Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Faal » Emosi dalam Psikologi – Pengertian – Bentuk

Emosi dalam Psikologi – Pengertian – Bentuk

by Ina

Emosi diartikan sebagai impuls yang muncul akibat dari suatu rangsangan dari dalam maupun dari luar. Emosi bermacam macam, seperti emosi sedih, emosi marah, emosi bahagia, dan bentuk emosi lainnya. Emosi dalam bahasa awamnya seringkali dipakai untuk mendeskripsikan kemarahan saja, namun sebenarnya emosi memiliki arti yang lebih luar dan mewakili banyak macam perasaan.

Emosi berkaitan dengan psikologi seseorang dan suasana hati yang sedang berlangsung. Emosi dapat dikeluarkan berupa perilaku tertentu. Perasaan dan perilaku saling terhubung dengan emosi. emosi berarti isi hati yang dituangkan dalam ekspresi fisik. Untuk lebih memahami tentang emosi dalam psikologi, mari simak artikel ini.

Pengertian

Emosi berasal dari kata emotion dalam bahasa Prancis atau dalam bahasa Latin emovere yang artinya keluar. Secara etimologisnya emosi diartikan “bergerak keluar”. Emosi merupakan suatu konsep yang luas dan tidak dapat dispesifikkan. Emosi merupakan suatu reaksi bisa positif maupun negatif sebagai dampak dari rangsangan dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Berikut ini pengertian emosi menurut para ahli:

  1. Prez, 1999 merupakan seorang EQ organizasional consultant dan juga pengajar. Prezz mengungkapkan arti emosi adalah suatu reaksi tubuh dalam menghadapi sesuatu. Sifat dan intensitas emosi terkait erat dengan aktivitas kognitif sebagai hasil dari persepsi terhadap situasi.
  2. Hathersall, 1985 emosi adalah kondisi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat diungkapkan atau dilihat darir eaksi wajah atau tubuh.
  3. Keleinginan dan Keleinginna, 1981 emosi adalah kondisi yang berhubungan dengan tujuan tingkah laku. Emosi diatikan sebagai perasaan, misalnya pengalaman afektif, kenikmatan, marah, bahagia, takut, sedih.
  4. William james, emosi yaitu kondisi budi rohani yang menampakkan diri dengan suatu perubahan yang jelas.

Unsur-Unsur Perasaan

Perasaan itu bersifat subjektif daripada gejala lain yang dikenal, bersangkut paut dengan gejala mengenal, perasaan yang dialami sebagai rasa senang, atau tidak senang, dengan tingkatkan yang berbeda beda. Perasaan lebih erat dengan pribadi seseorang dan bekaitan dengan gejala kejiwaan lainnya. Sehingga perasaan satu orang dengan orang lain tidak sama.

baca juga:

Macam-Macam Emosi

Emosi pada individu dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

  1. Emosi sensoris: Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar tubuh seperti dingin, panas, lapar, sakit.
  2. Emosi psikis: merupakan emosi yang memiliki alasan kejiwaan seperti perasaan intelektual yang berhubungan dengan perasaan benar atau perasaan terkait hubungan dengan orang lain baik secara perorangan maupun kelompok.

Teori – Teori Emosi

Teori Emosi disampaikan oleh para ahli melalui penelitian dan pengamatan mereka dari masa ke masa dan saling menyempurnakan. Berikut ini adalah teori emosi dalam psikologi:

  1. Teori James Lange

Emosi adalah persepsi tentang perubahan tuubuh. James menyatakan bahwa emosi adalah ketika kita merasa sedih, ketika menangis, marah, ketakutan. James dan carl mengusulkan gagasan mengenai rangkaian kejadian pada emosi. Individu menerima situasi dan menghasilkan emosi. Individu bereaksi pada situasi dan memperhatikannya. Persepsi terhadap reaksi menjadi dasar untuk emosi yang dirasakan. Pengalaman emosi dirasa terjadi setelah perubahan tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf otonom.

