Home » Gangguan Psikologi » 16 Gangguan Jiwa Akibat Sosial Media Perlu Diwaspadai

16 Gangguan Jiwa Akibat Sosial Media Perlu Diwaspadai

by Devita Retno

Sulit untuk menghindari media sosial pada saat sekarang ini, dimana arus informasi begitu deras akibat perkembangan teknologi yang semakin canggih. Hampir semua orang sekarang menggunakan beragam media sosial, baik itu sebagai gaya hidup ataupun sebagai alat untuk berkomunikasi dan bersosialisasi. Hampir segala hal bisa didapatkan dari internet dan media sosial, dari mulai informasi mengenai resep masakan hingga kepada informasi pribadi yang bisa didapatkan mengenai seseorang. Hal itu dimungkinkan karena banyak orang yang tidak merasa segan lagi untuk membagi informasi pribadi mengenai dirinya sendiri di media sosial dengan bebas.

Kemudahan yang didapat berkat media sosial memang telah banyak membantu dalam kehidupan orang – orang.  Akan tetapi hal ini juga akan mengundang efek negatif tertentu, karena segala hal yang dilakukan dengan berlebihan tentunya akan mengandung konsekuensi. Salah satunya adalah gangguan jiwa akibat sosial media yang bisa terjadi pada siapa saja penggunanya. Orang banyak yang tidak menyadari efek negatif dari pengaruh sosial media ini, dan kebanyakan orang terlalu larut dalam keasyikan menggunakan sosial media untuk tersadar dan mengevaluasi apakah dirinya termasuk pengguna media sosial yang terlalu berlebihan.

Jenis Gangguan Jiwa Pada Pengguna Media Sosial

Penyebab gangguan jiwa memang bisa berasal dari banyak faktor, dan salah satu faktor tersebut adalah penggunaan media sosial yang kelewat batas. Ada beberapa gangguan jiwa akibat sosial media yang bisa terjadi, antara lain:

1. Narcissistic Personality Disorder

Narcissistic personality disorder atau kepribadian narsistik merupakan gangguan jiwa yang bisa timbul pada pengguna media sosial. Orang yang menderita gangguan ini sangat mengagumi dirinya sendiri secara berlebihan, egois, tidak punya empati dan tidak ingin mendengarkan orang lain serta tidak ingin semua perhatian lepas dari dirinya. Orang ini bahkan bisa memandangi dirinya sendiri di cermin selama berjam – jam tanpa melihat adanya kekurangan pada fisik dan mentalnya sendiri.

2. Body Dysmorphic Disorder (BDD)

Semua foto yang telah diunggah ke halaman sosial media masing – masing orang biasanya sudah melalui proses editan sedemikian rupa agar terlihat sempurna. Karena media sosial terbuka untuk umum, semakin banyak orang yang merasa perlu menampilkan dirinya yang paling baik secara fisik untuk dilihat oleh orang lain. Hal ini sehubungan dengan bebasnya orang lain yang asing berkomentar pada postingan siapa saja, dan tidak hanya berupa komentar yang baik. Gangguan BDD adalah kondisi dimana penderitanya merasa tidak aman, takut atau tidak percaya diri pada tubuhnya sendiri. Buat mereka, becermin adalah cara untuk mengingatkan dirinya sendiri mengenai keburukan fisiknya dan akan selalu ada bagian tubuhnya yang tidak sempurna.

3. Addiction

Salah satu gangguan yang sangat sering terjadi pada media sosial adalah kecanduan. Bentuk ketagihan ini bisa bermacam – macam. Antara lain, kecanduan untuk mengunggah sesuatu atau mengecek media sosialnya setiap saat, menonton youtube,bermain game online, membuat status di media sosial setiap saat, dan lain  – lainnya. Kecanduan ini bahkan akan mengganggu aktivitas harian orang tersebut, kurang fokus, sulit tidur, kurang fokus, dan menjadi malas serta tidak produktif. Akibat jangka panjangnya, orang yang menderita kecanduan akan kehilangan kemampuan bersosialisasi dalam kehidupan nyata.

