Disleksia adalah kelainan proses belajar yang khusus terjadi di bidang kemampuan membaca, menulis dan mengeja. Kesulitan ini disebabkan oleh masalah untuk mengenali bunyi perkataan dan bagaimana hubungannya dengan huruf – huruf dan kata – kata secara tulisan. Kondisi ini adalah kelainan belajar yang khusus, dan tidak dipengaruhi oleh tingkat inteligensi seseorang.
Disleksia adalah masalah yang akan terjadi seumur hidup yang dapat memberikan tantangan pada kehidupan seseorang sehari – harinya. Disleksia muncul pada seseorang atau anak – anak dengan penglihatan atau inteligensi yang normal, terkadang bisa saja tidak terdeteksi selama bertahun – tahun hingga seseorang mencapai usia dewasa.
Disleksia bukanlah suatu penyakit. Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan dengan kata – kata dan merupakan masalah hambatan belajar yang paling umum terjadi pada anak – anak. Kurang lebih pada sekitar 80% anak yang mengalami gangguan belajar ternyata mengalami disleksia, dan mempengaruhi anak – anak perempuan serta laki – laki, juga yang berasal dari berbagai etnis serta berbagai latar belakang ekonomi yang berbeda, jadi tidak ada kalangan khusus yang spesifik memiliki kecenderungan untuk menderita disleksia.
baca juga:
- Macam-macam Syndrome
- Macam-Macam Skizofrenia
- Ciri-Ciri Kepribadian Ganda
- Perilaku Abnormal
- Ciri Ciri Skizofrenia
Penyebab Disleksia
Disleksia muncul dari mulai tingkat yang medium hingga berat dan tidak ada dua orang yang memiliki tingkatan yang persis sama antara satu sama lain. Walaupun belum dapat diketahui benar – benar apa persisnya penyebabnya, namun para peneliti menemukan bahwa penyebab disleksia adalah faktor neurobiologis dan faktor genetika. Setelah melakukan beberapa penelitian terhadap fungsi otak dan anatomi, ditemukan bahwa ada perbedaan pada perkembangan dan fungsi otak seorang penderita disleksia.
Jika ada beberapa individu ada yang mewarisi genetika yang mengandung bawaan disleksia, dan biasanya hal itu menurun dalam keluarga. Jadi jika ada anggota keluarga yang mengalami disleksia, maka kemungkinan besar anggota lainnya juga mempunyai resiko yang sama.
baca juga:
Ciri – Ciri Disleksia yang Mudah Dikenali
Pada beberapa kasus, gejala disleksia dapat dideteksi pada anak – anak usia dini, namun semua gejala tersebut sebenarnya masih bersifat umum sehingga sulit menentukan apakah anak mengalami disleksia ataukah mengalami gangguan perkembangan lainnya. Gejala atau ciri yang lebih jelas baru dapat dilihat ketika anak memasuki usia sekolah, dimana mereka mulai belajar membaca dan menulis secara ekstensif. Macam – macam metode pembelajaran atau macam – macam gaya belajar yang ada terkadang tidak sesuai dengan kondisi anak yang mengalami disleksia, maka mereka mungkin akan menunjukkan gejala seperti ini:
- Mengalami masalah mempelajari nama – nama benda dan bunyi dari huruf – huruf.
- Kemampuan mengeja tidak konsisten dan tidak bisa ditebak.
- Menaruh kata dan bentuk dengan urutan yang salah, misalnya menuliskan angka 6 menjadi 9, atau menuliskan huruf B padahal yang dimaksud adalah D.
- Bingung dengan urutan dari huruf – huruf dalam suatu kata.
- Membaca sangat perlahan atau membuat kesalahan ketika membaca keras – keras, dan kemampuan membacanya berada di bawah rata – rata anak seusianya.
- Mengalami gangguan visual ketika membaca, misalnya seorang anak akan melihat bahwa huruf – huruf dan kata – kata akan tampak berlompatan atau buram, padahal hasil tes mata menunjukkan hal yang normal.
- Dapat menjawab pertanyaan dengan baik secara lisan namun mengalami kesulitan ketika harus memberikan jawaban dalam bentuk tulisan.
- Harus berusaha keras mempelajari hal – hal yang berurutan, seperti urutan hari atau urutan dari alfabet. Juga mengalami kesulitan untuk mengingat urutan atau langkah – langkah dari suatu hal.
- Menulis dengan sangat perlahan dan mempunyai tulisan tangan yang buruk, tidak dapat mengenali persamaan atau perbedaan pada setiap kata dan huruf.
- Sulit mengingat instruksi yang cepat dan beruntun, juga mengingat kata – kata yang telah dipelajari. Karena itu mereka seringkali bermasalah dengan pengaturan waktu dan perencanaan sesuatu.
- Mengalami kesulitan untuk mengerti kalimat – kalimat yang merupakan ungkapan atau istilah tertentu.
- Ada kemungkinan orang yang mengalami disleksia merasa pusing ketika sedang berusaha membaca.
- Mengalami kesulitan untuk memproses apa yang didengar
- Sulit mempelajari bahasa asing.
- Sulit mengerjakan problem yang berhubungan dengan matematika, dan tidak berhasil pada pelajaran matematika yang lebih rumit.
- Kebanyakan berpikir dengan perasaan dan gambaran – gambaran, bukan dengan kata – kata atau suara.
- Seorang anak yang disleksia bisa menjadi pembuat onar atau justru terlalu pendiam.
- Rentan mengalami infeksi telinga, dan sensitif terhadap produk kimia, perasa tambahan atau makanan tertentu.
