Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kecakapan seseorang dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaannya adalah faktor inteligensi. Ada orang yang dapat mengerjakan tugasnya dengan cekat dan dalam waktu singkat, ada pula orang yang melakukan tugasnya dengan lamban dan memerlukan waktu lama. Semua itu ditentukan oleh taraf inteligensi yang dimiliki masing – masing orang tersebut. Inteligensi dikenal oleh sebagian masyarakat sebagai kecerdasan, kepandaian, kecerdikan, kepintaran dan banyak istilah lain yang pada umumnya mengandung makna yang sama.
Istilah Inteligensi berasal dari bahasa Inggris ‘ Intelligence‘ dan Latin yaitu ‘Intellectus/Intelligentia/Intellegere‘ yang artinya memahami, menghubungkan atau menyatukan satu sama lainnya. Berdasarkan sejarah inteligensi dalam psikologi, tokoh pertama yang menyatakan teorinya tentang inteligensi adalah Spearman dan Wynn Jones Pol yang pada tahun 1951 mengemukakan adanya konsep lama berkaitan dengan kekuatan yang dapat melengkapi akal dan pikiran manusia.
Menurut bahasa Yunani, kekuatan atau ‘Nous’ dan ‘Noesais’ (penggunaan kekuatan) melengkapi pengertian Inteligensi secara bahasa yaitu bahwa Inteligensi adalah aktivitas atau perilaku yang menjadi perwujudan dari daya untuk memahami suatu hal.
Inteligensi dalam Ilmu Psikologi
Menurut pengertian istilah, inteligensi berarti kecerdasan yaitu kemampuan seseorang dalam berfikir dan belajar, menemukan pemecahan masalah, caranya memproses sesuatu hal, dan kemampuan yang dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Di dalam ilmu psikologi dikenal adanya istilah inteligensi yang dapat menggantikan berbagai istilah yang berhubungan dengan kecerdasan manusia.
Pada dasarnya psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku, jadi sejarah intelegensi dalam psikologi jika dikaitkan dengan istilah inteligensi maka ada tingkah laku yang membutuhkan banyak inteligensi dan tingkah laku yang membutuhkan sedikit inteligensi.
Misalnya, untuk mengamati kupu – kupu yang beterbangan di taman, seseorang cukup menikmati keindahan warna kupu – kupu tersebut tanpa diperlukan tingkat inteligensi yang tinggi. Berbeda hanya jika ia akan mengklasifikasikan kupu – kupu tersebut ke dalam nama dan jenis masing – masing yang berbeda maka inteligensi yang tinggi dibutuhkan dalam hal ini.
A. Faktor dalam Inteligensi
Dua faktor yang terdapat dalam inteligensi menurut Spearman adalah:
1. General Inteligensi – Faktor ini terdapat pada semua inteligensi secara umum dengan tingkat tertentu dalam sejarah inteligensi dalam psikologi, misalnya bakat tertentu yang didapatkan sejak lahir. Karakteristik dari faktor general ini antara lain:
- Berupa kemampuan umum yang dibawa oleh seseorang sejak lahir.
- Sifatnya konstan
- Digunakan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu.
- Jumlahnya berbeda pada setiap individu
- Semakin besar faktor general dalam diri seseorang maka kemungkinan suksesnya dalam hidup makin besar pula.
2. Specific Inteligensi – Faktor ini hanya terdapat pada hal – hal tertentu saja, misalnya pada seseorang yang unggul dalam bidang tertentu. Faktor ini berhubungan dengan syaraf otot, ingatan, dan latihan serta pengalaman. Karakteristik dari faktor spesifik adalah:
- Diperoleh dan dipelajari dari lingkungan.
- Faktor spesifik bervariasi dari kegiatan yang satu dan lainnya dalam individu yang sama
- Jumlah kandungan faktor spesifik dalam tiap orang berbeda – beda.
Menurut Spearman, segi genetis lebih banyak mempengaruhi faktor general dan faktor spesifik lebih banyak didapatkan melalui latihan dan pendidikan yang dilakukan. Keduanya terkadang dapat menjadi tumpang tindih dan terlihat berbeda dalam sejarah inteligensi dalam psikologi, namun sangat penting untuk melihat bagaimana kemampuan dari seseorang ketika berpindah dari situasi yang satu ke situasi lainnya.
B. Macam – macam Inteligensi
Para ahli mengklasifikasikan inteligensi dalam beberapa macam yaitu:
- Inteligensi kreatif – Yaitu kemampuan untuk menciptakan yang biasanya dimiliki oleh para inventor barang – barang yang baru atau merupakan suatu terobosan atau inovasi.
- Inteligensi eksekutif – Berupa kemampuan untuk melihat pikiran orang lain dan pada umumnya dimiliki oleh tiap orang.
- Inteligensi teoritis – Inteligensi ini dipunyai oleh para sarjana, mahasiswa dan para ahli teori pada umumnya.
- Inteligensi praktis – Berupa kemampuan untuk bertindak secara cepat dan tepat dalam melakukan satu pekerjaan tertentu.
C. Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi
Seperti telah diketahui, tingkat inteligensi seseorang tidak akan sama dengan orang lainnya. Perbedaan inteligensi tiap orang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu yaitu:
- Pembawaan
Hal yang menentukan pembawaan seseorang adalah sifat – sifat atau ciri – ciri yang dibawa oleh orang tersebut sejak lahir. Batas kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu hal ditentukan oleh pembawaan masing – masing. Perbedaan akan tetap ada walaupun setiap orang menerima informasi, pelajaran dan latihan yang sama.
