Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Lingkungan – Teori – Kontribusi

Psikologi Lingkungan – Teori – Kontribusi

by Khanza Savitra

Pada hakikatnya manusia dan lingkungan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia telah mengambil banyak manfaat dari lingkungan seperti tempat tinggal yang nyaman, tempat bekerja, tempat berekreasi dan lain-lain. Keseimbangan antara keduanya sangat penting untuk dijaga. Bagaimana keseimbangan antara keduanya dijaga, itulah salah satu kontribusi psikologi lingkungan.

Psikologi Lingkungan adalah cabang ilmu psikologi yang berkaitan dengan lingkungan fisik, ilmu ini merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang tergolong masih muda. Teori-teori dalam psikologi lingkungan dipengaruhi oleh tradisi teori besar yang berkembang dalam disiplin psikologi maupun di luar psikologi.

Baca juga:

Para ahli memiliki pandangannya masing-masing terhadap psikologi lingkungan. Emery dan Tryst (dalam Soesilo, 1989) mengemukakan bahwa hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi ketergantungan satu sama lain. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Guilford, yaitu manusia mempengaruhi lingkungannya. Untuk selanjutnya lingkungan akan mempengaruhi manusia, demikian pula sebaliknya.

Veitch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi anatar perilaku dan pengalaman manusia sabagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.

Psikologi lingkungan sebagai salah satu cabang ilmu dari psikologi yang mempunyai hal berbeda dengan cabang ilmu psikologi lainnya. Karakteristik Psikologi Lingkungan adalah sebagi berikut :

  • Dalam membahas hubungan manusia dengan lingkungan harus dilihat sebagai satu kesatuan. Hal ini dimaksudkan bahwa disiplin ilmu psikologi lainnya sering kali memisahkan antara stimulus, manusia dan respon atau tingkah lakunya.
  • Psikologi lingkungan mempelajari hubungan interelasi antara tingkahlaku manusia dengan lingkungan. Dalam hal ini terjadi hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.
  • Psikologi lingkungan merupakan kajian yang bersifat interdisiplin.Dalam hal ini menganalisis interelasi antara tingkah laku manusia dan lingkungan, tidak dapat dikaji dari satu disiplin ilmu.
  • Psikologi lingkungan ada pula yang khas, yaitu metode pemetaan tingkah laku.

Teori-Teori yang Terdapat Pada Psikologi Lingkungan

Teori yang berorientasi lingkungan dalam Psikologi lebih banyak dikaji oleh para pengamat prilaku. Perilaku terbentuk karena pengaruh umpan balik dan pengaruh modeling. Sebagai contoh  bahwa manusia sebagai blackbox yaitu kotak hitam yang siap dibentuk menjadi apa saja.

Psikologi Lingkungan memiliki teori yang berdasar pada lingkungan, contoh aplikasinya adalah geographical determinant yaitu teori yang memandang perilaku manusia lebih ditentukan faktor lingkungan dimana manusia hidup yaitu apakah di pesisir, di pegunungan, ataukah di daratan.

Baca juga:

Adanya perbedaan lokasi di mana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang berbeda. Berdasarkan premis dasar tersebut, muncul beberapa teori mini dalam Psikologi seperti teori beban lingkungan, teori hambatan perilaku, teori level adaptasi, stres lingkungan, dan teori ekologi. Berikut ini akan dipaparkan teori mini tersebut.

A. Teori Beban Lingkungan (Environtment-Load Theory)

Premis dasar teori ini adalah manusia mempunyai kapasitas yang terbatas dalam pemprosesan informasi. Menurut Cohen , ada 4 dasar dari teori ini yaitu:

  • Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemprosesan informasi.
  • Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas proses informasi, proses perhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
  • Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif. Artinya, ketepatan stimulus akan dievaluasi melalui proses pemantauan dan keputusannya dibuat atas dasar respon pemecahan masalah. Jika stimulus yang masuk merupakan stimulus yang dapat diprediksi dan dapat dikontrol, stimulus tersebut semakin mempunyai makna untuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika stimulus yang masuk merupakan stimulus yang tidak dapat diprediksi atau tidak dapat dikontrol, perhatian kecil atau mungkin pengabaian perhatian akan dilakukan. Akibatnya, pemrosesan informasi tidak akan berlangsung.
  • Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapi sesuai dengan kebutuhan.