4. Social Media Anxiety Disorder

Gangguan ini memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan kecanduan. Para penderitanya merasa tidak bisa lepas dari media sosialnya. Sehingga mereka akan selalu mengecek media sosialnya kapan saja mereka beraktivitas dan dimana saja. Mereka juga akan merasa terganggu apabila jumlah follower atau jumlah orang yang berkomentar dan menyukai postingannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga lebih seperti terobsesi dengan media sosial. Orang yang mengalaminya harus melakukan cara mengatasi anxiety disorder.

5.Borderline Personality Disorder (BPD)

Gangguan jiwa akibat sosial media lainnya berupa gangguan kepribadian borderline atau gangguan kepribadian ambang  bisa dialami karena seseorang merasa tersisih dan khawatir setiap kali ia melihat suatu acara di media sosial teman – temannya yang berlangsung tanpa melibatkan atau mengundang dirinya. Pada awalnya, gangguan tersebut hanya sebatas kesal dan kecewa karena tidak dilibatkan, namun lama kelamaan bisa berkembang menjadi perasaan ditolak oleh lingkungannya. Ketahuilah ada perbedaan bipolar dan borderline, yang seringkali disamakan oleh orang awam.

6. Munchausen Syndrome

Gangguan jiwa akibat sosial media yang satu ini menggambarkan penderitanya sebagai orang yang hobi mengarang cerita tragis mengenai kehidupannya sendiri untuk mendapatkan perhatian orang lain. Penderitanya akan mengarang cerita apapun untuk mendapatkan perhatian di media sosial dan ia tidak peduli jika apa yang di posting di media sosial tersebut bukanlah merupakan suatu kebenaran. Lama kelamaan cerita tersebut bahkan akan menjadi suatu yang semakin tragis dan ekstrem dengan tujuan mendapatkan sebanyak mungkin follower atau orang yang bersimpati kepadanya.

7. Compulsive Shopping

Maraknya pertumbuhan bisnis online membuat sebagian orang bisa sulit melepaskan diri dari kemudahan berbelanja di tempat tanpa perlu harus keluar rumah. Kebiasaan belanja ini berawal dari perasaan puas dapat menemukan apapun yang dibutuhkan hanya melalui layar smartphone, sehingga berkembang menjadi kebiasaan impulsif untuk membeli barang lain yang tidak dibutuhkan.

8. Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Keinginan untuk terlihat sempurna setiap saat juga bisa menimbulkan gangguan jiwa akibat sosial media berupa gangguan obsesif kompulsif. Seperti yang kita ketahui, dalam bermedia sosial sebagian besar adalah mengenai pencitraan diri yang semaksimal mungkin. Orang tidak ingin terlihat jelek di mata para pengguna media sosial lainnya, sehingga menciptakan obsesi mengenai kesempurnaan diri dan rela menghabiskan banyak waktu untuk terlihat sempurna di media sosial. Gangguan ini dalam tingkat yang lebih berat akan terlihat ketika penderitanya melakukan suatu hal secara berulang – ulang tanpa tujuan yang jelas. Perlu dilakukan cara mengatasi gangguan obsesif kompulsif akibat penggunaan media sosial.

9. Internet Asperger Syndrome

Gangguan jiwa akibat sosial media ini merupakan gangguan yang menyebabkan seseorang menjadi berubah sikap di dunia maya, walaupun biasanya yang lebih umum adalah sindrom asperger pada anak. Jika di dunia nyata orang tersebut biasanya merupakan orang yang pendiam, di dunia maya ia biasanya menjadi orang yang sangat bertolak belakang. Kasar, kejam dan senang melontarkan komentar – komentar jahat di postingan orang lain.

10. Low Forum Frustration Tolerance

Penderita gangguan jiwa ini merasa bahwa dirinya haus akan pengakuan diri dari pengguna media sosial lainnya, sehingga ia akan bersedia untuk melakukan apa saja di media sosial demi pengakuan tersebut. Apabila ia merasa pengakuan tersebut tidak didapatkannya, maka penderitanya akan merasa frustrasi dan bisa saja mengalami depresi.

