Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 17 Dampak Kekerasan Pada Anak – Fisik – Psikis

17 Dampak Kekerasan Pada Anak – Fisik – Psikis

by Devita Retno

Tentu kita sudah sering sekali menyaksikan berbagai tindak kekerasan pada anak, baik itu menyaksikannya dengan mata kepala sendiri maupun melalui berita – berita yang beredar di media massa. Kekerasan terhadap anak adalah suatu kondisi yang nyata dan sering terjadi dalam kenyataannya, bahkan merupakan kasus yang lebih banyak terjadi daripada yang dilaporkan di permukaan.

Salah satu penyebab kurangnya laporan kekerasan anak daripada yang sebenarnya terjadi adalah karena seringkali kekerasan secara emosional bukanlah merupakan hal yang dilaporkan terjadi, karena dianggap akibatnya tidak senyata kekerasan fisik. Padahal kekerasan fisik maupun kekerasan secara emosional yang dialami anak akan mendatangkan akibat yang sama merusaknya bagi perkembangan anak di masa depannya.

Konsekuensinya dapat mendatangkan berbagai dampak negatif bagi perkembangan anak secara psikologis dan secara fisik. Perkembangan emosi anak usia dini dan tahap perkembangan afektif anak usia dini pun akan sangat terpengaruh.  Dampaknya pun bisa mendatangkan trauma yang berkepanjangan sehingga anak tidak menikmati masa kecilnya walaupun telah mendapatkan pertolongan yang tepat. Trauma tersebut juga akan akan terbawa hingga dewasa, karena dampak kekerasan seperti ini biasanya akan menunjukkan dirinya dalam waktu yang lama, dan tidak segera terlihat seketika itu juga.

baca juga:

Saat ini mungkin Anda tidak akan melihat apa akibat kekerasan pada anak,  namun dampaknya akan terlihat seiring pertumbuhan usia anak dan juga perkembangan psikologisnya. Berikut ini adalah beberapa dampak kekerasan pada anak yang perlu diketahui sejak dini agar tidak mengganggu psikologisnya saat beranjak dewasa.

1. Membentuk mental sebagai korban

Anak – anak korban kekerasan pada umumnya sudah mengalaminya sejak kecil sehingga mental sebagai seorang korban sudah terlanjur terbentuk di alam bawah sadarnya. Dengan demikian, bisa saja tertanam dalam pikirannya bahwa dirinya memang hanya pantas untuk dikorbankan. Jika memiliki pola pikir seperti itu, sang anak akan terus menerus terjebak pada siklus menjadi korban tanpa dapat memutuskan rantai tersebut selama hidupnya.

2. Melakukan kekerasan

Akibat dari kekerasan yang dialami bukan hanya menjadi korban semata, namun anak yang juga menjadi korban kekerasan justru bisa berubah menjadi pelaku kekerasan tersebut. Misalnya, ada penelitian yang mengungkap bahwa perilaku membully justru banyak dilakukan oleh mereka yang dulunya pernah menjadi korban bullying, dan kemungkinan itu sangat tinggi.

3. Rendahnya kepercayaan diri

Kepercayaan diri anak yang rendah seringkali disebabkan oleh ketakutan akan melakukan sesuatu yang salah dan ia akan mengalami kekerasan lagi. Hal ini akan menyebabkan perkembangan anak terhambat. Anak akan sulit menunjukkan sikap inisiatif dalam memecahkan masalah, bahkan mengalami kesulitan bergaul.

baca juga:

4. Mengalami trauma

Kekerasan yang dialami anak akan menimbulkan luka hati dan juga trauma pada anak. Dampaknya dalam kehidupan anak selanjutnya akan sangat besar, salah satunya depresi, stress, dan gangguan psikologis lainnya yang dapat mengganggu kehidupan sosial serta aktivitas sehari – hari. Anak juga akan menjadi takut tehadap segala bentuk kekerasan, bahkan yang terkecil sekalipun, misalnya suara – suara keras, pembicaraan bernada tinggi, dan lain – lain.

