetahuan jiwa manusia, serta gejala campuran.
Gejala campuran ini seperti kecerdasan, kelelahan, dan sugesti.Sedangkan mengenai perspektif agama berasal dari kata latin religion yang berarti kewajiban. Syahminan Zaini, yang dikutip Wahabi herbalis, mengatakan bahwa ada tiga pendapat tentang asal usul kata “agama”, pertama, berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu a = tidak, Gama = kekacauan.
Jadi agama bukan berarti kekacauan. Kedua, agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu gam = jalan, kata ini ada kaitannya dengan bahasa Inggris (go), bahasa Jerman (gehen), bahasa Belanda (gaan) artinya pergi.
Dengan demikian, agama berarti jalan yang harus digunakan atau diikuti untuk mencapai suatu tujuan mulia dan suci. Ketiga, berasal dari bahasa Arab iqoma, yang kemudian menjadi agama. Dalam bahasa Indonesia, kata yang berasal dari huruf “qof” biasanya menjadi kafi. Dalam psikologi agama terdapat dua kata yang mencerminkan yaitu psikologi dan agama.
Psikologi sendiri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tindakan, perilaku, dan jiwa manusia secara keseluruhan. Robert H. Thoules sebagai salah satu orang yang mengemukakan tentang teori-teori dalam psikologi agama sebagai dasar menurut para ahli menjelaskan definisi psikologi seperti studi tentang perilaku dan pengalaman manusia.
Secara umum, psikologi mempelajari sikap, perilaku, reaksi manusia seperti refleks atau gambaran mental seseorang. Pada saat yang sama, agama adalah ilmu yang didasarkan pada keyakinan atau keyakinan batin tentang pencipta. Definisi sebenarnya dari agama belum dapat ditemukan yang benar dari berbagai definisi yang diberikan oleh para ahli.
Namun dapat diambil kesimpulan bahwa psikologi agama diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia dalam beragama. Adapun tujuan dari psikologi agama sebagai berikut:
1. Mempelajari dan mengamati kehidupan beragama manusia
Tujuan pertama psikologi agama adalah untuk mempelajari dan menyelidiki kehidupan keagamaan seseorang dan untuk mengkaji bagaimana keyakinan agama mempengaruhi sikap, perilaku, dan kehidupan secara umum. Selain itu, peran psikologi agama dalam kehidupan manusia juga mempelajari tumbuh kembang jiwa keagamaan seseorang dan faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa psikologi agama mempelajari pengaruh agama terhadap sikap dan perilaku manusia atau mekanisme yang bekerja pada manusia. Karena cara seseorang berpikir, berperilaku, berkreasi dan bertindak tidak dapat dipisahkan, karena kepercayaan tersebut termasuk dalam struktur kepribadiannya.
2. Mengarahkan jiwa dan moral manusia
Psikologi agama bertujuan untuk mengarahkan ajaran agama sebagai jalan atau sarana tuntunan jiwa dan moral. Pada tingkat ini, seseorang sadar akan ajaran agama apa yang dilakukan bukan hanya tujuan tetapi alat dan cara untuk meningkatkan moral.
Misalnya, puasa Ramadhan tidak hanya dilihat sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu takwa. Juga, psikologi agama yang terkandung dalam pedoman Syariah lainnya diwujudkan proses pencapaian tujuan pada tahapan moral secara psikologis.
3. Kesadaran beragama
Tujuan utama psikologi agama adalah untuk memahami kesadaran beragama yang menjadi bagian dari agama apa yang ada dalam pikiran (dirasakan), yaitu kecerdasan spiritual dan keagamaan. Meskipun pengalaman adalah elemen emosi dalam kesadaran beragama, yaitu emosi yang mengarah pada tindakan keyakinan (amaliyah).
Oleh karena itu, psikologi agama tidak membahas segala macam persoalan yang berkaitan dengan dasar keyakinan agama, termasuk benar atau salah atau rasional atau tidak percaya agama.
4. Mempelajari keyakinan manusia
Tujuan psikologi selanjutnya adalah mempelajari kepercayaan orang tentang surga, neraka, dan dosa beserta pahala yang konon membawa mereka ke tempat ini. Percaya bahwa tindakan atau pahala berdosa menuntun seseorang berbuat baik dan menjauhi yang dilarang. Mengkaji dan mempelajari bagaimana iman dan apresiasi orang terhadap ayat-ayat tersebut terpengaruh ayat-ayat suci dalam kitab keagamannya dengan ketenangan pikiran.
5. Perubahan emosional
Tujuan psikologi agama juga untuk mengubah perasaan orang, ikut serta dalam mencampuri kehidupan manusia. Misalnya ketenangan, kebahagiaan, kedamaian, perasaan pasrah setelah melakukan beribadah menurut keyakinan orang tersebut. Urgensi psikologi agama dalam pendidikan islam juga memahami bagaimana perasaan orang tersebut sangat agresif dalam kegiatan yang bertentangan dengan ajaran agama atau untuk meninggalkan perintah agama karena itu adalah dosa.
Perubahan ini juga mempengaruhi sisi afektif dan kondisi manusia. Hal tersebut dapat dinilai berdasarkan pengalaman dan perasaan apa yang orang alami ketika mereka menjalankan agama atau aliran kepercayaan mereka. Untuk mempelajari dan menyelidiki pengaruh keyakinan di dunia dan akhirat, bahwa setelah kematian ada kehidupan yang kekal.
Memengaruhi bahwa iman melibatkan kepatuhan yang lebih tinggi untuk perdamaian di dunia dan di akhirat serta keyakinan akan adanya hari pembalasan atas segala perbuatan, dosa-dosa dan pahala yang telah dilakukan manusia selama di dunia ini. Serta pertimbangan yang dilakukan di dunia akhirat adalah surga atau neraka. Semua hal ini dipelajari dalam psikologi agama.