Ketika seseorang pernah mengalami atau melihat kejadian menyeramkan seperti kecelakaan, bencana alam, terorisme, kematian seseorang yang dicintai atau perang, maka macam macam trauma psikologis menjadi hal yang sering terjadi. Beberapa orang bisa sembuh dari trauma dan kembali beraktivitas dengan normal. Akan tetapi untuk sebagian orang lainnya tetap mengalami trauma seterusnya sampai bisa berkembang menjadi gangguan stres pasca trauma atau posttraumatis stress disorder. Lalu, apa sebenarnya teori traumatik dalam psikologi tersebut?, berikut penjelasan selengkapnya untuk anda.
Gambaran Klinis Posttraumatic Stress Disorder
Gejala posttraumatis stress disorder bisa dikelompokkan dalam empat jenis yakni kenangan yang mengganggu atau instrusive memories, menghindari atau avoidance dan juga mati rasa emosional atau emotional numbing serta kecemasan atau meningkatnya emosi atauhyperarousal. Seseorang nantinya bisa didiagnosa menderita posttraumatis stress disorder jika beberapa gejala dalam setiap kategori terjadi lebih dari satu bulan.
Beberapa gejala yang termasuk kelompok instrusive memories diantaranya adalah seseorang mengalami kilas balik atau flashback atau kehidupan yang dimiliki kembali ke peristiwa trauma psikologis dalam beberapa menit atau bahkan sampai beberapa hari. Seseorang sering mengingat kembali kejadian traumatik tersebut serta mengalami hal buruk tentang hal tersebut. Penderitaan emosional yang sangat dalam terjadi karena stimuli yang menandakan kejadian tersebut seperti balon meletus yang mengingatkan tentara ketika bertempur di medan peperangan, atau tanggal dari terjadinya peristiwa traumatik seperti hari dimana ia ditinggal seseorang yang dicintai.
Penghindaran stimuli diasosiasikan dengan kejadian yang berhubungan atau avoidance atau mati rasa dalam responsivitas adalah seseorang yang berusaha untuk menghindar dari berpikir mengenai trauma atau menghadapi stimuli yang bisa mengingatkan tentang kejadian tersebut yang nantinya bisa menyebabkan amnesia terjadi pada kejadian traumatik yang dialami. Mati rasa merupakan penurunan ketertarikan pada orang lain, merasa seperti terpisah dan juga tidak mampu merasakan segala emosi dalam psikologi yang positif. Beberapa gejala tersebut akan terlihat berlawanan dengan gejala di kelompok pertama. Akan tetapi pada kenyataannya, ada fluktuasi dimana penderita secara bergantian akan mengalami kembali dan juga mati rasa. Gejala kecemasan dan juga meningkatnya gairah, ketegangan atau emosi meliputi susah untuk tidur, sulit untuk berkonsentrasi, waspada terlalu berlebihan dan juga respon terkejut yang juga berlebihan.
Masalah lainnya yang sering dikaitkan dengan posttraumatis stress disorder adalah gangguan anxietas lain, kemarahan, depresi dalam psikologi, rasa bersalah, penyalahgunaan zat dengan tujuan mengobati diri sendiri sehingga distres bisa dihilangkan, masalah pernikahan, disfungsi seksual, kesehatan fisik yang menurun dan juga menurunnya produktivitas dalam bekerja. Pikiran dan rencana bunuh diri juga sangat umum terjadi seperti juga insiden sebuah ledakan yang keras serta masalah psikofisiologis yang berkaitan dengan stres, sakit kepala, sakit punggung bagian bawah dan juga gangguan sistem pencernaan.
