Home » Ilmu Psikologi » 10 Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Psikologi

10 Macam-Macam Skala Pengukuran dalam Psikologi

by Hana Masita

Dalam dunia psikologi, para peneliti atau praktisi seringkali melakukan penelitian dimana di dalamnya pasti membutuhkan adanya pengukuran untuk memberikan hasil penelitian. Ada dua jenis alat ukur dalam psikologi, yaitu alat ukur yang bersifat kognitif dan alat ukur yang bersifat non kognitif. Perbedaan dari kedua alat ukur ini terletak pada struktur, respon dan tingkat objektivitas penelitian.

Jika alat ukur kognitif, maka stimulasinya terstruktur, kategori respon bisa benar atau salah dan sifatnya lebih objektif. Sementara itu, untuk alat ukur non kognitif stimulusnya tidak terstruktur, arah responnya tidak bisa diketahui oleh subjek dan sifat responnya lebih proyektif.

Untuk melakukan pengukuran, kita memerlukan sistem pengukuran berupa skala. Dalam psikologi, penskalaan digunakan untuk berusaha mengembangkan instrumen pengukuran yang digunakan untuk menilai individu tertentu. Dengan penskalaan, diharapkan adanya akurasi untuk mengestimasi penilaian setiap individu yang sifatnya subjektif.

Baca juga:

Penskalaan adalah sebuah prosedur yang berguna untuk menempatkan karakteristik suatu objek di titik-titik sepanjang kontinum. Kontinum itu sendiri adalah sebuah garis khayal yang digunakan untuk menggambarkan tingkat atribut psikologis dari yang memiliki score paling rendah ke score yang paling tinggi. Kontinum terbagi menjadi dua, yaitu kontinum psikologis dan kontinum fisik. Kontinum psikologis merupakan deretan letak atribut yang menjadi hasil dari skala psikologi. Sementara itu, kontinum fisik adalah deretan letak atribut yang menjadi hasil dari skala fisik. (Baca juga: Big Five Personality)

Terdapat banyak macam-macam skala pengukuran yang dapat digunakan dalam dunia psikologi. Setiap macam skala psikologi memiliki karakteristik masing-masing yang bisa dipilih sesuai dengan tujuan pengukuran atau tujuan penelitian. Berikut ini akan dibahas macam-macam skala pengukuran dalam psikologi:

  1. Skala Likert

Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap sikap, pendapat dan persepsi satu individu atau satu kelompok orang mengenai fenomenai tertentu. Skala liker merupakan skala psikometrik yang umumnya digunakan melalui kuesioner dan banyak digunakan untuk riset penelitian berupa survey.

Baca juga:

Skala Likert memiliki tujuan untuk meletakkan respon yang diberikan oleh subjek di sebuah kontinum. Untuk melakukannya, akan dilakukan scoring terlebih dahulu untuk item-item yang diukur, hingga kemudian akan bisa diperoleh rerata dari skala yang dibuat. (Baca juga: Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan)

  1. Semantik Diferensial

Charles Osgood (1957) yang memperkenalkan teknik pengukuran ini menekankan pada aspek semantik sebuah kata Teknik SD yang merupakan penyempurnaan dari Skala Likert. Menurutnya, Skala Likert tidak mampu mengukur respon yang sifatnya multi dimensi, misalnya sikap standar nilai UAN.

Baca juga:

Semantik Diferensial memiliki 3 dimensi dalam pengukurannya, yaitu dimensi evaluasi (baik atau buruk), dimensi potensi (kuat atau lemah), dan dimensi aktivitas (aktif atau pasif). Untuk dimensi evaluasi, subjek akan dinilai dengan baik atau buruknya topic stimulus yang disajikan, termasuk perasaan, kualitas dan moral yang dimiliki oleh subjek. Dimensi potensi akan menilai kekuatan yang dikandung oleh stimulus. Sementara itu, dimensi aktivitas akan menilai muatan aktivitas yang dikandung stimulus, seperti cepat atau lambat, acak atau teratur dan lain sebagainya. (Baca juga: Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini)

