Dalam bahasa Indonesia, istilah retardasi mental dikenal juga dengan sebutan tuna grahita atau keterbelakangan mental. Juga dikenal dengan istilah disabilitas intelektual. Kondisi ini merupakan salah satu masalah psikologi yang bisa dialami oleh sebagian orang sejak lahir. Tanda bahwa seseorang mengalami disabilitas intelektual adalah tingkat kecerdasan yang dimilikinya berada di bawah rata – rata. Memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata – rata tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat mempelajari apapun sama sekali.
Mereka tetap dapat mempelajari keterampilan baru, namun prosesnya tidak akan berlangsung secepat orang normal. Salah satu gejala atau tanda awal dari anak yang mengalami retardasi mental adalah bahwa terkadang anak tersebut tidak mampu berbicara atau menulis ketika usianya sudah mencapai 10 tahun, tidak dapat bertindak seperti orang – orang lain di sekelilingnya, tidak dapat mandiri atau mengurus dirinya sendiri karena tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan di kehidupannya sehari – hari.
Peran Orang Tua dari Anak Dengan Retardasi Mental
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah retardasi mental diantaranya genetik, masalah saat kehamilan, melahirkan, anak mengalami cedera atau sakit. Bahkan ada kalanya tidak ditemukan penyebab pasti mengapa anak mengalami retardasi mental. Memiliki anak dengan retardasi mental merupakan hal yang pastinya sebuah ujian berat bagi orang tua, namun seharusnya hal tersebut tidak membuat orang tua putus asa dan memberatkan hidup anak. Peran orang tua pada anak retardasi mental sangat penting agar mereka dapat belajar hidup mandiri dan tidak tergantung kepada siapapun karena kekurangannya tersebut. Hal – hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dengan anak retardasi mental yaitu:
1. Mempelajari seluk beluk mengenai retardasi mental
Menambah pengetahuan mengenai keterbelakangan mental yang dialami anak akan membuat orang tua memiliki perspektif baru mengenai kondisi tersebut. Mempelajari apa yang sedang dihadapi akan membuat orang tua dapat memahami bagaimana kondisi anak, bagaimana cara mendidiknya, cara memelihara kesehatan mental anak, cara mengatasi anak lemah mental , mencari penyebab anak lemah mental pada anak dan juga dapat menghindari hal – hal yang seharusnya dijauhkan dari sang anak.
2. Mengajarkan kemandirian pada anak
Memiliki anak yang terbelakang secara mental mungkin akan membuat sebagian orang tua menjadi overprotektif. Sebaiknya izinkan anak untuk dapat mencoba berbagai hal baru dengan caranya sendiri untuk cara melatih mental anak agar berani dan mandiri sejak dini . Orang tua dapat mendorong anak untuk melakukan berbagai hal tanpa banyak campur tangan yang tidak perlu dilakukan, sehingga anak akan lebih mudah membangun rasa percaya dirinya. Bimbing anak hanya ketika ia membutuhkan dan berikan penghargaan untuk anak jika ia dapat menguasai berbagai hal baru dengan usahanya sendiri.
3. Memilihkan sekolah yang tepat
Anak yang mengalami retardasi mental memiliki kemampuan di bawah rata – rata tingkat normal anak lainnya. Kadangkala anak yang mengalami retardasi mental ringan tidak mengalami gangguan dan baru terlihat ketika ia mengalami masalah di bidang akademik. Orang tua dapat meminta rujukan dari psikolog untuk memilih sekolah yang terbaik bagi anak dan yang sesuai dengan kebutuhannya. Jangan pernah merasa gengsi untuk memasukkan anak ke sekolah khusus sekalipun selama hal itu dapat mendukung perkembangan anak dengan baik, terlebih lagi memaksakan agar anak bersekolah di sekolah normal dengan resiko terjadinya gangguan mental pada anak karena tidak cocok dengan lingkungan sekolahnya.
4. Mengajak anak dalam kegiatan kelompok
Kemampuan anak untuk membangun keterampilan sosial dapat terasah dengan mengikuti kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok yang bisa diikuti oleh anak dengan ciri – ciri retardasi mental antara lain misalnya kelas keterampilan tangan, seni dan sebagainya yang memungkinkan untuk diikuti anak retardasi mental dengan aman. Manfaat dari kegiatan kelompok akan mengenalkan anak dengan pengetahuan mengenai bagaimana harus bersosialisasi dengan orang lain.
5. Melibatkan diri dengan kegiatan anak
Motivasi anak dalam pendidikannya bisa didapatkan dari keterlibatan orang tuanya. Namun orang tua juga perlu membatasi keterlibatan dengan hanya memberikan bimbingan ketika anak memerlukan, dan tidak terlibat pada aspek yang tidak diperlukan. Keterlibatan orang tua bukan merupakan sebagai pengatur kegiatan anak. Misalnya, orang tua perlu tetap berhubungan baik dengan guru untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan anak di sekolah.
6. Bergabung dengan orang tua lainnya
Mengenal orang tua lainnya yang juga memiliki anak dengan kondisi sama akan memberikan banyak manfaat. Para orang tua dapat saling bertukar pengalaman dan informasi, saling mendukung dan berbagi tips mengasuh anak dengan retardasi mental, cara mengatasi keterbelakangan mental anak, cara menangani anak berkebutuhan khusus , terapi untuk kesehatan mental dan memberi dukungan secara emosional yang kemungkinan tidak didapatkan di tempat atau lingkungan lainnya.