- Mempunyai memori jangka panjang yang sangat baik terhadap wajah, pengalaman dan tempat – tempat.
- Kesulitan memusatkan perhatian atau fokus, kadang tampak hiperaktif atau justru sering melamun.
baca juga:
Dampak Dari Disleksia
Akibat yang dialami para penderita disleksia akan bervariasi pada setiap orang tergantung pada tingkat kesulitan yang dialaminya. Beberapa orang yang mengalami hambatan perkembangan anak bahkan dapat mengalami kemajuan pada pelajaran membaca dan mengeja tahap awal, namun akan mengalami kesulitan apabila mulai memasuki tahap yang lebih kompleks, misalnya penggunaan grammar, memahami isi buku teks dan menulis esai.
Para penderita disleksia juga akan kesulitan dengan bahasa lisan, walaupun telah diberi contoh cara berbahasa yang baik di rumah maupun dengan pengajaran yang baik di sekolah. Mereka kemungkinan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan diri mereka dengan jelas ataupun juga untuk membuat orang memahami apa yang mereka maksudkan.
Selain itu, disleksia juga dapat mempengruhi kesan tentang diri seseorang. Ada kalanya murid – murid yang memiliki disleksia kerap dituding atau diberi cap sebagai murid yang malas, bodoh dan tidak kompeten. Akibatnya mereka juga sering kali merasa dirinya tidak layak. Jika demikian, pengalaman belajar yang sangat membuat stres akan membuat seorang anak merasa tidak antusias untuk lanjut bersekolah dan karena itu harus dilakukan cara mengatasi anak susah belajar dengan efektif sebagai cara meningkatkan prestasi belajar anak.
Kapan Harus Ke Dokter
Disleksia ditandai dengan hambatan perkembangan yang muncul saat anak memasuki usia yang cocok untuk belajar membaca. Kebanyakan anak akan siap untuk belajar membaca sejak taman kanak – kanak atau tingkat pertama sekolah dasar, namun pada anak disleksia seringkali bahkan tidak dapat memahami dasar – dasar untuk membaca pada saat itu. Jika Anda menemukan beberapa gejala yang mengarah kepada disleksia pada anak, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Hal ini harus dilakukan secepatnya karena jika kasus disleksia tidak terdeteksi sejak awal, maka hal itu akan berlanjut hingga seseorang memasuki masa dewasa kelak. Untuk mendiagnosis apakah seseorang mengalami diseksia atau tidak, dokter pastinya akan melihat dari segala aspek termasuk kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
Tips Belajar Untuk Disleksia
Idealnya, ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai cara menangani anak berkebutuhan khusus untuk mempermudah kehidupan anak – anak yang menderita disleksia dan juga cara mengetahui bakat anak sejak dini yaitu:
- Sediakan pojok tenang atau sudut yang nyaman agar anak bisa beraktivitas seperti membaca.
- Gunakan buku berupa e – book atau audiobook. Pilih buku dengan spasi yang besar dan berukuran besar.
- Izinkan penggunaan laptop untuk membuat tulisan dalam bentuk esai.
- Metode belajar secara privat atau satu guru dengan satu anak dalam grup kecil dan dengan guru spesialis, juga dengan memperhatikan perkembangan kognitif anak usia dini.
- Adanya teknik belajar khusus yang ditujukan untuk memfokuskan kemampuan mengenali dan memproses suara yang membentk suatu kata.
Hambatan Belajar Lainnya
Beberapa orang yang mengalami disleksia terkadang juga mengalami masalah hambatan belajar yang lainnya, atau yang memiliki gejala mirip dengan disleksia seperti:
- Dyscalculia – Yaitu hambatan dalam belajar mengenai hal yang berhubungan dengan matematika, berupa kesulitan untuk mengerti konsep dasar matematika dan kesulitan untuk memecahkan masalah aritmatika.
- Dysgraphia – Yaitu suatu kondisi hambatan dalam menulis dengan menggunakan tangan, yang dapat berhubungan dengan mengeja suatu akta dalam tulisan serta kecepatan menulis. Anak – anak dengan Dyrgraphia mungkin saja memiliki ketidak sempurnaan menulis tangan, atau hanya ketidak sempurnaan mengeja, atau keduanya.
- Attention Deficit Disorder (ADD) atau Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) – Pada ciri – ciri anak hiperaktif juga terdapat poin yang mirip dengan gejala disleksia. Masalah perkembangan anak ini juga dapat mempengaruhi perkembangan belajar anak, namun keduanya bukanlah termasuk ke dalam kategori jenis – jenis hambatan belajar. DAlam berbagai kasus, ada anak – anak dengan hambatan belajar yang juga diketahui memiliki gangguan ADD atau ADHD dan juga ditangani dengan cara mendidik anak hiperaktif.
Disleksia tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat dihilangkan. Namun dengan terapi serta bimbingan yang tepat sejak dini, anak akan belajar untuk mengatasi hambatan tersebut. Membimbing anak yang mengalami disleksia kadang akan membutuhkan kesabaran yang tinggi karena hal ini merupakan proses yang panjang yang harus dilalui oleh anak, orang tua, keluarga dan bahkan oleh terapisnya dengan memahami teori perkembangan anak. Peran keluarga dalam pendidikan anak sangat besar artinya. Dukungan emosional yang tepat sebagai cara menghilangkan rasa minder bisa membuat anak atau seseorang dengan disleksia mengalami kemajuan pesat dalam mengatasi hambatan belajarnya tersebut.