B. Teori Hambatan Prilaku (Behaviour Constraints Theory)

Konsep dasar teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau tidak diinginkan, akan mendorong terjadinya hambatan dalam kapasitas dalam proses informasi. Hal ini mengakibatkan orang merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang berlangsung. Perasaan kehilangan kontrol merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku. Istilah hambatan berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang membatasi (atau menginterferensi dengan sesuatu), apa yang manjadi harapan.

Baca juga:

Hambatan dapat muncul, baik secara aktual dari lingkungan atau pun interpretasi kognitif. Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu yang menghambat perilaku, orang merasa tidak nyaman. Pengatasan yang dilakukan adalah orang mencoba menegaskan kembali kontrol yang dimiliki dengan cara melakukan antisipasi faktor-faktor lingkungan yang membatasi kebebasan perilaku. Usaha tersebut dikatakan sebagai reaktansi psikologis. Jika usaha tersebut gagal, muncul ketidakberdayaan yang dipelajari atau learned helplessness (Veitch & Arkkelin, 1995).

Teori kendala perilaku ini banyak dikembangkan Altman. Salah satunya adalah bagaimana seseorang memperoleh kontrol melalui privasi agar kebebasan perilaku dapat diperoleh. Dinamika psikologis dari privasi merupakan proses sosial antara privasi, teritorial, dan ruang personal. Privasi yang optimal terjadi ketika privasi yang dibutuhkan sama dengan privasi yang dirasakan. Privasi yang terlalu besar menyebabkan orang merasa terasing, sebaliknya terlalu banyak orang lain yang tidak diharapkan, perasaan kesesakan (crowding) akan muncul sehingga orang merasa privasinya terganggu.

Selanjutnya dijelaskan oleh Altman bahwa privasi pada dasarnya merupakan konsep yang terdiri atas proses 3 dimensi.

  • Pertama, privasi merupakan proses mengontrol batasan-batasan. Artinya, pelanggaran terhadap batasan-batasan ini merupakan pelanggaran terhadap privasi seseorang.
  • Privasi dilakukan dalam upaya memperoleh optimalisasi. Seseorang menyendiri bukan berarti ia ingin menghindarkan diri dari kehadiran orang lain atau keramaian, tetapi lebih merupakan suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.
  • Privasi merupakan proses multi mekanisme. Artinya, ada banyak cara yang dilakukan orang untuk memperoleh privasi, baik melalui ruang personal, teritorial, komunikasi verbal, dan komunikasi non-verbal.

C. Teori Level Adaptasi (Adaptation Level Theory)

Teori ini pada dasarnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut teori ini, stimulasi level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat negatif bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal adalah yang mampu mencapai perilaku yang optimal pula. Dengan demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individu dalam level adaptasi.

Baca juga:

Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu sistem, artinya ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan -tuntutan lingkungan yang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini, adaptasi merupakan suatu proses modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan. Semakin sering stimulus hadir maka akan terjadi pembiasaan secara fisik yang disebut sebagai habituasi dan terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptasi.

Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi yang optimal oleh Wohwill menyatakan bahwa ada 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:

  • Intensitas. Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang disekeliling kita, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang menyebabkan perasaan sesak dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa terasing.
  • Keanekaragaman. Kenekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu bereneka membuat perasaan overload dan kekurang anekaragaman membuat perasaan monoton.
  • Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.

D. Teori Stres Lingkungan (Environtment Stress Theory)

Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stres dalam lingkungan. Berdasarkan model input-process-output, maka ada 3 pendekatan dalam stres yaitu stres sebagai stressor, stres sebagai respon dan stres sebagai proses. Oleh karenanya, stres terdiri atas 3 komponen yaitu stressor, proses, dan respon. Stressor merupakan sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas, atau kepadatan tinggi.

