Fitrah menurut psikologi adalah sesuatu yang netral pada jiwa atau sesuai kata hati dan tidak terikat serta tertahan oleh keinginan atau keperluan duniawi dan berlapang dada serta hati yang tentram dan tenang, fitrah menurut psikologi hanya punya satu tujuan yaitu selalu ingin kembali kepada Tuhan Penciptanya.
Diri yang tidak terikat dengan harta benda duniawi dan yang meninggalkan semua penyakit jiwa seperti iri dengki, kecemburuan sosial, sombong, hasud, ria dan pelit. Intinya, fitrah ialah dasar dari manusia yang memiliki sisi kepositifan dan sebenarnya tidak diingkari oleh hati nurani, yakni memiliki kesadaran tentang mana yang benar dan yang salah. Misalnya dalam kehidupan sehari hari ialah fitrah sebagai seorang ibu ialah merawat ianaknya, fitrah sebagai seorang suami ialah menuntut dan bertanggung jawab pada keluarganya, fitrah sebagai pemimpin ialah mengarahkan anggotanya, dsb.
Sebenarnya setiap manusia sudah memiliki kesadaran akan hal tersebut namun dalam penerapannya diingkari oleh rasa egois dan kepentingan lainnya. Fitrah dalam pembahasan kali ini ialah dibahas hubungannya dengan pendidikan, yakni fitrah yang dirasakan seorang siswa, guru, dan yang berperan dalam pendidikan lainnya, berikut selengkapnya Teori Fitrah dalam Psikologi Pendidikan.
Pendidikan Dibutuhkan untuk Mengarahkan Fitrah pada Kepositifan
Individu memerlukan psikologi pendidikan untuk mengembangkan potensi dalam pribadinya. Hal ini dikarenakan, teori fitrah dalam psikologi individu tidak bisa dibiarkan berkembang bebas. Teori fitrah dalam psikologi tersebut harus dididik dan diarahkan agar sesuai (Baca juga mengenai konsep fitrah dalam psikologi islam)
dengan peran individu diciptakan di muka bumi ini. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa teori fitrah dalam psikologi mempunyai dua kecenderungan yang berlawanan, yaitu ke arah kepositifan dan kenegatifan. Untuk itu, proses psikologi pendidikan harus dilakukan, agar individu tetap berada dalam lingkup kepositifan. (Baca juga mengenai teori perkembangan moral kohlberg)
Mengandung Paham Nativisme
Teori fitrah dalam psikologi yang mengandung implikasi psikologi pendidikan mengandung paham nativisme. Maksudnya bahwa individu mempunyai potensi dasar beragama yang tidak dapat dirubah. Teori fitrah dalam psikologi yang bercorak nativisme ini berkaitan juga dengan faktor hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua, termasuk juga keturunan beragama. (Baca juga mengenai teori decision making dalam psikologi)
Fitrah Dapat Dipengaruhi Keturunan dan Lingkungan
Menurut Ali Firi dalam buku M. Arifin, salah seorang ahli psikologi pendidikan Mesir menyatakan bahwa kecenderungan nafsu berpindah dari orang tua secara turun temurun. Namun demikian teori fitrah dalam psikologi itu tetap harus dipelihara dan dan dijaga. (Baca juga mengenai perkembangan gender dalam teori psikologi)
Sehingga peran keadaan lingkungan sangat penting dalam mengembangkan potensi seorang individu. Potensi individu akan dikembangkan melalui proses psikologi pendidikan. Sehingga dalam proses psikologi pendidikan menjelaskan bahwa teori fitrah dalam psikologi yang telah dibawa sejak lahir bagi individu akan memiliki pengaruh yang cukup besar dipengaruhi dengan keadaan lingkungan. (Baca juga mengenai teori gaya hidup dalam psikologi)
- Tidak berkembang tanpa pengaruh lingkungan
Teori fitrah dalam psikologi tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan mampu mengubah teori fitrah dalam psikologi secara drastis, saat keadaan lingkungan sebagai tempat interaksi membentuk kepada hal yang negatif. Karakter dasar teori fitrah dalam psikologi ditentukan dari semakin sering atau tidaknya dengan keadaan lingkungan.