- Kematangan
Manusia dikatakan mencapai tingkat kematangan apabila tiap organ tubuhnya telah dapat menjalankan fungsi masing – masing dengan optimal. Misalnya, jika ada anak yang belum dapat memecahkan suatu masalah tertentu maka itu artinya organ tubuh serta fungsi tubuh anak belum mencapai tingkat kematangan yang sesuai. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kematangan berhubungan erat dengan umur atau usia seseorang.
- Pembentukan
Arti pembentukan adalah semua keadaan diluar diri seseorang yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan inteligensi. Ada pembentukan tidak sengaja yang terjadi secara alami dan juga ada pembentukan secara sengaja terhadap perkembangan inteligensi dan kepribadian seperti pengajaran yang dilakukan di sekolah.
- Minat
Adanya minat yang khas akan mengarahkan perbuatan seseorang kepada cara untuk mencapai tujuannya. Motif merupakan dorongan untuk suatu perbuatan yang dilakukan. Manusia terdorong untuk melakukan interaksi dengan dunia luar dengan mengeksplorasi, dan lama kelamaan akan timbul minatnya untuk sesuatu hal. Ketahuilah apa saja pengertian minat menurut para ahli untuk lebih memahaminya.
- Kebebasan
Sejarah inteligensi dalam psikologi mencatat bahwa manusia mampunyai kebebasan dalam inteligensinya. Arti kebebasan disini bahwa manusia dapat memilih metode tertentu dalam upayanya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Kebebasan ini berarti bahwa minat tidak selalu akan menjadi syarat dalam perbuatan yang mengandung inteligensi.
Semua faktor tersebut berhubungan satu dengan lainnya, karena kita tidak dapat hanya menghubungkan inteligensi seseorang dengan satu faktor tertentu saja. Semua faktor merupakan satu keseluruhan yang menentukan dalam mengukur inteligensi seseorang.
D. Ciri – ciri Perbuatan Inteligensi
Inteligensi tidak dapat diamati secara langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata sebagai perwujudan dari proses berpikir yang dilakukan secara rasional. Sejarah inteligensi dalam psikologi dapat dilihat dari ciri – cirinya berikut ini:
- Inteligensi berupa kemampuan mental yang dilakukan oleh seseorang secara rasional
- Inteligensi akan terlihat dari tindakan yang mengarah kepada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan juga kemampuan untuk memecahkan masalah yang timbul daripada penyesuaian tersebut.
- Masalah yang dihadapi sedikit banyak berupa masalah baru bagi orang tersebut.
- Perbuatan yang mengandung aspek inteligensi sifatnya mempunyai tujuan dengan encari jalan keluar yang paling praktis.
- Masalah yang dihadapi mengandung satu tingkat kesulitan bagi orang yang bersangkutan.
- Cara pemecahan masalah haruslah dapat diterima oleh masyarakat.
- Menyingkirkan tanggapan dan ingatan yang tidak perlu.
- Melakukan pemecahan masalah secara cepat.
- Menggunakan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu pemecahan masalah tersebut.
Perbedaan inteligensi dikemukakan oleh para ahli berupa dua pandangan yaitu perbedaan kualitatif yang berpendapat bahwa secara kualitatif inteligensi satu individu dengan lainnya berbeda, dan pandangan kuantitatif yang menyatakan bahwa perbedaan inteligensi antara individu ada karena perbedaan materi yang diterima.
E. Pendekatan Umum Inteligensi
Sejarah inteligensi dalam psikologi dapat dipahami dengan empat pendekatan umum yang dikemukakan Maloney dan Ward (1976) yaitu:
- Pendekatan Teori Belajar
Inti dari pendekatan macam ini adalah mengenai letak hakikat inteligensi yaitu pada pemahaman mengenai hukum dan prinsip umum yang digunakan oleh individu untuk memperoleh satu bentuk perilaku baru. Ada beberapa macam teori belajar menurut para ahli dan macam – macam metode pembelajaran yang digunakan untuk mendasari pendekatan teori belajar. Selain itu juga ada beberapa teori belajar dalam psikologi antara lain teori belajar behavioristik, teori belajar humanistik dan teori belajar kognitif.
- Pendekatan Neurobiologis
Dasar anggapan dari pendekatan ini bahwa inteligensi memiliki fondasi anatomis dan biologis, sehingga dapat ditelusuri dasar – dasar neuro-anatomis dan neuro-fisiologisnya.
- Pendekatan Psikomotorik
Angapan dari pendekatan ini bahwa intelegensi adalah suatu sifat psikologis yang berbeda – beda kadarnya bagi arah studi, yaitu antara lain bersifat praktis dan menekankan pada pemecahan masalah serta bersifat teoritis yang penekanannya ada pada konsep dan menyusun teori.
- Pendekatan Teori Perkembangan
Pusat studi inteligensi pada pendekatan ini yaitu pada masalah perkembangan inteligensi secara kuantitatif atau berorientasi pada jumlah dan dalam hubungannya dengan tahap pada perkembangan biologis individu. Ketahuilah beberapa teori dalam psikologi perkembangan antara lain teori psikologi perkembangan , teori perkembangan anak menurut para ahli dan juga teori evolusioner dalam psikologi perkembangan.
Timbul pertanyaan bagaimana caranya agar kita dapat mengukur tingkat kecerdasan atau inteligensi seseorang? Untuk menentukan seberapa cerdas atau tidaknya seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes intelegensi, yang ditemukan oleh Alfred Binet dan T. Hendri Simon pada tahun 1904. Inteligensi adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar siswa selain macam – macam gaya belajar anak dan juga macam – macam kecerdasan yang dimiliki anak dan merupakan bekal potensial yang akan memudahkan siswa dalam belajar, dan dapat memberikan hasil yang optimal.
Keberhasilan tersebut ditunjukkan dalam berbagai indikator antara lain melalui nilai rapor dan lain sebagainya. Dengan demikian, inteligensi berhubungan dengan bidang psikologi pendidikan.