  1. Teori Cannon Bard

Emosi yang dirasakan dan respon dari tubu hmerupakan keadaan yang berdiri sendiri. Cannon mengajukan pendekatan untuk melihat adanya hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan melalui riset. Cannon kemudian menyatakan bahwa emosi merupakan apa yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi saling bergantung.

Menurut teori ini, emosi dihasilkan dari stimulus luar kemudian mengaktifkan hipotalamus. Hipotalamus mengirim output ke dua arah, yaitu (1) organ dalam tubuh dan otot otot eksternal untuk tubuh berekspresi. (2) ke korteks serebral dimana pola diterima sebagai emosi yang dirasakan. Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini menyatakan bahwa perasaan dan reaksi tubuh berdiri sendiri sendiri.

  1. Teori Kognitif tentang Emosi

Teori ini memandang emosi sebagai hasil interpretasi kognitif dari rangsangan luar atau dalam tubuh. Proses interpretasi kognitif dalam teori ini dibagi menjadi dua, yaitu (1) Interpretasi stimuli dari lingkungan. Informasi dari stumulus pertama kali menuju ke korteks untuk diinterpretasikan berdasarkan pengalaman masa lampau dan masa kini. Kemudian pesan tersebut disampaikan pada sistem limbik dan sistem saraf otonom yang menghasilkan respon fisiologis.

Contohnya apabila seseorang yang kamu anggap buruk datang padamu, maka perasaan cemas atau takut sudah dirasakan. Namun apabila sahabat baik Anda datang maka perasaan bahagia muncul. (2) Teori ini menekankan pada strimuli internal dalam tubuh. Namun hal ini berlanjut pada interpretasi kognitif dari stimuli, dimana lebih penting daripada stimuli internal itu sendiri.

  1. Teori Emosi dan Motivasi

Emosi dan motivas berjalan beriringan atau bersamaan. Emosi ditempatkan sebagai suatu rangkaian dari emosi. Emosi merupakan bagian dari motif motif atu dorongan. Tomkins mengungkapkan bahwa emosi merupakan energi bagi dorongan dorongan yang selalu muncul bersama. Menurut Leeper garis pemisahnya sangat tipis yaitu seperti ketakutan. Ketakutan merupakan emosi tetapi juga motif pendorong perilaku. Orang merasa takut dan terdorong melakukan perilaku yang memiliki tujuan tertentu.

baca juga:

Pertumbuhan dan Perkembangan Emosi

Emosi dapat juga beradaptasi dan berkembang seperti tingkah laku. Emosi membutuhkan pengalaman dan pematangan untuk dapat dikendalikan dengan baik. Semakin besar atau dewasa individu maka kemampuannya untuk mengendalikan emosi akan semakin kuat. Perkembangan emosi melalui proses belajar hanya berlangsung sampai dengan satu tahun usia. Setelah itu perkembangan yang terjadi adalah ditentukan oleh proses belajar.

Perubahan Fisiologis dalam Emosi

Pada saat emosi muncul maka ada perubaha perubahan yang terjadi pada tubuh atau fisik.

  1. Galvanic Skin Respon

Pada emosi terangsang, terdapat perubahan listrik pada kulit yang dapat diamati. Elektrode ditempelkan pada kulit untuk dihubungakan pada galvanometer. GSR merupakan indikator yang cukup peka terhadap perubahan emosional.

  1. Peredaran Darah

Terjadi perubahan dalam peredaran darah seperti perubahan tekanan darah, permukaan kulit membesar dan memiliki lebih banyak darah, denyut jantung meningkat, nafar meningkat, respon pupil mata membesar, sekresi air liur pada waktu perangsangan emosional, gerakan usus meningkat, ketegangan otot, dan perubahan komposisi darah. Indikator tersebut menunjukkan jika emosi mampu berpengaruh secara luas terhadap tubuh.

baca juga:

Ekspresi dan Persepsi Emosi

Emosi merupakan keadaan internal berasal dari dalam ataupun luar yang ditunjuukkan secara eksternal atau adanya perilaku. Ekspresi pada emosi bisa dilihat oleh orang lain meskipun diekspresikan secara verbal maupun non verbal. Ekspresi verbal misalnya berupa kata kata dengan berbicara tentang emosi yang sedang dirasakan. Ekspresi non verbal merupakan ekspresi wajah, gerakan fisik, pengucapan, isyarat tubuh, dan tindakan tindakan emosional.

