Home » Gangguan Psikologi » Gangguan Obsesif Kompulsif – Gejala – Penyebab

Gangguan Obsesif Kompulsif – Gejala – Penyebab

by Ina

Gangguan Obsesif Kompulsif atau Obsesif Compulsive Disease (OCD) merupakan penyakit jangka panjang yang bersifat kompulsif. Orang dengan gangguan ini memiliki ketakutan tidak masuk akal yang berlebihan (obsesif) dan menunjukkan sikap atau perilaku kompulsif. Misalnya seperti orang yang takut akan kotor, sehingga harus mencuci tangan berkali –kali bahkan bisa sampai 3 kali bilas dalam satu kali cuci tangan. Atau juga orang yang merasa harus memeriksa pintu dan jendela berkali kali terlebih dahulu sebelum pergi keluar rumah.

Ciri –Ciri OCD

Coba pahami ciri ciri OCD berikut dan perhatikan mana yang mungkin Anda alami:

  1. Sering mencuci tangan

Obsesi penderita OCD adalah ketakutan akan terkena penyakit atau kontak dengan bakteri. Ketakutan ini muncul bahwa apabila tangannya kotor, maka bakteri akan bersarang dan menyebabkan dirinya sakit. Kekhawatiran terhadap bakteri atau kuman ini pun tidak pergi dengan mudah bahkan setelah mencuci tangan.  Rasa cemas atau khatir terhadap kuman akan terus dipikirannya.

  1. Terlalu bersih

Memiliki kebiasaan menginginkan semuanya terjaga bersih. Tidak hanya cuci tangan, namun juga seperti mencuci baju, mencuci piring, atau menjaga kerapian ruangan dan kebersihan rumah. Akibatnya, penderita OCD akan menghabiskan waktu hanya untuk bersih bersih setiap saat dan selalu merasa ada kotoran di setiap sudut yang sangat mengganggu dirinya.

  1. Suka mengecek ulang

Penderita OCD memiliki kebiasaan untuk mengecek ulang suatu hal berkali kali. Misalnya mengecek apakah pintu sudah terkunci attau belum. Hal ini dilakukan tidak hanya sekali namun secara berulang seolah olah kecemasan tidak hilang dan merasa pintu rumahnya belum terkunci dengan baik.

  1. Menghitung

Beberapa penderita OCD memiliki kebiasaan menghitung hal hal kecil dalam aktivitas hariannya. Misalnya seperti menghitung jumlah anak tangga saat dia menaikinya. Kebiasaan seperti itu terkadang dipicu oleh suatu kepercayaan seperti apabila dia berada pada anak tangga ketujuh, maka dia akan mendapat keberuntungan atau hal semacamnya.

  1. Terorganisir

Orang dengan OCD beberapa diantaranya menyukai kerapian dan menata rapi barang barangnya sesuai dengan warna, angka, atau posisinya yang harus simetris dan sejajar. Penderita OCD merasa cemas apabila menemukan ketidakrapian sedikitpun, misal apabila rak bukunya berderet tidak rata atau lainnya.

baca juga:

  1. Takut disakiti

Kekhawatiran atau kecemasan pada OCD semakin memburuk ketika dirinya berusaha menghilangkan pemikiran pemikiran negatif dari otaknya. Kejadian kejadian tidak menyenangkan yang dia alami, akan terus terulang dan terulang kembali di pikirannya dan menjadikan kecemasannya bertambah.

  1. Hal seksual

Kecemasan seksual juga bisa terjadi pada OCD seperti ketakutan akan hal hal yang mungkin salah pada diri mereka. Misalnya bagaimana jika dirinya ternyata gay dan dengan tidak sadar merabba bagian tubuh teman kerjanya.

  1. Hubungan asmara

Penderita OCD kerap mempermasalahkan hal hal kecil dan terus mengingatnya karena hal kecil tersebut yang sifatnya membuat kerusakan atas kesempurnaan hidup yang dia inginkan. Kesalahpahaman kecil yang terus dipikirkan oleh penderita seringkali membuat hubungan asmara retak .

  1. Pandangan diri

Penderita OCD juga berkaitan dengan Body Dysmorphic Disorder (BDD) yaitu merasa dirinya merupakan individu yang tidak sempurna. Perasaan tidak sempurna mengakibatkan munculnya kecemasan dan kepanikan bahwa apa yang dia kenakan mungkin tidak sesuai.

