Home » Ilmu Psikologi » 7 Hubungan Psikologi dengan Kriminologi

7 Hubungan Psikologi dengan Kriminologi

by Arby Suharyanto

Tindakan kriminal pada saat ini menjadi tindakan yang hampir umum terjadi di beberapa daerah tau negara, yakni umumnya terjadi pada negara miskin atau berkembang dimana rakyatnya terpaksa melakukan tindakan kriminal untuk mencukupi kebutuhannya atau karena paksaan dalam hidup, tentunya tindakan kriminal yang dilakukan tersebut berhubungan dengan aspek psikologi dalam diri seseorang, yakni secara lengkapnya penulis uraikan dalam artikel berikut, Hubungan Psikologi dengan Kriminologi.

1. Kriminal Berhubungan dengan Kebutuhan Psikologi

Banyak ahli yang telah memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa orang melakukan tindakan kriminal secara psikologis.  Faktor penyebabnya antara lain :

  • Kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi dan tindakan kriminal secara psikologi (Aristoteles).
  • Kesempatan untuk menjadi pencuri (Sir Francis Bacon, 1600-an).
  • Kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam melakukan kontrak sosial (Voltaire & Rousseau, 1700-an). (Baca juga mengenai teori psikologi dalam kriminologi)
  • Atavistic trait atau  Sifat-sifat antisosial bawaan sebagai penyebab perilaku tindakan kriminal secara psikologi ( Cesare  Lombroso, 1835-1909).
  • Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional (Teoritisi Klasik Lain).

2. Kriminal Terjadi Karena Tekanan Psikologi

Teori pertama yaitu dari Deutsch & Krauss, 1965) tentang level of aspiration.  Teori ini menyatakan bahwa keinginan seseorang melakukan tindakan kriminal secara psikologi ditentukan oleh tingkat kesulitan dalam mencapai tujuan dan probabilitas subyektif pelaku apabila  sukses dikurangi probabilitas subjektif kalau gagal. (Baca juga mengenai dampak psikologis dari penderita kanker)

3. Kriminal Merupakan Interaksi dari Perilaku Psikologi dan Lingkungan

Teori kedua yaitu perilaku yang tidak terencana yakni tindakan kriminal secara psikologi dapat dijelaskan dengan persamaan yang diusulkan oleh kelompok gestalt tentang Life Space. Perilaku merupakan fungsi dari life-spacenya. Life space ini merupakan interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.  Mengapa model perilaku Gestalt digunakan untuk menjelaskan perilaku kriminal secara psikologi yang tidak berencana?

Pertama, pandangan Gestalt sangat mengandalkan aspek kekinian. Kedua, interaski antara seseorang dengan lingkungan bisa berlangsung sesaat. Ketiga, interaksi tidak bisa dilacak secara partial. (Baca juga mengenai makna hujan dalam psikologi)

4. Tindakan Kriminal Berhubungan dengan Keberanian dan Kepribadian Secara Psikologi

  • Adanya Reaksi Negatif dari Lingkungan

Hubungan antara tindakan tindakan kriminal secara psikologi dan proses tindakan kriminal secara psikologi secara umum dijelaskan dalam konsep “tindakan kriminal secara psikologi” ( deviance ) dan reaksi sosial. Tindakan tindakan kriminal secara psikologi dipandang sebagai bagian dari

“tindakan kriminal secara psikologi sosial” dengan arti tindakan yang bersangkutan “berbeda” dengan tindakan orang pada umumnya dan terhadap tindakan tindakan kriminal secara psikologi ini diberlakukan reaksi yang negatif dari masyarakat. (Baca juga mengenai dampak psikologis dari gegar otak)

  • Adanya Konflik

Menurut teori psikologi, “konflik” orang berbeda karena kekuasaan yang dimilikinya dalam perbuatan dan bekerjanya hukum. Secara umum dapat dijelaskan bahwa mereka yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam mendifinisikan tindakan tindakan kriminal secara psikologi adalah sebagai kepentingan yang bertentangan dengan kepentingan dirinya sendiri.

