Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 15 Cara Mendidik Mental Anak agar Berani dan Mandiri

15 Cara Mendidik Mental Anak agar Berani dan Mandiri

by Devita Retno

Anak – anak adalah buah hati orang tua, tentunya hal itu tidak diragukan lagi. Masa depan anak menjadi prioritas yang diperhatikan oleh kebanyakan orang tua, dan untuk menuju ke masa depan yang baik ada banyak aspek pendidikan anak yang harus diperhatikan. Bagi orang tua yang sangat menyayangi anaknya, pendidikan mental anak merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian khusus. Sebabnya tentu tidak lain karena orang yang  sukses sejatinya mempunyai keadaan mental yang kuat.

Dasar – dasar mental yang kuat pada seorang anak haruslah dibentuk sejak usia dini. Sifat – sifat seperti mandiri, berani, dan bertanggung jawab lahir dari kondisi mental yang mantap, berkat pembentukan serta didikan orang tua sejak usia dini. Mental yang kuat berasal dari karakter yang kuat pula sebagai hasil dari didikan orang tua sejak kecil. Untuk mewujudkan terbentuknya karakter dan mental anak yang kuat, sangat penting adanya pendampingan penuh dari orang tua.

Melatih Mental Anak

Anak yang berani dan mandiri akan memudahkan kehidupannya kelak. Cara mendidik mental anak sejak dini harus dilakukan agar orang tua dapat memetik hasilnya setelah anak dewasa. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membentuk mental anak agar kuat pada masa dewasa kelak:

1. Mendorong anak untuk mencoba hal baru

Sesuatu yang baru biasanya menimbulkan ketakutan apabila tidak dicoba, karena ketidak tahuan anak mengenai hal tersebut. Apabila tidak dibiasakan sejak kecil, anak akan menjadi orang yang mudah khawatir kelak. Anda bisa mendorong anak mencoba berbagai permainan baru, rasa makanan baru, juga berjalan – jalan ke tempat baru tentu saja dengan pengawasan yang selayaknya. Biarkan anak bereksplorasi dengan bebas tetapi tetap aman. (Baca: gejala gangguan mental pada remaja, sifat anak broken home, dampak anak broken home)

2. Berikan kepercayaan pada anak

Yakinlah untuk memberi kepercayaan pada anak sesuai tingkat usianya. Cara mendidik mental anak dengan memberikan kepercayaan kepadanya akan membuat anak mudah merasakan percaya diri dan tanggung jawab. Mulailah dengan hal – hal kecil, misalnya mempercayai anak untuk mengambil makanan sendiri, makan sendiri , dan lainnya selama hal tersebut masih sanggup dilakukan anak jika anak sudah lebih besar, Anda juga dapat melatihnya dengan hal lain sesuai usianya.

3. Membiasakan berpikir kritis

Kemampuan anak untuk berpikir kritis harus dibina sejak dini sekali, agar kelak ia tidak menjadi orang yang apatis. Dengan mampu berpikir kritis, maka anak dapat memutuskan mana hal yang sesuai dan baik untuknya dan tidak baik. Ia akan tahu mana hal yang patut dilakukan, dan juga mana yang tidak. Untuk itu, biasakan mengajak anak berdiskusi dan menanyakan pendapatnya tentang berbagai masalah mulai dari yang kecil hingga yang penting.

4. Memberi contoh kepada anak

Karena anak – anak belajar dengan cara meniru, maka orang tua dapat memberikan contoh mengenai hal yang akan diajarkan kepada anak. Misalnya, jika anak takut pergi ke satu ruangan dalam rumah sendirian, orang tua dapat memberikan contohnya. Selain itu orang tua juga dapat mencontohkan anak bagaimana etika berperilaku yang benar yang dilihat dari sikap orang tua pada kesehariannya. Jika anak takut berenang karena takut masuk ke kolam. Anda bisa mencontohkan dengan mencebur lebih dulu dan menunjukkan bahwa hal itu tidak berbahaya.