- Lingkungan bukan pengaruh utama
Meskipun demikian, keadaan lingkungan tidak selamanya mampu mengubah kepribadian individu. Banyak juga contoh orang positif lahir dari keadaan lingkungan atau masyarakat yang zalim. Keadaan lingkungan merupakan faktor yang mepengaruhi individu, meskipun demikian
bukanlah menjadi faktor utama. Hal ini dikarena masih adanya faktor lain yang bisa mempengaruhi tingkah laku individu. Melalui proses pendidikan, individu bisa menjadi orang orang yang bermanfaat. Teori fitrah dalam psikologi tersebut harus diarahkan ke arah yang positif agar tidak menimbulkan suatu persepsi yang negatif.
Psikologi Pendidikan Berhubungan dengan Agama Secara Fitrah
Konsep teori fitrah dalam psikologi juga menuntut agar psikologi pendidikan agama harus bertujuan mengarahkan psikologi pendidikan demi terjalinnya ikatan kuat seorang individu dengan Tuhan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa teori fitrah dalam psikologi individu dekat dengan naluri. Naluri telah menjadi essensi dari semua bentuk agama. Konsep naluri inilah yang memberikan tekanan kekuasaan Tuhan yang mesti dipatuhi dalam kurikulum psikologi pendidikan agama.
Fitrah Mendidik Untuk Memenuhi Kebutuhan dengan Benar
Teori fitrah dalam psikologi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan kebutuhan, seperti makan, minum, kebutuhan sex, dsb. Kebutuhan ini berperan bagi jasmani individu yang tercipta dari tanah. Kebutuhan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Apabila ditelaah, kebutuhan individu hampir sama dengan kebutuhan makhluk lainnya, seperti binatang dan tumbuhan. Tambahan lagi, individu selalu ingin dan mengikuti rasa nyaman dan tidak ingin tunduk pada kode etik. Apabila individu bertingkah laku seperti itu,
maka mirip dengan tingkah laku binatang. Untuk membedakan individu dengan penciptaan Tuhan yang lain, maka individu harus dididik. Kebutuhan tersebut tetap harus dipenuhi seperti makan dan minum, dsb. Tetapi kebutuhan tersebut harus tetap dikontrol sehingga bisa terealisasikan dengan positif.
Implikasi Psikologi Pendidikan yang Mengacu pada Teori Fitrah
Dalam Rangka membina dan mengembangkan seluruh potensi, positif potensi jasmani maupun rohani, secara efektif dapat dilakukan psikologi pendidikan. Dalam proses psikologi pendidikan, individu mampu membentuk kepribadiannya, mentransfer dari suatu komunitas kepada komunitas yang lain. Mengetahui nilai positif dan negatif sesuatu hal, dsb.
- Menyeimbangkan potensi jasmani dan rohani
Telah ditegaskan tentang teori fitrah dalam psikologi yang positif dan karakter dasar individu yang menguntungkan. Namun, belum memancarkan cahaya bagi sumber kejahatan atau hal hal yang memunculkan perbuatan yang jahat. Untuk itu diperlukan sumber sumber pencarian
dimana individu memberikan respon terhadap hal hal yang ada padanya. Untuk itu individu harus terus belajar agar bisa menghadapi keadaan tersebut di atas. Psikologi pendidikan harus mampu mensinergikan antara potensi jasmani dan rohani agar tidak terjadi ketimpangan seperti di zaman sekarang ini.
- Menjadi alternatif dalam evaluasi belajar
Implikasi implikasi kehendak bebas individu telah melibatkan proses psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan menjadi titik perhatian dengan memberi bantuan kepada pelajar yang mengevaluasi alternatif alternatif dan menyeleksi mana yang positif dan mana yang negatif.
Psikologi pendidikan tidak dipandang sebagai proses pemaksaan dari seorang pendidik untuk menentukan setiap langkah yang harus diterima oleh individu didiknya secara individu. Maka bimbingan merupakan kompulasi yang mana karakteristik psikologi pendidikan yang utama harus memperhatikan kebebasan ini. Dengan demikian, muncul tingkatan kemampuan, dimana kemampuan kedua diperoleh dari pendidik sedangkan kemampuan pada tingkatan ketiga diperoleh oleh individu didiknya.