5. Perasaan tidak berguna

Anak- anak yang sering mengalami kekerasan dapat mengembangkan perasaan tidak berguna di dalam dirinya. Bukan hanya itu, namun juga adanya perasaan tidak bermanfaaat dan tidak bisa ditolong akan berkembang dalam kejiwaan anak. Pada akhirnya, anak akan menjadi pendiam, mengucilkan diri dari lingkungannya, dan tidak bergaul dengan teman sebayanya karena merasa hal tersebut lebih nyaman.

6. Bersikap murung

Anak – anak identik dengan keceriaan, namun tindak kekerasan akan merampas senyum dari wajah seorang anak. Perubahan yang cukup drastis pada kondisi emosional anak akan langsung terlihat. Anak akan terlihat menjadi pendiam, pemurung, mudah menangis. Ia juga sama sekali tidak menunjukkan raut wajah yang ceria dalam keadaan yang menyenangkan sekalipun. Ketidak mampuan anak untuk mencari cara menghilangkan beban pikiran dengan efektif lah yang akan menghilangkan perasaan positif dari dirinya.

7. Sulit mempercayai orang lain 

Anak yang mengalami kekerasan merasa kehilangan figur orang dewasa yang bisa melindunginya, karena itulah sedikit demi sedikit kepercayaannya kepada orang lain akan mulai terkikis, dan anak akan sulit menaruh kepercayaan dan keyakinan pada orang lain lagi. Ia akan menganggap tidak ada orang yang bisa diandalkan untuk memberikan perlindungan kepadanya, karena itulah maka tidak ada orang yang layak untuk dipercaya oleh anak.

8. Bersikap agresif

Sikap agresif juga dapat ditunjukkan anak korban kekerasan sebagai hasil peniruan dari apa yang disaksikannya sehari – hari. Anak akan belajar bahwa sikap yang penuh kekerasan itu adalah sikap yang membuat seseorang menjadi kuat, karena itu ia juga harus bersikap agresif agar dapat menjadi orang yang kuat dan tidak lagi menjadi korban tindak kekerasan.

baca juga:

9.Depresi

Sikap murung anak yang berlanjut lambat laun bisa mengarah kepada depresi. Kehilangan kemampuan untuk merasa bahagia perlahan akan meningkatkan perasaan yang buruk dan depresif sehingga anak akan selalu dipengaruhi oleh perasaan yang negatif, tanpa adanya keinginan untuk berpikir positif untuk meningkatkan semangat di dalam dirinya. Anak juga dapat menderita gangguan kecemasan akut serta depresi kronis. Ketahuilah cara mengatasi anxiety disorder dan terapi psikologi untuk depresi.

10. Sulit mengendalikan emosi

Kecenderungan anak yang menderita kekerasan untuk merasa kurang percaya diri dan tidak mempercayai orang dawasa, umumnya tidak dapat mengungkapkan perasaannya dengan benar. Anak kesulitan mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya sehingga mengalami kesulitan dalam mengendalikan atau menunjukkan emosinya sendiri kepada orang lain.

11. Sulit berkonsentrasi

Tekanan akibat kekerasan yang diterima anak juga dapat merusak kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan fokus terhadap suatu hal. Misalnya, terhadap kegiatan sekolah dan pelajaran sekolahnya. Bisa saja minat dan bakat anak yang tadinya tampak besar dan menjanjikan akan menghilang secara drastis seiring dengan penurunan kemampuannya untuk berkonsentrasi.

baca juga:

12. Luka, cacat fisik atau kematian

Tanda – tanda kekerasan fisik yang dilakukan pada anak bisa berupa memar, bengkak, keseleo, patah tulang, lukaa bakar, perdarahan dalam, luka pada area kelamin, kurangnya kebersihan dan ppenyakit menular seksual serta banyak lagi yang tidak semuanya dapat langsung dilihat dengan jelas. Sudah pasti anak korban kekerasan akan enggan untuk memberi tahu orang lain mengenai hal yang dialaminya.