Secara umum tindakan tindakan kriminal secara psikologi sebagai kebalikan dari kekuasaan; semakin besar kekuasaan seseorang atau sekelompok orang semakin kecil kemungkinannya untuk dijadikan tindakan tindakan kriminal secara psikologi dan demikian juga sebaliknya. (Baca juga mengenai pengaruh LGBT dalam psikologi)

  • Pengaruh Kelompok

Orientasi sosio-psikologis teori ini pada teori-teori interaksi sosial mengenai pembentukan kepribadian dan konsep “proses sosial” dari perilaku kolektif. Dalam pandangan teori ini bahwa manusia secara terus menerus berlaku uintuk terlibat dalam kelompoknya dengan arti lain hidupnya merupakan bagian dan produk dari kumpulan kumpulan kelompoknya. Kelompok selalu mengawasi dan berusaha untuk menyeimbangkan perilaku individu-individunya sehingga menjadi suatu perilaku yang kolektif.

5. Kriminal Terjadi Akibat Kepentingan dan Pandangan Masyarakat

Terdapat teori “kriminologi Marxis” dengan dasar 3 hal utama yaitu :

  • Bahwa perbedaan bekerjanya hukum merupakan pencerminan dari kepentingan rulling class.
  • Tindakan tindakan kriminal secara psikologi merupakan akibat dari proses produksi dalam masyarakat
  • Hukum pidana dibuat untuk mencapai kepentingan ekonomi dari rulling class.

6. Kriminal Berhubungan dengan Situasi Keluarga

Keluarga secara psikologi merupakan kelompok terkecil dan yang paling intensif dalam membentuk kebiasaan. Orang tua merupakan kekuasaan yang besar sebagai sarana untuk memaksakan perilaku tindakan kriminal secara psikologi bagi anak-anaknya baik yang masih kecil maupun para remaja, sebelum memisahkan diri sebagai keluarga secara psikologi sendiri. Pengaruh yang diterapkan di dalam keluarga secara psikologi adalah melalui : asosiasi, asimilasi, imitasi dan juga paksaan.

  • Keluarga secara psikologi yang besar pada umumnya menderita tekanan ekonomi yang lebih besar daripada keluarga secara psikologi kecil.
  • Orang-orang kurang mendapatkan waktu untuk memperoleh perhatian dari orang tua.
  • Kenakalan orang dari keluarga secara psikologi besar tidak banyak perhatian baik orang tuanya maupun masyarakat sekelilingnya.
  • Kemungkinan untuk berkonflik dengan lingkungan tetangganya lebih besar, demikian pula orang tuanya. Kenakalan seseorang terhadap seseorang lain tetangganya dapat menimbulkan konflik antar tetangga..

7. Kriminal Berhubungan dengan Umur

Pembagian umur berdasarkan angka tahun kiranya kurang tepat, karena pertambahan tidak selalu sama dengan kedewasaan lebih baik kalau pembagian itu berdasarkan stadium dalam kehidupan :

  • Masa kanak-kanak, masa remaja, tahun-tahun pertama sebagai orang dewasa
  • Masa dewas penuh, dan masa usia lanjut

Dapat diperkirakan bahwa mereka yang baru mulai untuk pertama kali menjadi kriminal pada usia dewasa, kemungkinan-kemungkinannya menjadi residivis lebih kecil, karena :

  • Waktu untuk melakukan kembali kejahatan atau menjadi residivis relatif pendek
  • Pola watak pada masa dewasa telah mantap
  • Kriminalitas yang dilakukan dan diketahui orang tidak jarang hanya merupakan masalah kondisi yang kebetulan, dan bukannya kondisi yang berulang

Dengan berpangkal tolak pada frekuensi, orang-orangnya dapat kita bagi menjadi:

  • Orang yang tidak melakukan perbutan kriminalitas menurut psikologi
  • Orang yang hanya sekali melakukan perbuatan kriminalitas menurut psikologi
  • Orang yang lebih dari sekali mlakukan perbuatan kriminalitas menurut psikologi

Hukuman selama ini hukuman (punishment) menjadi sarana utama untuk membuat jera pelaku kriminal secara psikologi. Dan pendekatan behavioristik ini tampaknya masih cocok untuk dijalankan dalam mengatasi masalah kriminal dalam pandangan psikologi. Hanya saja, perlu kondisi tertentu, misalnya konsisten, fairness, terbuka, dan tepat waktunya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan berkualitas untuk sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya ya sobat, Terima kasih.

You may also like