  1. Skala Thurstone

Skala Thurstone adalah skala yang susunan butirnya membentuk skala interval. Setiap butir yang disusun akan membentuk urutan dan setiap butir tersebut memiliki selisih yang sama. Skala Thurstone memiliki tujuan untuk meletakkan stimulus di sebuah kontinum. Untuk melakukannya, pernyataan-pernyataan yang dikumpulkan disusun sesuai dengan konstrak yang diukur. Sebagai contoh skala Thurstone ini adalah pembuatan skala untuk beberapa kata emosi berdasarkan intensitas emosinya. (Baca juga: Emosi dalam Psikologi)

  1. Skala Impulsivitas Barrat

Skala impulsivitas Barrat ini sangat umum untuk dipergunakan dalam pengukuran yang menghasilkan 6 urutan pertama factor-faktor impulsive, antara lain attention, motor, self control, cognitive complexity, perseverance, dan cognitive instability impulsiveness. Disamping keenam factor utama tersebut, juga ada 3 faktor berikutnya, yaitu attentional, motor, dan non-planning impulsiveness. Skala impulsivitas Barrat ini sering dipergunakan untuk mengukur kepribadian impulsive seseorang. (Baca juga: Kepribadian Impulsif)

  1. Penskalaan Subjek

Penskalaan subjek memiliki tujuan untuk meletakkan individu dalam sebuah kontinum. Misalkan, kita akan membandingkan individu berdasarkan tingkat intelegensinya, maka kita akan menggunakan penskalaan subjek ini. (Baca juga: Sejarah Intelegensi Dalam Psikologi)

  1. Skala Guttman

Skala Guttman, atau juga sering disebut sebagai teknik kumulatif, adalah skala yang memiliki satu dimensi tunggal. Dengan menggunakan skala Guttman ini, kita bisa menentukan jika sikap subjek yang diteliti hanya mencakup satu dimensi saja. Maka, skala ini memiliki sifat undimensional karena hanya akan mengukur satu dimensi saja dari variabel yang multi dimensi. Skala ini juga sering disebut sebagai metode Scalogram atau analisa skala. (Baca juga: Aliran-Aliran Psikologi)

  1. Skala Rating

Skala rating merupakan cara penafsiran data mentah berupa angka ke dalam pengertian kualitatif. Dalam penggunaan skala rating, responden tidak perlu memilih salah satu pilihan jawaban kualitatif yang disediakan, melainkan akan menjawab pilihan jawaban kuantitatifnya. Maka, dengan menggunakan skala rating, kita tidak hanya bisa mengukur sikap, melainkan juga bisa mengukur persepsi responden terhadap suatu fenomena. (Baca juga: Cara Mengidentifikasi Kelompok Berdasarkan Persepsi)

  1. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala yang tidak menunjukkan pengukuran sebenarnya. Biasanya skala nominal hanya merupakan tanda atau simbol untuk memudahkan pengelompokkan subjek. Misalnya, kita menggunakan nilai 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan nilai 0 untuk jenis kelamin wanita. Nilai-nilai tersebut hanya sebagai pembeda antara jenis kelamin, bukan untuk menggambarkan bahwa satu nilai lebih besar dari nilai lainnya. (Baca juga: Gangguan Identitas Gender)

  1. Skala ordinal

Skala ini menunjukkan urutan yang berurutan dan juga berfungsi untuk mengelompokkan. Pada skala ordinal, selisih antara nilai tidak memiliki arti atau makna apapun, melainkan hanya merupakan urutan saja. Penggunaan skala ordinal tidak memungkinkan untuk dijadikan perhitungan statistik yang didasarkan pada perhitungan rata-rata dan simpangan baku. (Baca juga: Penerapan Psikologi Dalam Dinamika Kelompok)

  1. Skala Interval

Skala interval merupakan ukuran yang memiliki sifat numerik dan interval atau selisih antara dua numerik pengukuran tersebut memiliki arti. Pada skala interval tidak ada titik nol yang mutlak, melainkan nilai selisih atau jumlah yang  ada memiliki makna tertentu.

Baca juga:

Demikian pembahasan tentang macam-macam skala pengukuran dalam psikologi. Dengan mengetahui skala pengukuran tersebut kita akan lebih mudah dalam menentukan metode dan dan alat pengukuran ketika melakukan penelitian sehingga analisa yang kita lakukan pun bisa menjadi lebih sesuai. Semoga artikel kali ini bermanfaat, ya!

You may also like