Home » Teori Psikologi » 11 Teori Lingkungan Dalam Psikologi Perkembangan Penentu Perkembangan Manusia

11 Teori Lingkungan Dalam Psikologi Perkembangan Penentu Perkembangan Manusia

by Bernadet Maress

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku manusia dan juga proses mental yang berkaitan dengan lingkungan. Psikologi bisa dikatakan sebagai cabang ilmu yang masih muda sebab pada awalnya, psikologi merupakan bagian ilmu filsafat mengenai jiwa manusia yang kini berkembang dan melahirkan cabang cabang psikologi. Sedangkan psikologi perkembangan merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari tentang perkembangan serta perubahan kejiwaan manusia dari mulai dilahirkan hingga meninggal dunia. Para ahli mendefinisikan psikologi perkembangan secara berbeda beda seperti Linda L. Daidoff yang mengatakan psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi tentang perubahan dan perkembangan jasmani, perilaku dan juga fungsi mental manusia dari mulai sejak terbentuk makhluk hingga menjelang mati, menurut M. Lenner yang mengatakan psikologi perkembangan merupakan pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi psikologis sepanjang hidup dan masih banyak lagi pendapat ahli lainnya. Untuk ulasan kali ini, kami akan membahas tentang teori lingkungan dalam psikologi perkembangan yang menentukan perkembangan dari manusia.

  1. Teori Nativisme

Teori nativisme dipelopori oleh Athrur Schopenhauer yang menyatakan jika perkembangan manusia dipengaruhi dengan nativus atau faktor bawaan manusia semenjak dilahirkan. Dalam teori ini ditegaskan jika manusia memiliki sifat tertentu dan macam macam perilaku dalam psikologi sejak lahir yang berpengaruh dan menjadi penentu keadaan individu tersebut. Faktor lingkungan dan juga pendidikan diabaikan dan bisa dibilang tidak terpengaruh dengan perkembangan manusia. Dalam teori ini memiliki pandangan jika sifat manusia tidak bisa dirubah sebab sudah ditentukan dari sifat keturunan. Jika berasal dari keturunan yang baik, maka juga akan menjadi manusia yang baik begitu juga sebaliknya sehingga sifat manusia dalam teori ini dikatakan tidak bisa diubah. Teori ini juga memiliki pandangan pendidikan sebagai perimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang secara kebetulan mempunyai keturunan tidak baik.

  1. Teori Empirisme

Berbeda dengan teori nativisme, dalam teori empirisme ini memiliki pandangan jika perkembangan individu dan macam macam sifat manusia akan dipengaruhi dan ditentukan dari pengalaman yang didapat selama perkembangan sejak lahir sampai dewasa. Teori ini juga memiliki pandangan jika pengalaman merupakan pendidikan dan pergaulan, Penjelasan teori empirisme adalah manusia yang pada dasarnya seperti selembar kertas putih yang belum memiliki warna dan tulisannya akan menjadi seperti yang dituliskan masing masing individu. Pandangan teori empirisme ini lebih optimistik terhadap pendidikan dan bahkan pendidikan menjadi faktor penting dalam menentukan perkembangan manusia.

  1. Teori Konvergensi

Teori konvergensi merupakan gabungan dari teori empirisme dan teori nativisme yang menyatakan jika pembawaan, jenis emosi dan juga pengalaman mempunyai peran dalam mempengaruhi dan juga menentukan perkembangan individu. Teori ini berasumsi berdasarkan eksperimen sama akan tetapi sesudah dipisahkan dengan lingkungan yang berbeda, maka juga menghasilkan sifat yang berbeda. Dari sini, teori konvergensi membuat kesimpulan jika sifat keturunan atau pembawaan bukan faktor utama yang menjadi penentu perkembangan individu namun juga didukung dengan faktor lingkungan. Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut dengan faktor endogen yang meliputi faktor jasmani seperti rambut keriting, kulit hitam, rambut hitam dan sebagainya. Selain faktor jasmani, terdapat juga faktor psikologis yang disebut dengan tempramen yang berbeda dengan watak. Karakter atau watak merupakan keseluruhan dari sifat manusia yang terlihat dalam perilaku sehari hari sebagai hasil pembawaan dan juga lingkungan serta memiliki sifat tidak konstan. Apabila watak atau karakter memiliki sifat tidak konstan, maka tempramen memiliki sifat yang konstan.

Selain tempramen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada di diri manusia adalah bakat atau aptitude yakni potensi yang memungkinkan seseorang untuk berkembang ke satu arah yang berpengaruh pada perkembangan emosi anak usia dini. Faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen yakni faktor dari luar diri manusia seperti alam sekitar, pengalaman, pendidikan dan lain sebagainya yang disebut dengan mileu. Perbedaan antara lingkungan dan pendidikan terletak pada keaktifan proses yang dijalani. Jika lingkungan bersifat pasif tidak memaksa tergantung pada individu apakah mau untuk memakai kesempatan dan juga memanfaatkannya atau tidak. Sementara pendidikan memiliki sifat aktif dan sistematis sekaligus dilakukan dengan kesadaran penuh.