Baca juga:

Respon stres adalah reaksi yang melibatkan komponen emosional, fikiran, fisiologis, dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi antara stressor dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah stres tidak hanya merujuk pada sumber stres, respon terhadap sumber stres saja, tetapi keterkaitan antara ketiganya. Artinya, ada transaksi antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres.

Jika sumber stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan muncul, sebaliknya jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stres positif akan muncul. Dalam kaitannya dengan stres lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stres atau tidak.Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja, tetapi bagi orang lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat kinerja.

E. Teori Ekologi (Ecological Theory)

Menurut Hawley adalah perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem, yang mempunyai beberapa pemahaman dasar sebagai berikut:

  • Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan.
  • Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia terhadap lingkungan.
  • Interaksi manusia terhadap lingkungan bersifat dinamis.
  • Interaksi manusia terhadap lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsi.

Salah satu teori yang didasarkan atas pandangan ekologis adalah teori  perilaku yang dipelopori oleh Robert Barker dan Alan Wicker. Makna utama teori ini adalah organism environment fit model yaitu kesesuaian antara rancangan lingkungan dengan perilaku yang difasilitasi oleh lingkungan tersebut. Oleh karenanya, kemungkinan adanya pola-pola perilaku yang telah tersusun atau disebut dengan program yang dikaitkan dengan tempat.

Baca juga:

Teori ini kurang memperhatikan proses psikologis dari perbedaan individual dan lebih menekankan uniformitas atau perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteriskik sosial seperti kebiasaan, aturan, aktivitas, dan karakterisktik fisik. Dengan mengetahui setting tempat maka dapat diprediksi perilaku aktivitas yang terjadi.

Kontribusi Psikologi Lingkungan Bagi Kehidupan Manusia

Ada banyak hal yang telah dilakukan psikologi lingkungan dalam memberikan kontribusinya terhadap kehidupan manusia, diantaranya adalah:

  • Sebagai solusi dalam pemecahan masalah.

Seperti bagaimana caranya agar masyarakat dapat memanfaatkan air sungai (misalnya untuk keperluan industri) dengan tetap menjaga kebersihan dan debitnya, bagaimana orang dapat tetap merasa sejuk dalam ruangan dengan menggunakan pendingin udara yang hemat energi, dan bagaimana mengurangi pertumbuhan penduduk agar tidak melampaui daya dukung sumber alam.

  • Mempelajari proses manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.

Misalnya mengapa orang lebih lebih mudah menghafal peta lingkungannya atau mempunyai peta kognitif di wilayahnya sendiri dari pada di tempat yang asing. Mengapa orang Jakarta tidak merasa sesak tinggal di daerahyang sangat padat, sementara orang dari luar Jawa tidak betah di Jakarta karena merasa sesak.

  • Meningkatkan kesehatan masyarakat.

Seperti menghentikan kebiasaan merokok, mencegah AIDS, mnegurangi kecemasan dan meningkatkan prognosis yang positif setelah pembedahan serta memberikan alternatif psikologi lingkungan terhadap program – program kesehatan yang selama ini hanya mengandalkan pendekatan medis.

  • Membantu dalam membuat desain lingkungan yang nyaman.

Misalnya mengatur perancngan, arsitektur, prasarana, tata kota, peta bumi dll yang disesuaikan dengan psikologi orang – orang yang akan menghuni, bekerja atau memanfaatkan lingkungan tersebut.

Baca juga:

Dapat ditarik kesimpulkan bahwa kontribusi psikologi lingkungan adalah sebagai sebuah solusi dalam pemecahan masalah, mempelajari proses kognisi manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, meningkatkan kesehatan masyarakat dan membantu dalam menciptakan lingkungan yang nyaman. Sekian artikel kali ini semoga memberikan manfaat positif dan terima kasih.

 

You may also like