Home » Gangguan Psikologi » Gangguan Psikosomatis – Penyebab – Cara Mengatasi

Gangguan Psikosomatis – Penyebab – Cara Mengatasi

by Ina

Jika Anda pernah mendengar bahwa stres dapat menyebabkan penyakit atau stres adalah sumber penyakit maka hal tersebut benar. Seringkali oorang masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak, nyeri perut, pusing berkepanjangan atau lainnya, namun setelah diperiksa darah atau pemeriksaan penunjang lainnya tidak ditemukan kelainan. Namun gejala tetap dirasakan oleh pasien dan tidak berkurang.

Setelah digali lebih dalam oleh tenaga kesehatan, ternyata pasien memiliki pikiran yang tertekan mengenai pekerjaan, kecemasan, atau tekanan dalam hubngan sosial lainnya. Nah, dari fenomena ini maka gejala serupa bisa disebabkan karena faktor stres. Maka stres ternyata mampu mempengaruhi fungsi fisik dan menimbulkan gejala fisik yang cukup mengganggu. Hal tersebut lah yang disebut dengan psikosomatik. Untuk mengetahui lebih dalam mari simak penjelasan berikut ini.

Pengertian

Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psyche (pikiran) dan soma (tubuh) Sehingga gangguan psikosomatis diartikan sebagai penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh. Pikiran mampu mempengaruhi tubuh sehingga penyakit tertentu bisa muncul atau diperparah. Dengan kata lain, gangguan psisomatis digunakan untuk menyatakan penyakit fisik yang timbul akibat faktor mental seperti stres atau cemas yang berlebihan. Sedangkan dalam psikologi, psikosomatis atau penyakit fungsional adalah kondisi individu yang menyebabkan rasa sakit atau gangguan fungsi tubuh atau munculnya gejala tidak nyaman meskipun secara laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya dinyatakan normal.

baca juga:

Gejala Psikosomatis

Gejala yang muncul pada psikosomatis berbeda beda setiap individu. Gejala yang timbul juga sering kali berubah ubah terantung pada stressor dan kondisi psikologis seseorng. Namun pada setiap pemeriksaan pemeriksaan penunjang dan fisik akan selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Ketika hasilnya normal tidak ada kelainan maka gejala yang dirasakan merupakan bentuk dari psikosomatis. Berikut ini gejala psikosomatis yang biasa muncul:

  1. Jantung berdebar- debar.
  2. Nyeri ulu hati.
  3. Sesak nafas.
  4. Tidak nafsu makan.
  5. Susah tidur.
  6. Nyeri kepala atau nyeri seluruh tubuh.
  7. Lemas dan sulit menggerakkan anggota tubuh.
  8. Gejala lainnya.

Gejala gejala itu sifatnya timbul apabila stressor terlalu berat untuk pasien. Gejala bisa hilang dan timbul lagi. Pasien dengan gangguan fisik akan mengalami perburukan psikologis dan gejala biasanya semakin memburuk.

Sel sel tubuh mampu merespon apa yang ada di pikiran melalui sinaps sinaps saraf yang memicu pengeluaran hormon atau zat zat tertentu. Zat zat yang dikeluarkan tersebut mampu meningkatkan denyut jantung, meningkatkan pola pernafasan, merangsang motorik tubuh sehingga timbul gemetaran dan lain sebagainya. Proses dari psikologis menjadi gejala fisiologis pun bisa dijelaskan dalam bahasa medis.

Disaat orang stres atau mendapat tekanan berlebihan, maka tubuh akan mengeluarkan hormon adrenalin yang berpengaruh penyempitan pembuluh darah dalam tubuh sehingga menstimulasi jantung dan sistem pernafasan untuk bekerja lebih giat. Gejala lain juga bisa timbul dan berhubungan dengan perubahan pada sistem pencernaan sehingga adanya respon mual muntah atau nyeri perut.Hal tersebut terjadi akibat kontraksi otot otot dalam saluran pencernaan yang meningkat atau peningkatan kadar asam dalam lambung.