Gambaran klinis posttraumatis stress disorder atau tanda tanda depresi pada anak anak juga berbeda dengan orang dewasa. Gangguan tidur disertai mimpi buruk mengenai monster juga sangat umum terjadi termasuk juga perubahan perilaku. Sebagai contoh seorang anak yang pada awalnya merupakan anak penggembira, secara tiba tiba menjadi anak pendiam serta menarik diri atau seorang anak yang pada awalnya pendiam berubah menjadi agresif dan kasar. Beberapa orang anak yang mengalami peristiwa traumatik berpikir jika mereka tidak akan bisa hidup hingga sampai usia dewasa. Beberapa orang anak juga bisa kehilangan keterampilan perkembangan yang sebenarnya sudah dikuasai seperti menulis, berbicara, menggunakan toilet dan sebagainya. Anak anak akan lebih sulit mengutarakan tentang perasaan yang mereka alami dibandingkan dengan orang dewasa.
Kriteria DSM IV TR PTSD
Dibawah ini akan kami jelaskan beberapa kriteria DSM IV TR posttraumatis stress disorder selengkapnya.
- Kejadian yang sudah dialami kembali terulang.
- Pemaparan pada sebuah kejadian traumatik bisa menyebabkan ketakutan yang ekstrem.
- Orang tersebut akan berusaha untuk menghindari stimuli yang diasosiasikan dengan trauma dan juga memiliki ketumpulan responsivitas.
- Tanda ketegangan yang berlebihan seperti terkejut berlebihan, ketakutan berlebihan dan lain sebagainya.
- Durasi gejala terjadi lebih dari satu bulan.
Faktor Penyebab PTSD
Penyebab utama dari posttraumatis stress disorder atau tanda tanda stress sendiri adalah trauma. Akan tetapi ada beberapa faktor lain yang berperan dalam perkembangan posttraumatis stress disorder yakni faktor lingkungan dan sosial, faktor biologis serta faktor psikologis. Faktor lingkungan dan sosial yang berpengaruh pada posttraumatis stress disorder diantaranya adalah durasi, tingkat keparahan dan juga kedekatan trauma. Selain itu, dukungan sosial juga sangat berpengaruh. Seseorang yang mendapat dukungan emosional dari beberapa orang disekitarnya akan saling berbagi sekaligus menceritakan tentang perasaan dan juga pengalaman traumatis mereka sehingga bisa sembuh lebih cepat jika dibandingkan dengan mereka yang tidak memperoleh dukungan.
Seseorang yang mengalami kejadian traumatik yang sama juga akan memiliki risiko PTSD tersebut. Setidaknya ada 3 faktor psikologi yang bisa menjelaskan perbedaan respon individu pada trauma, yakni:
- Untuk beberapa orang, trauma bisa menghancurkan asumsi dasar tertentu tentang kehidupan dan bisa berkontribusi pada tekanan psikologis jangka panjang.
- Beberapa orang sudah merasa tertekan sebelum trauma terjadi dan bisa meningkatkan risiko terjadinya PTSD.
- Penanganan atau coping styles tertentu bisa meningkatkan kesempatan individu mengalami PTSD sebagai salah satu cara menghilangkan trauma masa lalu.
- Para peneliti juga sudah mencari tentang perbedaan fungsi otak dan juga sistem biokimia yang terlibat dalam respon stres antara penderita PTSD dengan yang bukan penderita.
Pandangan Teori Psikologi Pada PTSD
Para teoris juga belajar berasumsi jika PTSD tersebut bisa terjadi karena pengkondisian klasik pada rasa takut sehingga membutuhkan cara menghilangkan rasa takut yang berlebihan. Sebagai contoh seorang wanita yang pernah mengalami pemerkosaan akan merasa takut ketika berjalan di lingkungan tertentu atau conditioned stimulus sebab pernah diperkosa pada tempat tersebut atau unconditioned stimulus. Dari rasa takut yang dikondisikan secara klasik ini, maka terjadi pengindraan yang secara negatif akan semakin diperkuat karena berkurangnya rasa takut yang dihasilkan dari ketidakberadaan dalam conditioned stimulus. PTSD adalah contoh utama dalam teori dua faktor tentang avoidance learning yang diajukan selama bertahun tahun oleh Mowrer.