10 Penampilan diri

Penderita OCD terlihat selalu rapi, berpakaian bersih, wangi, dan juga menaruh barang barangnya dengan hati hati. kondisi rumah rapi, bersih, dan tertata teratur. mereka juga selalu berpenampilan necis dengan sepatu menghilat, dan membawa barang barang sesuai kebutuhan.

baca juga:

Gejala OCD

Gejala OCD berbeda beda setiap orang. Pada orang dengan OCD ringan, orang tersebut akan bergelut dengan pikiran obsesifnya dan menunjukkan perilaku kompulsif bsia sampai 1 jam. Untuk gejala OCD yang parah, gangguan ini bisa mengendalikan hidupnya. Pada OCD terdapat 4 tahapan kondisi yaitu obsesi, kecemasan, kompuldif, dan kelegaan sementara. Obsesi terus muncul karena kondisi kecemasan yang menguasai dan mempengaruhi pikiran penderita. Kecemasan semakin memberat dan memancing penderita untuk melakukan perilaku kompulsif yang berlebihan untuk mengurangi kecemasan tersebut.

Perilaku kompulsif membuat pikiran obsesif merasa lega sementara waktu. Apabila terdapat pemicu lagi, maka pikiran obsesif akan muncul kembali dan perilaku kompulsif terulang kembali, begiitu seterusnya. Pada keadaan atau kondisi yang parah perilaku kompulsif ini akan mengganggu aktivitas penderita, dan pikiran penderita akan dipenuhi oleh pemicu yang membuat dirinya dipenuhi oleh rasa cemas tersebut.

Penyebab OCD

Penyebab OCD belum diketahui dengan pasti, namun beberapa hal berikut ini menjadi faktor pemicu atau pencetus terjadinya gangguan ini pada seseorang.

  1. Faktor genetik

Beberapa penelitian menyatakan adanya kaitan antara gangguan OCD ini dengan keturunan atau faktor genetik. Yang artinya apabila terdapat anggota keluarga dengan gangguan yang serupa, maka kemungkinan besarnya dapat diturunkan.

  1. Abnormal pada pertumbuhan otak

Pada penderita OCD terdapat ketidaknormalan yang melibatkan kadar serotonin yang diproduksi tidak seimbang. Serotonin merupakan zat penghantar yang digunakan oleh sel sel otak untuk saling berinteraksi menjalankan fungsinya. Ketidakseimbangan kadar serotonin ini, memicu perilaku perilaku abnormal ataupun perkembangan kognitif yang abnormal.

  1. Kepribadian yang abnormal

Orang dengan tipe kepribadian perfeksionis, menyukai kerapian, disiplin tinggi, memiliki resiko besar untuk mengalami OCD. Orang dengan tipe perfeksionis, semakin hari akan semakin meningkat keinginan untuk kesempurnaan hal yang ada disekitarnya, sehingga perilaku kompulsif bisa saja terjadi. Seperti berkali kali menata rambutnya, berkali kali mencuci bajunya, atau lainnya.

  1. Trauma

Adanya trauma masa lalu akibat bullying atau lainnya juga bisa menjadi penyebab munculnya kecemasan berlebih terhadap sesuatu. Trauma akan masa lalu atau pengalaman tidak menyenangkan akan teringat terus dan tersimpan dalam memori penderita. ketika ada faktor pemicu, trauma tersebut kembali dengan kecemasan atau ketakutan berlebihan. Kemudian kecemasan ini berefek pada munculnya perilaku kompulsif yang bermaksud untuk menghilangkan gambaran trauma tersebut.

baca juga:

Cara Mengatasi Gangguan Obsesif Kompulsif

Cara untuk mengatasi gangguan OCD ini bisa dengan mengikuti beberapa cara berikut:

  1. Dapatkan diagnosa dari tenaga profesional

Ketika Anda merasa memiliki ciri atau gejala mirip OCD janganlah memutuskan sendiri bahwa diri Anda adalah pasien OCD. Diagnosis tidak semata mata ditegakkan hanya dengan sekilas gejala yang timbul, namun memrlukan pengkajian yang lebih dalam lagi dan perlunya bantuan dari ahli kesehatan mental untuk memastikannya. Apabila Anda merasa memiliki perilaku kompulsih dan pikiran obsesif, segera temui tenaga kesehatan atau psikolog untuk melihat seberapa jauh gejala tersebut dan memutuskan diagnosis dan rencana pengobatan. Mintalah saran dari dokter mengenai cara atau apa yang harus Anda lakukan untuk memulai perubahan. Bertanyalah lebih dalam terhadap kondisi kesehatan Anda kaitannya dengan OCD dan hal yang bisa memotivasi Anda.