Gejala ini muncul juga disertai dengan kebiasaan pasien terhadap bagaimana dia menjaga kesehatannya. Misalnya tubuh yang sering telat makan atau orang yang memiliki riwayat gastritis, maka keluhan yang dirasakan ketika mengalami gejala psikosomatis akan lebih mengarah pada mual dan muntah atau nyeri ulu hati. Pada orang yang tidak pernah beraktivitas berat atau tidak pernah olahraga, keluhan mungkin dirasakan pada jantung yang berdebar debar keras.

baca juga:

Penyebab

Penyebab utama timbulnya psikosomatis ini adalah stres atau gangguan psikologis paten dari individu. Penyebab lain yaitu depresi atau kecemasan yang berlebihan. Tiodak semua orang yang mengalami stres atau depresi akan mengalami gangguan psikosomatis. Pola koping setiap individu terhadap stres berbeda beda, ada yang pola kopingnya efektif sehingga tidak menimbulkan gejala apapun ada yang menyalurkannya pada suatu objek, ada juga yang menyalurkannya pada fisik.

Hal ini memang tidak dapat disadari atau direncanakan oleh individu. Kondisi tubuh yang kurang fit juga dapat menjadi pelopor penyaluran stres melalui respon fisiologis. Untuk proses mekanisme penyaluran stres kepada gejala fisik belum diketahui secara pasti, namun ada hubungannya terkait pelepasan hormon stres yang berlebihan yang mampu membentuk persepsi nyeri atau sakit melalui impuls implus saraf sensorik.

Gangguan psikosomatis adalah  gangguan yang berhubungan dengan koneksi antara pikiran dan tubuh. Setiap sel sel di tubuh kita akan mendengarkan perintah dari pikiran kita, sehingga menjaga hati dan pikiran yang baik akan memberikan kesehatan juga pada tubuh. Keadaan ini dengan munculnya berbagai gejala tentu sangat merugikan pasien. Gejala psikosomatis ini dapat mempengaruhi aktivitas sehari hari. Stressor kuat dari luar tubuh yang memberikan tekanan atau stres pada manusia, kemudian direspon kembali oleh tubuh dalam bentuk mekanisme pertahanan tubuh, misalnya badan demam, pusing, mual, dan sebagainya.

Respon tubuh tersebut sebenarnya memberitahukan pada individu atau sebagai alarm, bahwa tubuh membutuhkan istirahat, tubuh mendapat beban yang berlebihan, atau tubuh sedang mencari cara untuk menetralkan diri. Manusia perlu mengetahui mekanisme tubuhnya dan pola pola respon yang diberikan sehingga individu mampu menjaga tubuh dan pikirannya tetap sehat selalu.

baca juga:

Cara Mengatasi Gangguan Psikosomatis

Perkembangan ilmu kedoketeran terkini sesuai dengan definisi konsep sehat WHO yaitu sehat secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang holistik. Maksudnya tidak hanya gejala fisik saja yang perlu ditangani untuk memperoleh arti sehat tersebut namun juga secara psikologis seperti pada gangguan psikosomatis. Sebagai tenaga kesehatan yang merawat pasien, tentu seharusnya tidak hanya keluhan fisik saja yang menjadi perhatian namun juga masalah kehidupan, stres, dan riwayat yang dialami pasien secara fisik dan psikis juga. Dengan begitu tenaga kesehatan bisa melayani dan membantu pasien mencapai konsep sehat dengan memberikan perawatan yang holistik.

Teknik teknik yang bisa diberikan saat melakukan perawatan pada pasien dengan gangguan psikosomatis adalah dengan re- edukasi dan re- assurance. Pasien diberikan edukasi atau pengetahuan mengenai keluhannya dan penyebabnya, misal bahwa kondisi pasien ini disebut dengan gejala somatis akibat stres yang berlebihan. Kemudian tenaga kesehatan memberikan waktu pada pasien untuk bercerita mengenai beban yang dialaminya belakangan ini, khususnya perawat yang senantiasa berada disamping pasien dalam 24 jam.

