Home » Ilmu Psikologi » 5 Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky Beserta Contohnya

5 Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky Beserta Contohnya

by Titi Rahmah

Berbeda dengan tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif menurut Vygotsky terkait erat dengan kontribusi orang lain. Bagaimana perkembangan terjadi menurut Vygotsky? Teori Piaget menjelaskan bahwa pola asuh perkembangan anak mendahului belajar. Ini berarti bahwa struktur kognitif tertentu harus dikembangkan sebelum jenis pembelajaran tertentu dapat terjadi. Vygotsky menjelaskan bahwa belajar mendahului perkembangan.

Menurut Vygotsky (Slavin, 2006:60), belajar berarti memperoleh bukti dari pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan berkaitan dengan pengaturan diri, yaitu kemampuan berpikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.

Simbol-simbol yang diciptakan oleh budayalah yang membantu orang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah-masalah ini (simbol/tanda yang terinternalisasi). Tiga asumsi yang menjadi inti pendapat Vygotsky (Santrock, 2008: 60), yaitu:

  • Teori belajar menurut Vygotsky dalam ilmu psikologi menjelaskan bahwa kemampuan kognitif anak dapat dipahami dengan menganalisis dan menginterpretasikannya evolusi (perubahan yang terwariskan), melihat asal-usulnya dan perubahan dari bentuk sebelumnya ke bentuk berikutnya;
  • Keterampilan kognitif ditransmisikan melalui kata-kata, bahasa, yang bertindak sebagai alat psikologis untuk membantu dan mengubah aktivitas mental. Oleh karena itu, bahasa merupakan alat yang penting karena membantu anak merencanakan aktivitas dan memecahkan masalah pada anak usia dini;
  • Kemampuan kognitif dihasilkan dari hubungan sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya. Misalnya, di satu budaya kita belajar membaca dengan bantuan komputer, sedangkan di budaya lain kita belajar membaca dengan batu atau jari. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari kemungkinan latar belakang yang berbeda.

Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky

1. Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

ZPD adalah tahap di mana anak tidak dapat (nyaris) mengelola sendiri, tetapi dapat mengelola dengan bantuan orang dewasa yang kompeten. Zona perkembangan proksimal ini menjelaskan tugas-tugas yang belum dipelajari anak tetapi dapat dipelajari kapan saja (Santock, 2008: 62).

Dimana ZPD terletak antara perkembangan aktual dan perkembangan potensial. ZPD sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir seorang anak yang masih dalam tahap pendewasaan dengan bantuan teman, guru, dan orang tua yang berpengalaman. Dalam hal ini, guru merekomendasikan penggunaan scaffolding untuk pembelajaran.

Menurut Vygotsky, scaffolding adalah dukungan/bimbingan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas agar anak dapat diarahkan sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Vygotsky mengusulkan 4 tahapan ZPD dalam perkembangan belajar anak:

  • Anak masih perlu dibimbing oleh orang lain, seperti guru dan orang tua, seperti, orang tua memberikan bimbingan kepada anak cara memakaikan baju, cara membaca, cara menulis dan lain sebagainya.
  • Anak dapat berinisiatif dan mencoba sesuatu, misalnya mendandani anak walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.
  • Anak dapat berkembang secara spontan tanpa bimbingan orang tua, seperti mendandani anak setelah dibersihkan sebelum berangkat ke sekolah.
  • Anak secara spontan melakukan tindakan yang mengarah pada pemikiran abstrak, misalnya tanpa contoh, anak dapat berulang kali memakai pakaian dan menceritakan kegiatan tersebut ke temannya.

2. Scaffolding

Tahapan Scaffolding merupakan tahapan dukungan dimana anak menerima banyak dukungan pada tahap awal pembelajaran, setelah itu dukungan tersebut dihilangkan dan anak diminta untuk lebih bertanggung jawab sesegera mungkin (Slavin, 2008: 60-61).

3. Bahasa dan pemikiran

Bahasa bukan hanya komunikasi sosial, tetapi juga merencanakan dan mengendalikan perilaku dengan caranya sendiri. Menggunakan bahasa untuk mengatur diri sendiri disebut “ucapan batin” atau “ucapan pribadi“. Anak-anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan pikiran mereka.

Sebelum berpindah dari ucapan eksternal ke internal, anak-anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa tersebut untuk waktu yang lama. Anak yang banyak menggunakan private speech lebih kompeten secara sosial daripada anak yang tidak menggunakannya (Santrock, 2008: 63). Karena secara komunikasi ia memiliki ciri ciri keterampilan sosial yang baik dan aktif di berinteraksi dengan sesamanya.

4. Pembelajaran kooperatif

Teori Vygotsky mendukung penggunaan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Anak kooperatif saling membantu dalam belajar. Teman bekerja di bidang perkembangan proksimal.

5. Menjadi panutan satu sama lain

Saling memberi contoh dan membiarkan terjadinya dialog internal sehingga kita dapat saling memahami dalam bernalar (Slavin, 2006: 61). Dalam hal ini, sangat mungkin guru melakukan pendekatan pembelajaran secara kontekstual (Contextual Teaching Learning).

Pendekatan pembelajaran kontekstual ini dijelaskan oleh (2018) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi nyata siswa dan akhirnya mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan pendekatan ini, siswa belajar dengan baik ketika apa yang dipelajarinya berkaitan dengan fenomena atau realitas yang telah diketahuinya. Saling memberi contoh merupakan penerapan dimana siswa memahami fenomena dan realitas yang dialami bersama. Dengan demikian, pembelajaran menjadi produktif dan siswa aktif atau terlibat dalam pembelajaran.

Contoh perkembangan kognitif Vygotsky

  • Pembelajaran kooperatif

Keinginan mengembangkan pembelajaran kooperatif antar kelompok siswa yang berbeda tingkatannya. Bimbingan pribadi dari rekan yang lebih kompeten dapat meningkatkan pertumbuhan di area perkembangan proksimal. Pembelajaran kooperatif memudahkan untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang kompleks karena mereka dapat berbicara tentang masalah yang kompleks satu sama lain dan belajar cara berpikir yang benar dari teman sebayanya.

  • Scaffolding

Metode pembelajaran yang menekankan pada scaffolding banyak menyita tanggung jawab belajar siswa itu sendiri. Misalnya, guru yang awalnya memimpin sekelompok kecil siswa untuk mengajukan pertanyaan. Setelah dipelajari, tanggung jawab diskusi secara bertahap dialihkan kepada siswa.

You may also like