  1. Teori Psikodinamik

Teori psikodinamik merupakan teori yang menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur utama dalam teori psikodinamik ini adalah emosi dalam psikologi, motivasi dan juga aspek internal lainnya. Dalam teori ini berasumsi jika kepribadian berkembang pada saat terjadi konflik dari aspek psikologis tersebut yang biasanya terjadi pada masa anak anak dini. Dalam teori ini mempunyai kemiripan dengan teori belajar yaitu dalam pandangan mengenai pentingnya pengaruh lingkungan termasuk juga lingkungan atau mileu primer terhadap perkembangan.

  1. Teori Kognitif

Teori psikologi kognitif memiliki dasar asumsi jika kemampuan kognitif adalah sesuatu yang fundamental dan yang menjadi pembimbing tingkah laku anak. Dalam kemampuan kognitif, anak dipandang sebagai individu yang dengan aktif membangun sendiri pengetahuan mereka mengenai dunia lewat tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.

  1. Teori Konstekstual

Dalam macam macam psikologi khusus, istilah dipakai untuk memperlihatkan keadaan yang mengelilingi sebuah proses mental kemudian berpengaruh pada makna atau signifikansi. Teori konstekstual memiliki pandangan perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dengan konteks perkembangan sistem fisik, kultural, sosial dan juga historis dimana interaksi tersebut berlangsung.

  1. Teori Behavior dan Belajar Sosial

Behavior atau perilaku merupakan kegiatan organisme yang bisa diamati dan memiliki sifat umum mengenai otot dan kelenjar sekresi eksternal seperti yang terwujud dari gerakan bagian tubuh atau ketika mengeluarkan keringat dan air mata. Dalam teori perilaku psikologi perkembangan ditegaskan jika dalam mempelajari individu, yang seharusnya dilakukan para ahli psikologi adalah menguji dan mengamati perilaku namun bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.

  1. Teori Antroposentrisme

Antroposentrisme merupakan teori etika lingkungan yang merupakan salah satu teori psikologi perkembangan yang memiliki pandangan jika manusia merupakan pusat dari sistem alam semesta. Manusia dan juga kepentingannya dianggap menjadi yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan juga dalam kebijakan yang diambil berhubungan dengan alam baik langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia dan juga kepentingannya dan hanya manusia yang memiliki nilai dan mendapat perhatian. Sedangkan yang lain di alam semesta hanya mendapat nilai serta perhatian sejauh menunjang dan untuk kepentingan manusia. Untuk itu, alam juga dilihat sebagai objek, alat dan juga sarana untuk pemenuhan kebutuhan serta kepentingan dari manusia. Alam hanyalah merupakan alat untuk tujuan manusia dan alam tidak memiliki nilai pada diri sendiri. 

  1. Teori Ekosentrisme

Ekosentrisme berhubungan dengan etika lingkungan yang jauh lebih luas dalam sejarah psikologi perkembangan. Berbeda dengan biosentrisme yang hanya berpusat pada etika biosentrisme, pada kehidupan menyeluruh, maka pada ekosentrisme memusatkan etika di seluruh komunitas ekologis baik hidup atau tidak. Secara ekologis, makhluk hidup dan juga benda abiotis lain akan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Untuk itu, kewajiban dan juga tanggung jawab moral tidak hanya terbatas pada makhluk hidup namun kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku pada semua realitas ekologis.

  1. Teori Egosentris

Etika yang menjadi dasar diri di berbagai kepentingan individu, maka egosentris didasarkan dengan keharusan individu untuk fokus pada diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk diri sendiri untuk cara membahagiakan diri sendiri. Egosentris mengklaim jika yang baik untuk individu juga baik untuk masyarakat. Orientasi etika egosentris bukan mendasari diri pada narsisme namun lebih kepada filsafat yang menitikbertakan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri secara terpisah seperti atom sosial. Inti dari teori egosentris ini adalah jika setiap tindakan dari masing masing manusia sebetulnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan diri sendiri.

Dengan ini, maka etika egosentris memiliki dasar diri pada tindakan manusia sebagai perilaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting netral. Hal ini didasari pada berbagai pandangan mekanisme terhadap asumsi yang berhubungan dengan teori sosial liberal.

  1. Teori Biosentrisme

Teori biosentrisme memandang nilai kehidupan yang ada pada ciptaan sehingga komunitas moral tidak lagi dibatasi hanya pada ruang lingkup manusia namun juga mencakup alam sebagai ciptaan sebagai kesatuan komunitas hidup sebagai cara membangun sikap kritis. Inti dari teori biosentrisme ini adalah jika setiap ciptaan memiliki nilai intrinsik dan juga keberadaannya mempunyai relevansi moral. Setiap ciptaan atau makhluk hidup layak memperoleh keprihatinan dan juga tanggung jawab moral karena kehidupan merupakan inti pokok dari konsern moral. Prinsip moral yang berlaku adalah mempertahankan dan memelihara kehidupan merupakan hal baik secara moral. Sedangkan merusak serta menghancurkan kehidupan merupakan kejahatan secara moral.

Teori biosentrisme sendiri memiliki 3 varian yakni the life centered theory atau hidup sebagai pusat yang dikemukakan Albert Schweizer dan Paul Taylor, land ethic atau etika bumi yang dikemukakan Aldo Leopold dan juga equal treatment atau perlakuan setara yang dikemukakan Peter Singer dan James Rachel.

You may also like