Perawat kemudian memberikan sentuhan terapeutik dan beberapa masukan mengenai bagaimana cara memanage diri dari stres. Dengan memahami permasalahan utama yang dikeluhkan klien dan penyebabnya, maka perawat bisa memberikan masukan tepat sasaran. Sistem perawatan holistik ini juga memiliki keunggulan lain yaitu mencegah terjadinya kekambuhan atau hal yang sama terulang kembali. Apabila pasien sudah mengetahui gejala gejala gangguan psikosomatisnya, maka pasien akan mencari cara untuk melepaskan stres dengan cara lain sehingga tidak perlu lagi mencari penanganan medis.

Sebelum pasien ditetapkan dengan diagnosa psikosomatis, terlebih dahulu akan dilakukan cek dengan pemeriksaan penunjang. Apabila hasil dari pemeriksaan penunjang tidak terdapat masalah apapun, namun pasien masih mengeluhkan hal yang sama maka kemungkinan hal tersebut adalah gangguan psikosomatis. Gangguan psikosomatis ini berkaitan dengan psikis seseorang sehingga cara penatalaksanaannya pun harus menggunakan pendekatan psikologi. Beberapa penganganan yang mungkin bisa diberikan pada pasien yaitu:

  1. Psikoterapi: melalui pendekatan interpersonal, dan dilakukan oleh terapis. Terapis memulai dengan menggali pengalaman stres yang dialami kemudian membantu memberikan terapi relaksasi untuk menurunkan stres.
  2. Layanan konseling: penanganan ini dilakukan dengan memberikan pasien waktu untuk menceritakan semua permaslahan yang dipikirkannya. Dengan menceritakan masalah pada orang lain maka stres dapat berkurang. Pasien juga akan mendapatkan edukasi mengenai bagaimana cara koping stres yang baik.
  3. Hipnotis: hipnotis perlu dilakukan oleh terapis yang sudah ahli. Metode ini mungkin tidak bisa bersifat permanen dan ketika pasien mendapatkan stressor baru mungkin membutuhkan terapi kembali. Hipnotis yaitu dengan mengubah persepsi pasien terhadap stressor melalui alam bawah sadarnya.
  4. Melakukan hobi yang disukai: ini merupakan bentuk koping individu dengan teknik pengalihan perhatian. Melakukan hobi yang disukai dapat mengalihkan pikiran termasuk mengalihkan stres, sehingga stres akan berkurang.
  5. Beribadah kepada Tuhan: satu satunya tempat pertolongan yang paling manjur adalah kepada Tuhan. Ketika merasa kesulitan, penuh tekanan atau stres sebaiknya meminta pertolongan pada Yang Maha Kuasa.
  6. Olahraga: olahraga selain dapat membentuk tubuh tetap sehat, juga mampu menjaga pikiran tetap segar dan mengurangi stres.
  7. Pemberian obat anti- depresan, anti cemas, atau golongan psikotropika: penggunaan obat obatan seperti ini hanya pada kasus kasus tertentu yang sudah kronis. Penggunaan obat obatan harus disarankan dan diresepkan oleh dokter karena dapat berbahaya bagi tubuh apabila dosisnya tidak tepat.

Baca juga:

Gangguan psikosomatis dianggap cukup ringan dengan gejala gejala yang mudah diatasi. Namun pada kondisi seseorang yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial dengan baik, gejala gejala psikosomatis akan semakin sering dialaminya. Peningkatan stres juga akan memperburuk gejala gangguan psikosomatis. Seseorang dengan psikosomatis pada akhirnya merasa tubuhnya lemah, mudah sakit, dan menjadi sering tertinggal pada aktivitas sosialnya.

Hal ini memungkinkan pasien untuk jatuh pada gangguan psikologis yang lebih dalam lagi. Oleh karena itu, apabila Anda merasa memiliki gangguan psikosomatis segeralah meminta bantuan atau dukungan orang terdekat untuk membantu mengurangi stres Anda dan kembali adaptif. Gangguan psikosomatis yang kronis pada akhirnya tidak bisa ditangani dengan cara ringan namun bisa ketergantungan obat obatan psikotropika yang selanjutnya berdampak buruk bagi kesehatan fisik.

Demikian penjelasan terkait salah satu gangguan psikologi yang didasari dengan kesulitan dalam beradaptasi di lingkungan sosial. Semoga dengan penjelasnan ini mampu mebantu para penderitanya mengatasi gangguan tersebut pun mendeteksinya sejak dini.

You may also like