Tindakan Pencegahan PTSD
Untuk mencegah terjadinya PTSD bisa dilakukan dengan debriefing atau pembekalan psikologis yang terkadang disebut dengan traumatologi atau konseling duka cita, yakni menggunakan sesi wawancara yang segera dilakukan sesudah peristiwa traumatis terjadi yang juga bisa dilakukan untuk cara mengatasi trauma perselingkuhan. Dalam wawancara tersebut ditujukan untuk membantu mengatasi respon emosional seseorang pada trauma sekaligus mencegah perkembangan dari PTSD tersebut termasuk dengan mendorong seseorang agar bisa bicara tentang kejadian traumatis yang dialami dan juga reaksi emosional mereka secara lebih terperinci dan sistematis.
Wawancara tersebut diperkirakan bisa membantu integrasi ingatan kejadian dalam sistem memori umum yang juga bisa dilakukan untuk cara menghilangkan trauma dalam rumah tangga. Untuk saat ini, pembekalan dilakukan dengan teratur sesudah pengalaman traumatis tersebut terjadi meski terdapat peningkatan tentang pertanyaan efektivitas pembekalan tersebut. Dalam penelitian dilaporkan jika risiko pengembangan PTSD hampir dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak mendapatkan intervensi. Ini mengartikan jika debriefing menjadi hambatan jangka panjang pemulihan akibat trauma psikologis. Sedang spekulasi mengenai hal ini terdiri dari beberapa jenis, yakni:
- Trauma sekunder bisa terjadi karena akibat dari paparan imaginal yang lebih jauh tentang kejadian traumatis dalam waktu yang singkat.
- Debriefing bisa mengatasi distress normal dan juga meningkatkan harapan perkembangan gejala psikologis untuk individu yang justru tidak mendapatkan pembekalan yang juga bisa dilakukan untuk cara mengatasi trauma berkepanjangan.
- Debriefing bisa mencegah potensi perlindungan berbentuk respon penolakan dan juga respon menjauhkan yang mungkin bisa terjadi sesudah kejadian traumatis.
- Meski pendekatan psikodinamik sudah digunakan untuk penderita PTSD, akan tetapi intervensi yang paling sering dipakai dalam pengobatan PTSD dilakukan atas dasar prinsip perilaku kognitif seperti untuk cara menghilangkan trauma pada anak.
Contoh Kasus
Seorang penyanyi yang berumur 27 tahun dirujuk seorang temannya untuk melakukan evaluasi. 8 bulan sebelumnya, kekasih orang tersebut menjadi korban penusukan sampai meninggal dunia dalam peristiwa penodongan dan ia bisa menyelamatkan diri tanpa luka apapun. Sesudah melewati masa berkabung, maka ia terlihat kembali normal. Ia kemudian membantu penyelidikan polisi dan secara umum dinilai sebagai saksi yang ideal. Akan tetapi, tidak lama sesudah tersangka pembunuhan kekasihnya tersebut tertangkap, penyanyi ini mulai berulang kali mengalami mimpi buruk dan juga ingatan jelas tentang peristiwa kejahatan tersebut. Dalam mimpi tersebut, ia melihat darah dan dirinya dikejar oleh seseorang yang mengancam dengan bagian wajah yang tertutup. Pada siang hari khususnya saat berjalan sendirian, ia sering melamun sehingga lupa akan tujuannya.
Teman teman yang mengamati mengatakan jika ia sangat mudah terkejut dan selalu khawatir akan sesuatu. Ia sering meninggalkan uang kembalian atau barang belanjaan di toko dan juga sering tidak bisa mengingat barang apa yang akan dibeli. Orang tersebut juga mulai merasa gelisah dan pekerjaannya jadi terganggu karena tidak bisa berkonsentrasi. Secara perlahan ia mulai menarik diri dari teman temannya dan mulai menghindari pekerjaan yang dimiliki. Ia juga merasa sangat bersalah tentang pembunuhan kekasihnya tersebut meski tidak diketahui mengapa hal itu bisa terjadi.