Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » Tahap Perkembangan Afektif Anak Usia Dini

Tahap Perkembangan Afektif Anak Usia Dini

by Khanza Savitra

Setiap anak tentunya mengalami perkembangan di dalam hidupnya, salah satunya yaitu perkembangan afektif (emosi). Afektif ini berkaitan dengan perasaan cinta atupun takut yang mana dapat mempengaruhi kondisi perasaan serta emosi yang mana memiliki gaya ataupun makna yang dapat menunjukkan perasaan. Seseroang tentunya dalam merespon sesuatu akan lebih diarahkan dengan menggunakan penalaran serta pertimbangan yang objektif. Namun saat-saat tertentu, di dalam kehidupannya dorongan emosional yang ada lebih banyak dipengaruhi dengan pemikiran yang ada di dalam tingkah lakunya.

Perasaan yang menyertai perbuatannya tersebut di dalam kehidupan sehari hari sering disebut dengan warna afektif. Warna afektif tersebut biasanya kuat namun juga terkadang melemah. Bahkan terkadang juga terlihat samar-samar. Jika warna afektif tersebut mulai menguat, maka perasaan yang muncul akan lebih luas, mendalam dan terarah dan hal ini lah yang dinamakan emosi. (baca juga: Kecerdasan Spritual)

Perkembangan Emosi Anak Secara Afektif

Sejak lahir, emosi yang ada dalam diri seseorang akan berkembang bertahap melalui interaksi yang terjadi dengan orang tua mereka serta orang lain yang ada di sekitarnya. Pada awalnya kehidupan anak merupakan masa penting serta rentan pada perkembangan emosi anak. Jika orang tua kurang begitu menyadari pentingnya kualitas dalam hubungan dan bersikap kepada anak, tentu saja anak akan mengalami berbagai masalah serta gangguan emosi yang cukup serius ketika beranjak dewasa. Namun jika kebutuhan emosi tersebut terpenuhi dengan baik, maka anak dapat berkembang menjadi seseorang yang bahagia serta dapat mewujudkan potensinya dengan maksimal. (baca juga: Teori Belajar Behavioristik)

Salah satu penyebab dari emosi pada anak adalah afektif, atau yang dikenal dengan kasih sayang. Kasih sayang merupakan perasaan yang hangat, persahabatan serta simpati yang diperuntukkan untuk orang lain. Biasanya pada anak anak afektif terebut akan ditunjukkan pada benda atau hewan. Biasanya ini terjadi karena pengganti kasih sayang dengan orang lain. Sehingga pentingnya untuk memenuhi kasih sayang dalam kebutuhan di masa kecil. Kekurangan afektif akan menjadi penyebab anak menolak orang tua.

baca juga:

Karakteristik Perkembangan Emosi Pada Anak

Pola emosi yang terjadi masa anak-anak usia dini sebenarnya sama dengan pola emosi yang terjadi pada masa remaja. Ada beberapa jenis emosi yang dapat terjadi pada anak usia dini yang sama dengan remaja, hanya saja terjadi perbedaan pada hal yang dapat merangsangnya serta pola pengendalian yang dimilikinya. Berikut ini beberapa kondisi emosional yang sering terjadi dalam kehidupan anak usia dini.

1. Cinta/Kasih Sayang

Faktor penting yang ada di dalam kehidupan anak suai dini atau remaja adalah kapasitas nya di dalam mencintai orang lain di sekitarnya serta kebutuhan untuk mendapat cinta dari orang lain di sekitarnya. Pentingnya kemampuan dalam memberi dan menerima cinta. (baca juga: Ciri-Ciri Homoseksual)

2. Gembira

Perasaan menyenangkan yang dialami anak dikarenakan mengingat kembali segala pengalaman yang dimilikinya serta cerita lengkap yang terjadi di dalam nya. Rasa gembira ini berlangsung jika sesuatu hal yang baik terjadi padanya. (baca juga: Macam-Macam Bakat)

3. Kemarahan dan Permusuhan

Rasa marah biasanya dikaitkan dengan usaha remaja dalam mencapai serta memiliki kebebasan untuk menjadi pribadi yang mandiri. Rasa marah tersebut adalah gejala penting di dalam emosi karena perasaan tersebut lah yang akan memainkan peran yang cukup menonjol di dalam perkembangan kepribadian. Rasa marah cukup penting di dalam kehidupan dikarenakan dapat mengimbangkan kepribadian seseorang.

baca juga:

Tahap Perkembangan Emosi Pada Anak

Tahapan perkembangan emosional sama halnya dengan perkembangan fiisk dan sosial. Selalu mengikuti perkembangan yang bisa diramalkan mengenai pertumbuhan. Bayi akan bereaksi dengan segala emosi apapun dengan cara mengeluarkan suara tangisan yang mungkin tidak dapat dibedakan. Namun disaat bayi tumbuh, tangisan yang dikeluarkannya mulai dapat dibedakan  dan dapat dijadikan sebagai cerminan dari berbagai emosi.

Erik Erikson yang merupakan ahli psikoanalisis mengidentifikaisnya jika perkembangan emosional anak dibagi ke dalam beberapa tahapan, antara lain:

1. Tahapan Basic Trust vs Mistrust

Tahapan ini terjadi pada usia 0-2 tahu, dimana di dalam tahapan ini ketika anak merespon rangsangan maka anak akan mendapatkan pengalama menyenangkan yang bisa membuatnya tumbuh percaya diri. Namun jika pengalaman tersebut dirasa kurang menyenangkan maka akan muncul rasa curiga.

2. Tahapan Autonomy vs Shame&Doubt

Tahapan ini terjadi pada usia 2-3 tahun. Dalam tahapan ini, anak sudah menguasai kegiatan yang berkaitan dengan meregangkan dan melemaskan otot-toto tubuhnya. Dalam masa masa ini, anak sudah mampu menguasai anggota tubuhnya sehingga dapat memunculkan rasa otonomi. Namun jika lingkungan tidak dapat memberikan kepercayaan ataupun terlalu banyak dalam bertindak maka akan menyebabkan anak merasa malu serta ragu-ragu.

3. Tahap Intiative vs Guilt

Tahapan ini terjadi pada rentang usia 4-5 tahun. Dalam tahapan ini biasanya anak akan menunjukkan sikapnya yang mulai lepas dari dari orang tua. Anak mulai bergerak bebas serta berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi seperti ini lah yang menimbulkan rasa inisiatif namun sebaliknya juga dapat menimbulkan perasan bersalah.

4. Tahap Industry vs Inferioty

Tahapan ini berlangsung pada usia 6 tahun hingga masa puber. Anak sudah mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang mana digunakan untuk menyiapkan diri untuk memasuki masa dewasa yang akan datang. Untuk menyiapkan masa dewasa yang datang, tentunya dibutuhkan ketrampilan tertentu.

Baca juga:

Demikian penjelasan terkait bagaimana seharusnya perkembangan afektif pada usia dini yang benar dan efektif untuk membantu anak berkembang ke arah yang positif dari sisi psikologi. Semoga artikel diatas bermanfaat bagi kita semua.

You may also like