Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Sosial » Perbedaan Gangguan Kepribadian Skizoid dan Skizotipal

Perbedaan Gangguan Kepribadian Skizoid dan Skizotipal

by Titi Rahmah

Skizoid dan skizotipal adalah dua gangguan kepribadian yang terkadang membingungkan karena kedengarannya mirip, dan keduanya termasuk dalam gangguan “spektrum skizofrenia katakonik“. Keduanya diklasifikasikan sebagai gangguan kepribadian cluster A di DSM-5. Dalam beberapa kasus, istilah “skizoid” dan “skizotipal” dapat digunakan secara informal atau salah dalam wacana publik untuk menggambarkan orang yang dianggap menyendiri, eksentrik, atau terisolasi secara sosial.

Salah satu perbedaan terbesar antara skizoid dan skizotipal adalah cara pengobatan dan gejalanya. Seseorang dengan gangguan kepribadian skizoid biasanya tidak peduli dengan kondisinya dan tidak mengambil langkah untuk memperbaiki kehidupannya.

Di sisi lain, seseorang dengan gangguan kepribadian skizotipal cenderung mengalami banyak depresi dan kecemasan saat mereka berinteraksi sosial dan merasa tidak nyaman dalam situasi sosial. Oleh karena itu, orang dengan gangguan kepribadian skizotipal jauh lebih mungkin mencari pengobatan untuk gangguan atau gejala depresi dan gangguan kecemasan yang dialaminya. 

Adapun perbedaan secara umum gangguan skizoid dan gangguan kepribadian skizotipal-penyebab,ciri-ciri dan penanganan bisa dilihat sebagai berikut:

Berikut Perbedaan Gejala Gangguan Skizoid dan Skizotipal

Gangguan Skizoid

1. Lebih senang menyendiri

Orang dengan kepribadian Skizoid lebih senang menarik diri sendirian daripada harus berinteraksi dan berhubungan dengan orang banyak. Biasanya orang dengan gangguan Skizoid ini mereka lebih banyak menghabiskan waktu sendiri seperti, membaca buku, mendengarkan musik, menonton tv atau bermain game.

Mereka membatasi interaksi dengan orang lain karena mereka beranggapan bahwa orang lain tidak dapat dipercaya. Orang yang mengalami gangguan skizoid akan merasa nyaman dan damai hanya dengan dirinya sendiri. Jika hal ini terus menerus dibiarkan tanpa adanya penanganan maka rentan sekali penderita mengalami gangguan kesehatan mental, depresi berat, atau bahkan stress akut.

2. Antisosial

Orang dengan gangguan Skizoid tidak pandai untuk bergabung dalam kelompok sosial. Ia akan merasa canggung dan tidak nyaman ketika harus berinteraksi dengan orang-orang banyak. Kebiasaan sehari-harinya yang membatasi diri dari lingkungan sosial namun suatu waktu mengharuskan ia berhadapan dengan orang-orang maka penderita Skizoid tidak menutup kemungkinan akan mengalami trauma.

3. Kurangnya ekspresi emosi

Perasaan orang yang mengalami Skizoid dengan orang-orang yang biasa pada umumnya tentunya akan berbeda. Perbedaan itu terlihat ketika berekspresi, dimana orang dengan gangguan Skizoid sulit untuk meluapkan emosinya seperti, marah, kesal, atau yang lainnya justru ia akan terlihat tenang tanpa ekspresi.

4. Tidak tertarik pada orang lain

Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian Skizoid lebih nyaman dengan dirinya sendiri, ia bahkan tidak tertarik untung menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. Selama apapun yang berhubungan dengan lingkungan sosial mereka selalu menarik diri dan menjauh. Mereka akan merasa risi dan tidak nyaman jika terus menerus harus menjalin hubungan interaksi dengan sesamanya. Cukup dengan dirinya sendiri, kegiatannya sendiri bagi mereka sudah senang.

5. Menghindari kedekatan fisik dan emosional

Ketakutan sosial membuat seorang penderita Skizoid selalu menghindari dari lingkungan sosialnya bukan hanya sekedar menghindar dirinya namun ia akan membatasi aktifitas-aktifitas kedekatan fisik dan emosionalnya. Seperti, di acara-acara pesta, organisasi, diskusi kelompok dan lain sebagainya mereka akan cenderung diam dan pergi begitu saja.

6. Hubungan khayalan yang rumit

Tidak seperti kebanyakan orang normal pada umumnya yang ingin menjalin hubungan dengan orang-orang di realita kehidupannya, justru hal ini berbanding terbalik dengan penderita Skizoid yang lebih senang untuk menjalin hubungan dengan dunia khayalannya.

Dimana ini akan terkesan rumit dan sulit untuk diwujudkan, mereka senang menjalin hubungan dengan dunia halusinasi, khayalan dan imajinasinya namun tak jarang dari mereka yang berhasil menjadi seorang penulis karena daya tangkap imajinasinya cukup kuat.