7. Melatih kemampuan bahasa anak
Anak dengan retardasi mental biasanya mengalami kesulitan dalam berbahasa. Peran orang tua pada anak retardasi mental juga mencakup pada pembimbingan kemampuan berbahasa anak. Orang tua perlu secara berkala mengajari anak untuk melatih kemampuan berbahasanya dengan mengajarkan kosa kata yang akan membantu anak untuk berinteraksi dengan mudah dengan lingkungan. Perlunya kosa kata yang memadai sangat berguna untuk memudahkan anak menyampaikan maksudnya dan berkomunikasi dengan orang lain. Orang tua dapat mengajari anak mengenai kosa kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari.
8. Mengajari anak untuk tetap aktif
Anak yang mengalami retardasi mental bukan berarti tidak dapat melakukan apa – apa sama sekali. Mereka justru harus dibiasakan agar dapat tetap beraktivitas dengan aktif sesuai kapasitas atau kemampuan dirinya untuk melatih kemandirian. Dengan pilihan aktivitas yang terbatas, peran orang tua pada anak retardasi mental adalah melatih anak untuk terbiasa dengan kegiatannya tersebut. Ajarkan kegiatan yang berguna dan bisa melatih kemandirian anak seperti hobi atau keterampilan lainnya yang sesuai dengan kondisi anak.
9. Memperhatikan aspek seksual anak
Perkembangan seksual anak retardasi mental juga perlu mendapatkan perhatian serius dari orang tua, sebab mereka juga akan memasuki masa pubertas sama dengan anak lainnya yang pertumbuhannya normal. Anak tetap dapat mengalami menstruasi atau mimpi basah, dan harus dapat menjaga dirinya dari perilaku orang lain yang ingin mengambil keuntungan dari kondisinya, seperti misalnya menjauhi dan menghindari pelecehan seksual. Orang tua dapat meminta saran dari psikolog atau terapis untuk mengajarkan aspek seksualitas pada anak dengan retardasi mental.
10. Mempersiapkan masa depan anak
Peran orang tua pada anak retardasi mental juga harus dapat membantu anak untuk mempersiapkan masa depannya sendiri. Anak tidak dapat selalu bergantung kepada orang lain, karena itu dia harus dapat menangani masa depannya sendiri. Orang tua dapat mengajarkan anak untuk berkomunikasi dengan baik, etika dan sopan santun pergaulan dan di tempat umum, cara agar dapat melakukan segala hal dengan tepat waktu, dan kemampuan untuk memiliki karir atau pekerjaan yang sederhana. Untuk itu, anak perlu ditempatkan pada sekolah yang tepat yang dapat membantu anak untuk meningkatkan life skillnya.
11. Menggali minat dan bakat anak
Anak yang mengalami retardasi mental sekalipun bisa saja memiliki suatu bakat atau keterampilan unik yang tidak dimiliki anak normal. Tugas orang tua adalah untuk dapat mendeteksi hal tersebut dengan jeli, agar kemampuan khusus anak dapat dikembangkan dan bisa menjadi bekal yang sangat berguna bagi kehidupan anak di masa depan. Usahakan untuk mendapatkan penyaluran yang tepat bagi bakat dan minat anak, karena pengaruhnya sangat besar bagi kemandirian anak dengan retardasi mental. Ketahuilah apa saja masalah psikologi untuk anak tuna grahita, komponen kesehatan mental, dan pengaruh kesehatan mental terhadap tingkah laku.
12. Meningkatkan rasa percaya diri anak
Rasa percaya diri anak dengan retardasi mental juga perlu dipupuk terus menerus terutama oleh orang tuanya. Sebab, sebagai orang yang berbeda dengan orang kebanyakan, biasanya anak akan kerap mendapat ejekan atau perlakuan kurang menyenangkan dari lingkungan sekitarnya. Perlunya anak memiliki rasa percaya diri yang kuat agar ia tidak mudah jatuh dan putus asa oleh tekanan dari lingkungan, dan tidak semakin merusak mental anak jika mengalami hal – hal yang kurang menyenangkan, misalnya menghadapi pengaruh bullying pada psikologi anak.
13. Menunjukkan kasih sayang kepada anak
Orang tua yang selalu menunjukkan penerimaan dan kasih sayang kepada anak yang mengalami retardasi mental akan membuat sang anak juga lebih kuat dalam menghadapi kehidupannya. Dengan menunjukkan kasih sayang yang tulus, berarti orang tua juga menunjukkan dukungan dan empati terhadap kondisi anak. Hal ini akan sangat besar pengaruhnya kepada penerimaan diri anak terhadap kondisi dirinya sendiri. Ketahuilah juga bagaimana proses perkembangan kognitif anak berkebutuhan khusus.
Peran orang tua bagi anak retardasi mental tentunya sangat besar bagi kehidupan sang anak. Bagi orang tua dengan anak yang mengalami retardasi mental, mungkin akan sangat sulit menerima kondisi anak dengan ikhlas. Namun besarnya penerimaan orang tua terhadap kondisi anak akan sangat membuat perbedaan bagi pertumbuhan emosional anak. Karena itulah, sangat penting bagi orang tua untuk dapat menerima kondisi anak dengan ikhlas, agar dapat membantu mengembangkan kondisi anak yang mengalami retardasi mental dengan baik dan tidak justru mengacaukan tumbuh kembangnya dengan penolakan dan penyangkalan dengan kondisi anak.