Biasanya anak takut jika pelaku mengetahuinya, kekerasan yang terjadi akan berlangsung lebih buruk, serta tidak ada orang yang bisa dipercaya. Kekerasan fisik yang berlangsung dalam waktu lama bisa menyebabkan anak mengalami cacat fisik atau bahkan resiko kematian ketika luka fisiknya telah menjadi sangat parah.

13. Sulit tidur

Tekanan pikiran yang dialami anak akan berlanjut hingga mempengaruhi pola tidur anak. Anak akan mengalami kesulitan tidur dan bahkan bermimpi buruk sebagai hasil dari beban pikiran yang disimpan di bawah sadarnya. Apabila anak kerap bermimpi buruk yang sukar dijelaskan penyebabnya, waspadalah karena bisa saja anak sedang mengalami suatu tinadk kekerasan pada saat itu yang tidak diketahui oleh Anda.

14. Gangguan kesehatan dan pertumbuhan 

Anak yang mengalami kekerasan dalam waktu yang lama atau berkepanjangan biasanya akan menunjukkan gejala fisik seperti gangguan kesehatan berupa gangguan jantung, kanker, penyakit paru, penyakit hati, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan juga kadar protein reaktif c yang tinggi. Bahkan mengalami gangguan penglihatan pendengaran, gangguan berbahasa, mengalami perkembangan otak yang terbelakang, dan mengalami ketidak seimbangan kemampuan sosial, emosional dan kognitif.

baca juga:

15. Memiliki kebiasaan buruk

Stres yang dirasakan anak sejak kecil dapat membawanya memiliki kebiasaan buruk yang dilakukan untuk mengalihkan pikirannya dari stres tersebut . Misalnya, merokok, menggunakan obat – obatan terlarang, ketergantungan alkohol, memilih lingkungan pergaulan yang buruk, melakukan seks bebas, dan banyak lagi yang dilakukan sejak usia dini apabila tidak ada pertolongan untuk anak korban kekerasan.

16. Kecerdasan tidak berkembang

Kekerasan dapat menekan proses tumbuh kembang anak. Perkembangn IQ anak akan cenderung menjadi statis dan bahkan tingkat IQ bisa mengalami penurunan. Perkembangan kognitif anak pun akan memburuk dan tidak seperti yang seharusnya. Dengan kata lai, kondisi kecerdasan anaak akan terhambat dengan kekerasan yang dialami anak secara terus menerus.

17. Menyakiti diri sendiri atau bunuh diri

Anak – anak yang mengalami kekerasan tidak dapat membela diri ataupun mencari pertolongan kepada orang lain. Ketidak mampuan mereka untuk mencari pertolongan tersebut akan menggiring anak kepada situasi dimana mereka sanggup menyakiti diri sendiri sebagai tindakan meminta tolong. Misalnya, mengiris dirinya sendiri dngn maksud menimbulkan luka fisik. Atau bahkan melakukan percobaan bunuh diri karena sudah merasa sangat putus asa.

Dampak kekerasan pada anak tidak hanya berasal dari kekerasan fisik semata, melainkan juga berasal dari kekerasan emosional, dan  keduanya sama buruknya karena dapat mengganggu perkembangan emosional serta fisik anak, dan juga dapat mengganggu proses tumbuh kembang termasuk mengganggu perkembangan kecerdasannya. Anak –  anak yang mengalai kekerasan menurut penelitian akan tumbuh menjadi anak yang bermasalah dengan perilakunya.  Oleh karena itu, masalah ini merupakan suatu masalah serius yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Anda harus waspada tehadap kondisi anak, mengetahui bagaimana depresi dalam psikologi, ciri – ciri depresi berat, tanda – tanda depresi sebenarnya untuk mencari tanda – tanda yang tidak biasa agar anak terhindar dari masalah kekerasan tersebut.

You may also like