Pengobatan skizoid

  • Terapi bicara untuk mengidentifikasi dan menantang keyakinan  salah tentang hubungan dan mulai melihat manfaat dari hubungan dekat
  • Terapi jarak jauh dan layanan online yang bekerja untuk  Anda dengan profesional berlisensi yang  bertemu dengan Anda secara teratur dan memandu Anda melalui pemulihan.
  • Obat untuk gejala kecemasan atau depresi yang terjadi bersamaan.

Gangguan Skizotipal

1. Sulit mempercayai orang lain

Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal sangat sulit untuk mempercayai orang lain sebab ia menganggap bahwa orang lain akan mengambil keuntungan darinya, bisa menghianati teman dekatnya, dan mempunyai rasa bermusuhan.

2. Tidak suka membina hubungan dengan orang lain

Beberapa penelitian mengatakan bahwa tanda dan gejala Kepribadian skizotipal tidak suka membina hubungan dengan orang lain walaupun keluarga sendiri, mereka beranggapan jika berhubungan dengan orang lain itu membatasi kebebasan dan bisa membuat masalah, merasa lebih baik sendiri tanpa intervensi orang lain, membuat sedikit rasa senang dalam hidupnya, tidak suka humor, sedikit tertarik pada sex dan keintiman serta mudah marah pada orang lain. Oleh karena itulah, mereka akan menarik diri dari lingkungannya.

3. Berperilaku dan berpakaian aneh

Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal memiliki kepribadian yang agak nyentrik, ia selalu berperilaku dan berpakaian aneh yang berbeda dari manusia normal secara umum. Terkadang mereka memakai kombinasi pakaian yang pas, terkadang juga memakai kombinasi yang tidak pas.

Dalam hal ucapan terkadang ia sering berbicara yang bertele-tele atau tidak jelas. Orang dengan gangguan kepribadian ini sering dianggap “sinting” oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, kita bisa mendiagnosis jika seseorang yang berperilaku dan berpakaian aneh memiliki gangguan skizotipal bisa jadi karena memang kepribadian nya dari lahir sudah seperti itu.

4. Mengalami depresi

Individu dengan kepribadian skizotipal yang memiliki kasus penyakit yang parah bisa hedonik, depresi berat dan mengalami gangguan kecemasan. Karena gejala ini sering terjadi, memaksa penderita untuk mencari pengobatan daripada gejala lainnya.

5. Sering halusinasi

Skizotipal menjadi pemikir yang terisolasi, menjadi terasing dari orang lain dan menjadi anggota masyarakat yang terpinggirkan. Seiring waktu, perilaku sosial mulai dikendalikan oleh fantasi pribadinya. Pikiran mereka bebas mengembara, tidak terbiasa dengan logika dan kontrol interaksi sosial dan komunikasi, sehingga mereka beralih ke fantasi yang tidak realistis. Setidaknya dapat mengisi kekosongan dan menunjukkan “keberadaan” mereka sebagai indikator kunci atau pengganti interaksi sosial mereka.

6. Penurunan produktivitas bicara

Gangguan dalam produktivitas bicara dan komunikasi dianggap sebagai gejala utama gangguan skizotipal. Dalam kasus yang parah, anomali kognitif dapat bermanifestasi dalam penggunaan kata-kata yang tidak pantas atau aneh yang terkadang tampak autis, seolah-olah beberapa logika internal tidak diketahui orang lain.

Ada kecenderungan mudah teralihkan, yang tiba-tiba bisa berpindah ke topik lain. Oleh karena itu, individu skizotipal berkinerja buruk dalam tugas yang membutuhkan perhatian. Skizotipal sering bertindak berdasarkan informasi yang mereka terima dari sumber istimewa mereka sendiri yang disebut penalaran emosional. Di mana asumsi emosi negatif secara otomatis memerlukan penjelasan tentang penyebab eksternal negatif.

Sebagai contoh dari bentuk kepercayaannya terkait indera keenamnya adalah sering kali mereka menganggap bahwa mereka menerima undangan dari seseorang yang mengenakan atau mengendarai mobil putih dimana mereka mempercayai itu bahwa ada seseorang yang mengundangnya dengan alasan seseorang tersebut adalah orang baik dan terpercaya dan mereka enggan menerima ajakan yang lain.

Hal ini merupakan salah satu pengaruh dari kepercayaannya terkait indera keenam yang diyakini dimiliki oleh dirinya.

  • Terapi perilaku kognitif untuk mempelajari keterampilan komunikasi, mengubah perilaku bermasalah dan  pola pikir menyimpang yang membatasi hubungan.
  • Terapi keluarga untuk membangun kepercayaan dan meningkatkan keintiman emosional.
  • Obat yang digunakan untuk mengatasi gejala, seperti antipsikotik, penstabil suasana hati, antidepresan, atau obat anticemas.

You may also like