5. Tetap berpikir logis

Menanamkan cara berpikir logis penting agar anak dapat menyadari sejauh mana batasan yang harus dipatuhinya dalam bertindak. Antara lain, mengingatkan jika anak mulai mencoba sesuatu yang membahayakan dirinya atau orang lain, dan memberikan penjelasan logis mengapa hal tersebut menjadi berbahaya. Jelaskan mengenai sebab dan akibat dari berbagai keputusan anak untuk melakukan sesuatu hal. (Baca: ciri – ciri anak psikopat, cara meningkatkan konsentrasi belajar anak, penyebab anak telat bicara)

6. Jangan menakut – nakuti anak

Seringkali ketika orang tua kesulitan melarang anak untuk melakukan sesuatu maka mereka akan menakut – nakuti anak agar menurut. Misalnya, jika anak sulit mengikuti aturan maka orang tua mengatakan akan ada polisi yang menjemput anak nakal atau ada hantu yang akan menculik anak nakal. Hal itu justru membentuk ppikiran negatif pada anak dan membuatnya takut untuk melakukan berbagai hal, bukannya mengerti pada sebab mengapa orang tua melarangnya.

7. Jangan katakan bahwa anak tidak bisa

Untuk mempunyai mental yang berani dan percaya diri, cara mendidik mental anak perlu dilakukan dengan kepercayaan dari orang tua. Percayalah bahwa anak bisa melakukan berbagai hal sesuai usianya, dorong anak untuk mencoba terlebih dulu. Jangan katakan bahwa anak tidak bisa selama hal itu tidak membahayakan atau merugikannya. Kepercayaan dari orang tua akan menambah keyakinan diri anak. (Baca: dampak psikologis anak tanpa ayah, pengaruh bullying pada psikologi anak, tahapan perkembangan psikologi anak, dan cara mendidik anak agar cerdas).

8. Jangan memaksa

Pemaksaan untuk melakukan sesuatu akan membuat anak trauma dan menghubungkan hal tersebut dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Kelak ia tidak akan mau mencoba apapun atau selalu merasa takut karena pernah dipaksa. Misal, anak yang tidak mau akan lalu dipaksa dengan menyuapkan makanan ke mulutnya. Anak akan menghubungkan kegiatan makan dengan sesuatu hal yang tidak menyenangkan, lalu ia menjadi sulit makan dan kurang punya selera terhadap makanan karena makan bukanlah sesuatu yang menyenangkan.

9. Melatih anak sejak kecil

Terbentuknya mental anak yang berani dan mandiri tidak akan terjadi apabila tidak dilatih sejak kecil. Anda bisa mulai dari melatih keseharian anak, misalnya toilet trining, membiasakan anak tidur sendiri, cara makan sendiri, sikat gigi, mencuci piring, membersihkan kamar dan mainannya dan semua kegiatan harian lainnya yang merupakan kemampuan dasar untuk anak bisa mengurus dirinya sendiri. (Baca: dampak psikologis anak diluar nikah, dampak psikologis anak yang mengalami kekerasan, dan karakteristik anak berkebutuhan khusus.)

10. Ajari anak mengenai resiko

Membuat keputusan sendiri akan mudah jika anak paham mengenai konsekuensi dan resiko yang dia hadapi saat melakukan sesuatu.  Anak akan mampu berpikir akibatnya jika ia melakukan sesuatu dan mampu memutuskan apakah hal itu baik untuk dilakukan atau tidak, dan apa dampaknya terhadap dirinya sendri dan orang lain. Misalnya ketika ia ingin memanjat pohon, anak akan bisa memperkirakan bahaya atau resiko yang akan dihadapinya bahwa ia bisa saja jatuh jika tidak berhati – hati. Tentu saja, hal seperti ini harus dibiasakan sebagai cara mendidik mental anak sejak dini, dan juga akan berkembang seiring dengan tingkat usia anak.

11. Biarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri

Insting sebagai orang tua tentunya pertama adalah untuk melindungi anak kapanpun dia menghadapi kesulitan atau masalah. Akan tetapi terlalu melindungi bisa jadi membuat anak menjadi tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orang tua untu menyelesaikan masalahnya. Orang tua perlu menahan diri untuk ikut campur terhadap setiap kesulitan anak. Turun tangan baru diperlukan jika Anda melihat anak sudah tidak sanggup menangani masalahnya sendiri, misalnya ketika berebut mainan dengan teman atau saudaranya sudah menjurus kepada hal yang berbahaya dan melibatkan kontak fisik.

12. Tetap berikan batasan pada anak

Membebaskan anak untuk mencoba berbagai hal sebagai cara mendidik mental anak sejak dini tentunya menjaid hal yang penting, akan tetapi kekebasan itu tidak bisa diberikan tanpa batas. Sebagaimana anak – anak pada umumnya, mereka tentu belum paham bagaimana bahaya dan resiko dari apa yang mereka lakukan tersebut, maka sudah menjadi tugas orang tua untuk menjaga anak tetap aman . Tentukan batasan yang jelas yang harus dipatuhi anak mengenai hal yang aman dan tidak aman untuk dilakukan berupa aturan – aturan sehari – hari yang jelas dan dapat dipahami anak.

13. Beri stimulus secukupnya

Untuk mendorong anak agar memiliki mental yang mandiri dan berani sejak usia dini, orang tua terkadang lupa untuk mengendalikan diri. Padahal, pemberian stimulus yang terlalu berlebihan dapatt membuat anak kewalahan dan menjadi berlebihan dalam bereaksi. Sesuaikan stimulus yang diberikan dengan usia dan perkembangan anak agar ia mampu melakukannya.

Anda dapat mengurangi memberi perintah berlebihan, sebaiknya cukup berikan instruksi sederhana dan perbaiki jika anak melakukan kesalahan. Juga perhatikan lingkugan sekitar yang sekiranya dapat memberikan pengaruh berlebihan kepada anak, seperi televisi, gadget, keluarga, dan teman anak.

14. Bangun ikatan dengan anak

Membuat anak mandiri sejak dini bukan berarti orang tua harus memberi jarak secara emosional pada anak. banyak orang tua yang melakukan ini dengan alasan tidak mau anak menjadi manja. Padahal, mental anak yang mandiri dan percaya diri justru terbentuk dari kedekatannya dan adanya ikatan yang kuat secara emosional dengan orang tua. Dengan hubungan emosional yang baik antara anak dan orang tua, anak akan merasa selalu memiliki dukungan untuk melakukan apapun dalam kaitannya dengan perkembangan dirinya.

15. Berikan pujian pada anak

Kita tidak bisa hanya melatih dan membentuk anak tanpa memberikan dorongan kepadanya untuk percaya diri, karena anak bukanlah robot yang tidak memerlukan kasih sayang. Untuk menambah kepercayaan anak bahwa dirinya bisa melakukan sesuatu dan melatih kemandiririannya, Anda perlu memberinya pujian atas apa yang sudah berhasil ia lakukan. Cara mendidik mental anak dengan pujian yang secukupnya tentu akan membuat anak merasa percaya diri bahwa ia bisa berusaha dan berhasil dalam usahanya.

Sebagai orang tua, Anda tidak akan terus dapat mendampingi anak selamanya terutama ketika ia sudah mulai dewasa. Akan ada saatnya orang tua harus melepas anaknya untuk menjalani kehidupan sendiri. Karena itulah, kesalahan cara mendidik mental anak akan berakibat sangat panjang pada kehidupan anak kelak. Anak bisa menjadi pribadi yang tidak mandiri dan tidak bisa membangun kehidupannya sendiri. Maka, jangan biarkan kasih sayang sebagai orang tua justru menciptakan gelembung perlindungan berlebihan di sekeliling anak dan merugikan dirinya kelak.

You may also like