  1. Ekspresi wajah

Ketika hati dalam keadaan sehin atau bahagia, maka wajah pun akan tercerminkan sesuai perasaan tersebut. Ekspresi wajah menyesuaikan suasana hati. Sehingga hanya dengan melihat wajah seseorang, orang lain bisa menilai bagaimana perasaannya saat ini apakah bahagia, sedih, atau marah, takut, terkejut. Pada setiap jenis emosi, maka berbeda juga ekspresi yang ditunjukkan. ekspresi wajah berkaitan erat dengan, ekspresi bibir apakah tersenyum atau tidak, ekspresi mata apakah menyatakan kesedihan, kemarahan, bahagia, dan lainnya.

  1. Ekspresi vokal

Nada suara akan berubah mengikuti suasana hati. Apabila bahagia, maka suara akan berubah girang dan lebih ceria. Ketika seseorang sedang sedih, maka suara akan berubah lebih pelan, lebih rendah dan dalam dan juga tidak banyak bicara. Pada situasi marah, nada suara akan meninggi. Tidak jarang nada suara tertentu terkadang diartikan sebagai sebuah ekspresi hati/ emosi. Tidak jarang juga penggunaan nada yang tidak tepat dalam situasi tertentu membuat orang salah sangka tentang emosi atau perasaan saat itu.

  1. Ekspresi fisiologis

Ketika emosi berubah maka kondisi fisiologis juga akan berubah meskipun tidak dirasakan secara langsung. Pada saat ketakutan, maka detak jantung akan meningkat, badan gemetar, bulu kuduk merinding, otot otot menegang. Ketika marah, jantung juga berdebar, wajah memerah, dan sebagainya. ketika emosi sedih, secara fisiologis akan mempengaruhi kelenjar air mata untuk memproduksi air mata lebih banyak.

  1. Gerak dan isyarat tubuh

Emosi akan diekspresikan melalui gerak tubuh. Misalnya ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka akan gugup dan bertindak lebih ceroboh, berkeringan dingin, tersenyum sendiri tanpa disadari, dan lain sebagainya. emosi kebingungan, maka tangan akan diletakkan di kepala, disertai dengan perubahan ekspresi wajah.

  1. Tindakan tindakan emosional

Pada saat seseorang sedang emosi sedih, maka akan cenderung lebih diam. Apabila dalam keadaan emosional marah, seseorang bisa jadi melemparkan benda, mendobrak meja, memaki maki, atau lainnya. Bentuk perilaku tersebut merupakan pelampiasan dalam mengeluarkan emosi. Biasanya setelah emosi tersalurkan melalui suatu tindakan emosional, emosi akan sedikit lebih berkurang.

Baca juga:

Emosi dalam psikologi meliputi semua jenis perasaan yang dialami seseorang, mulai dari perasaan marah, sedih, bahagia, takut, dan lainnya. Semua perasaan itu disebut juga dengan emosi yang bisa digambarkan melalui bentuk emoticon. Emosi dalam diri setiap manusia memiliki karakter nya masing masing dan juga pemicu tertentu yang berbeda. Emosi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan, karena emosi menunjukkan ekspresi diri dari seorang manusia dalam berinteraksid engan kelompok sosialnya.

Emosi berperan juga sebagai proses pembelajaran yang bisa jadi negatif atau positif yang terus berkembang. Manajemen yang baik terhadap penerimaan stimulus, memungkinkan seseorang untuk mampu membatasi ekspresi emosi yang negatif atau merugikan. Pada manajemen emosi yangbaik akan membentuk tindakan yang baik pula dalam menyikapi permasalahan.

You may also like