  1. Pertimbangkan Psikoterapi

Psikoterapi merupakan salah satu terapi konsultasi dari ahli tentang kecemasan, pikiran obsesif, dan perilaku kompulsif. Psikoterapi dapat membantu Anda mengurangi kecemasan, dan bagaimana mengontrol diri agar perilaku kompulsif tidak muncul terlalu sering. Psikoterapi mungkin tidak bisa membantu menyembuhkan OCD secara keseluruhan, namun dapat membantu penderita mengurangi, dan membuatnya tidak begitu terlihat. Penyembuhan juga bisa terjadi sekitar 10% dari kasus OCD yang ada. Teknik psikoterapi yang digunakan oleh ahli juga berbeda beda dalam menangani pasien OCD. Berikut adalah beberapa terapi yang biasa diterapkan dalam psikoterapi, diantaranya:

  • Psikoterapi dengan exposure therapy

yaitu menghadapkan pasien dengan kondisi kondisi penyebab kecemasan. Paparan terhadap sitasi dilakukan terus menerus sampai penderita bisa mengendalikan pikiran dan perilakunya sendiri untuk tidak bertindak berlebihan seperti, tidak perlu mencuci tangan setelah memegang kenop pintu atau lainnya. Namun terapi ini, bisa menimbulkan dampak yang sebaliknya. Pada kondisi tertentu dan tingkat kecemasan yang parah, atau padapasien yang tidak bisa diajak kompromi dan rasa kecemasan yang berlebihan tanpa bisa dialihkan, hal ini bisa memperparah kondisi OCD.

  • Psikoterapi lainnya menggunakan imaginal exposure 

yaitu dengan narasi singkat untuk menstimulasi pikiran penderita terhadap suatu situasi penyebab kecemasan. Tujuannya adalah agar penderita mampu belajar mengatasi kecemasan dari suatu situasi dan mengendalikan diri dari pikiran pikiran negatif yang obsesif.

3. Pertimbangkan untuk mengkonsumsi obat obatan yang diresepkan dokter

Beberapa obat mampu membantu Anda mengurangi kecemasan berlebih dan meringankan perilaku kompulsif jangka pendek. Jenis obat obatan yang dikonsumsi merupakan jenis anti depresif atau menurunkan rasa cemas yang berlebihan. Obat obatan ini hanya membantu mengurangi gejala yang timbul pada OCD dan bukan menyembuhkan. Sehingga penggunaan obat obatan sebaiknya dibarengi dengan psikoterapi atau konsultasi untuk merubah pola pikir yang berlebihan tersebut. Obat obatan yang biasa disarankan adalah klomipramina, fluvoxamine, fluoxetine, paroxetine, sertraline.

Baca juga:

Gangguan obsesif konvulsif atau juga OCD memiliki gejala dan ciri ciri yang bisa dikenali dengan mudah. Namun ada kalanya seseorang dengan OCD juga tidak ingin dikatakan bahwa dirinya mengalami gangguan dan menganggap apa yang dia lakukan selama ini sudah benar dan merupakan bagian dari kepribadian perfeksionisnya. Kepribadian perfeksionis dianggap sebagai hal yang paling baik dan sempurna, sehingga penderita OCD justru merasa baik baik saja dengan perilaku dan pikiran obsesifnya itu.

Gangguan ini bisa dideteksi apabila penderita menyadari bahwa apa yang dia lakukan tidaklah seharusnya. Penderita perlu sesekali menanyakan pada orang orang sekitar bagaimana anggapan mereka terhadap dirinya dan apakah ada yang salah. Apabila ditemukan perilaku yang menyimpang atau berlebihan, segeralah konsultasi ke dokter atau psikolog untuk memperjelasa apakah gejala tersebut merupakan OCD ataukah hanya sikap perfeksionis saja.

You may also like