Teori perkembangan kognitif dalam psikologi merupakan tahapan perubahan yang terjadi selama hidup seseorang untuk memahami, mengolah informasi, memecahkan masalah dan mengetahui sesuatu. Jean Piaget salah satu tokoh yang mendalami teori perkembangan kognitif dan ia pun yang mengusulkan tahapan perkembangan kognitif.
Jean Piaget, yang juga ahli biologi, mengkaitkan tahapan perkembangan kematangan fisik dengan tahapan perkembangan kognitif. Tahapan tersebut adalah :
- Sensorimotor (0-2 tahun)
- Pra-operasional (2-7 tahun)
- Operasi konkrit (7-11 tahun), dan
- Operasi formal (11-15 tahun).
Secara aktif memahami dunia, anak-anak menggunakan skema, asimilasi, adaptasi, organisasi, dan keseimbangan. Pengetahuan anak secara bertahap terbentuk sesuai dengan pengalaman dari pengetahuan yang mereka temui. Menurut Piaget, anak-anak melewati serangkaian tahap perkembangan kognitif.
Teori ini meramalkan bahwa anak-anak akan menjadi dewasa secara kuantitatif dan kualitatif berdasarkan tahapan-tahapan yang dilaluinya. Perkembangan kognitif didalam sebuah tahapan adalah proses kelanjutan dari tahapan perkembangan kognitif yang sudah ada sebelumnya.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, masalah kognitif yang muncul pada anak sekolah dasar adalah disleksia, disgrafia, dan diskalkulia. Tahap perkembangan kognitif anak yang wajib anda ketahui Menurut Jean Piaget ada 4 tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan sensorimotor (0-2 tahun)
Fase sensorimotor dimulai pada masa kanak-kanak (0-2 tahun), ketika pada fase ini konsep “kepermanenan objek” mulai berkembang dan secara bertahap berpindah dari perilaku refleksif ke perilaku yang diarahkan pada tujuan. Pada tahap ini, anak menciptakan pemahaman tentang dunia dengan mengokordinasikan pengalaman sensoriknya (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motorik (otot) (menjangkau, menyentuh) dan karenanya disebut sensorimotor (Santrock, 2002; Khadijah, 2016).
Para psikolog kognitif percaya bahwa proses perkembangan kognitif dimulai sejak lahir, yang membantu perkembangan persepsi motorik dan keterampilan sensorik (Khadijah, 2016). Tahapan sensorimotor berikut ini ditandai dengan ciri-ciri dasar berikut:
- Semua tindakannya masih naluriah artinya timbul dari dorongan di dalam hati.
- Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indrawi.
- Orang baru dapat melihat dan menyerap pengalaman, tetapi tidak dapat mengkategorikan pengalaman tersebut.
- Manusia mulai belajar menangani objek tertentu menggunakan sistem sensorimotor.
2. Tahapan pra-operasional (2-7 tahun)
Tahap ini lebih merupakan tahap pemikiran simbolik daripada tahap sensorimotor, tetapi lebih egosentris (perhatian berlebih pada diri sendiri) dan intuitif (bisikan hati) daripada logis (penalaran akal) pada sebuah langkah tindakan yang akan dilakukannya.Pemikiran praoperasional dapat dibagi menjadi dua subtahap, aktivitas simbolik dan pemikiran intuitif.
- Aktivitas simbolik
Subtahap aktivitas simbolik terjadi antara usia sekitar 2-4 tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil mulai mampu secara mental merepresentasikan objek yang tidak ada. Itu memperluas dunia spiritual anak ke dimensi baru. Contoh lainnya adalah bahwa perkembangan bahasa dan perkembangan sikap bermain hanyalah salah satu contoh tumbuhnya pemikiran simbolik pada subtahap ini.
Anak-anak kecil mulai menulis gambar orang, rumah, mobil, awan dan banyak hal lainnya di dunia ini. Mungkin untuk seusia anak-anak (2-7 tahun) tidak terlalu peduli dengan kenyataan, misal gambar mereka terlihat aneh dan dibuat-buat. Dalam imajinasi mereka, mungkin saja matahari berwarna biru, langit berwarna hijau, dan mobil melayang di awan.
- Pemikiran intuitif
Dengan bertambahnya usia dan pembauran informasi baru, gambar dan ilusi tersebut akan bertambah di anak usia sekolah dasar dimana mereka menjadi lebih realistis, lebih rapi, dan lebih mirip dengan objek yang mereka gambar. Seperti contohnya, menggambar matahari berwarna kuning, langit berwarna biru dan mobil-mobil di jalan raya.
Meskipun anak kecil berkembang melalui subtahap ini, pemikiran praoperasional masih mengandung dua batasan: egoisme (mementingkan diri sendiri) dan animisme (kepercayaan pada imaginasi). Contoh egosentrisme pada anak dalam subtahap ini adalah ketidakmampuan untuk membedakan perspektif sendiri dari perspektif orang lain dari sudut pandang orang lain.
Menurut Piaget, anak pada tahap ini dapat menggunakan berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahkan masalah (nyata) yang spesifik. Fase aktivitas khusus ini dicirikan oleh ciri utama bahwa segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak atau dialami sebagai kenyataan.
Artinya cara berpikir individu belum memahami yang abstrak, padahal cara berpikirnya sudah terlihat sistematik dan logis. Dalam memahami konsep, usia (2-7 tahun) sangat terkait dengan proses yang dialami dirinya sendiri. Artinya suatu konsep mudah dipahami apabila pemahaman konsep tersebut dapat diamati atau ditindaklanjuti oleh anak-anak.
3. Tahapan operasi kongkrit (7-11 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan berpikir logis telah meningkat pada anak usia (7-11 tahun). Cara berpikir dan segala perbuatannya sudah logis yang dapat dilakukan berdasarkan objek atau peristiwa yang dialami langsung oleh anak. Kemampuan-kemampuan baru termasuk, misalnya, cara anak mengoperasikan sesuatu dan cara berpikirnya tidak lagi terpusat, tetapi menyeluruh, dan keegoisan pada diri anak sudah tidak membatasi caranya dalam memecahkan masalah.
4. Tahapan operasi formal (11 tahun – dewasa)
Perkembangan kognitif pada dewasa awal secara umum ketika anak sudah mencapai tahap ini, mereka memperoleh kemampuan berpikir abstrak dengan memanipulasi pikiran mereka di kepala mereka tanpa manipulasi nyata. Anak yang sudah mencapai usia dewasa akan lebih menggunakan akalnya berpikir secara sistematis, berpikir kreatif, dan melakukan segala tindakannya dengan pemikiran yang matang.
Oleh karena itu, tahap operasi formal menurut Jean Piaget manusia yang sudah dikatakan dewasa apabila telah melewati tahap ini, tahap dimana sudah matang secara fisik, psikis, pola pikir dan tingkah lakunya.