11. Hipokondriak

Ini adalah salah satu gangguan psikologis ketika penderitanya merasa cemas berlebihan mengenai kesehatan tubuhnya, atau ia selalu merasa dirinya memiliki gejala penyakit serius. Orang ini akan semakin buruk kondisinya karena saat ini ia mudah mengakses informasi beragam penyakit yang ada di media sosial, sehingga memperkuat kecenderungannya untuk merasa cemas akan berbagai penyakit di tubuhnya.

12. Schizoaffective atau Schizotypal Disorder

Gangguan ini adalah penyakit mental yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, memiliki pikiran yang membingungkan, depresi, dan gangguan ingatan. Penggunaan media sosial tanpa kontrol akan semakin memperparah gangguan ini, bahkan dapat memicu kecenderungan bunuh diri dan juga dorongan untuk membunuh orang lain. Ketahuilah mengenai macam – macam skizofrenia dan ciri – ciri skizofrenia lainnya.

13. Voyeurism

Voyeur dapat diartikan sebagai kebiasaan atau perilaku suka mengintip orang lain. Dalam hubungannya dengan media sosial, voyeurisme bisa diartikan sebagai kebiasaan untuk selalu ingin tahu dan merasa penasaran yang berlebihan terhadap pengguna media sosial lainnya. Orang yang mengalami gangguan ini akan menguntit akun orang yang menjadi sasarannya secara berlebihan hingga ke tingkat obsesif.

14. Depresi

Depresi dalam psikologi adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perasaan sedih yang dalam dan berlebihan. Orang yang mengalami depresi tertekan secara psikologis dengan berlebihan sehingga kehilangan minat dan semangat untuk beraktivitas, mengalami gangguan pola tidur, bahkan hingga mengalami dorongan untuk bunuh diri. Oleh sebab itu, penting sekali untuk mengenali tanda – tanda depresi dan cara mengatasi stres dan depresi.

15. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Ini adalah gangguan perkembangan yang pada umumnya ditemukan pada anak – anak dan gejala ADHD pada bayi. Gejala ADHD terlihat pada orang yang selalu gelisah, tidak bisa tenang, sulit fokus terhadap satu kegiatan karena pikirannya mudah teralihkan. Penggunaan media sosial hanya akan memperparah orang yang mengalami gangguan ini, karena terlalu banyak stimulasi atau rangsangan di media sosial yang akan mempengaruhi kondisi penderita ADHD tersebut.

16. Fear Of Missing Out (FOMO)

FOMO merupakan gangguan jiwa berupa perasaan atau dorongan yang berlebihan untuk mengikuti trend di media sosial. Penderitanya mengalami kecanduan akut terhadap internet dan media sosial, bahkan merasa sangat cemas jika tidak dapat terhubung dengan akun media sosialnya walaupun hanya untuk sesaat. Sayangnya sebagian orang yang mengalaminya tidak menyadari bahwa mereka menderita gangguan tersebut dan menganggap bahwa perilakunya tersebut merupakan suatu hal yang wajar.

Banyaknya efek buruk dari penggunaan media sosial hingga dapat menimbulkan gangguan jiwa akibat sosial media perlu diwaspadai dan dipertimbangkan oleh semua pengguna. Idealnya, menggunakan media sosial perlu diimbangi dengan adanya akal sehat dan juga kebijaksanaan dalam memilah dan memilih tentang konten apa yang paling baik untuk diri kita sendiri. Dengan kata lain, pengguna media sosial haruslah seseorang yang cermat dan pintar untuk melihat keburukan atau pengaruh buruk dari media sosial tersebut. Sudah seharusnya penggunaan media sosial tersebut membawa pengaruh baik bagi diri kita dan membawa kegunaan yang paling bermanfaat dan bukannya sebaliknya.

You may also like