Bentuk kasih sayang orang tua yang ditunjukkan kepada anak sangat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Semua stimulus, ekspresi, dan perilaku orang tua yang dilandasi oleh cinta atau tidak akan diproses di dalam pikiran anak sehingga memunculkan kesimpulan persepsi tertentu.
Kita perlu mengakui secara lapang dada bahwa orang tua adalah manusia biasa yang mungkin tidak semuanya memiliki kesiapan dan kematangan mental dan pola pikir untuk membesarkan anak. Kita juga perlu memahami bahwa keterbatasan fungsional pikiran anak pada fasenya menciptakan kemungkinan persepsi buruk dari perspektif psikologi anak yang disimpulkan dari apa yang diterapkan orang tua.
Apakah pandangan tersebut merupakan kesimpulan mentah karena mendapatkan hukuman setelah melakukan kesalahan? Apakah pernyataan tersebut berdasarkan kekerasan atau bahkan pelecehan yang pernah dialami anak? Apakah orang tua yang bersikap tidak membuat anak merasa nyaman karena orang tua benar-benar tidak sayang kepada sang anak?
Premis-premis seperti ini perlu ditelaah dengan melibatkan informasi mengenai prinsip atau pola pikir dan latar belakang sosial orang tua. Menurut Psychlogy Today, penyebab orang tua tidak sayang kepada anak bisa dipicu oleh kelambatan kedewasaan berpikir atau ambisi orang tua untuk menjadikan anaknya sebagai “projek” yang justru menghilangkan unsur-unsur manusiawinya. Selain itu, bisa juga hasil dari latar belakang didikan dan kondisi keluarga orang tua yang kurang sehat sehingga rantai traumatiknya diregenerasikan pada anak.
Apabila tidak disadari dan dikaji kembali secara bijaksana, anak akan dirugikan dan akhirnya membawa beban rasa sakit emosional yang akan terus mengingatkan pada citra negatif orang tuanya. Dampak psikologi anak kurang kasih sayang dan tips mengatasinya akhirnya menjadi tugas besar yang perlu dipecahkan. Untuk mengenalinya, berikut ini beberapa contoh ciri-ciri orang tua tidak sayang kepada anak yang dilansir dari Ideapod.
1. Abai dengan Keseharian dan Progress Hidup Anak
Orang tua mungkin akan berdalih dan berlindung di balik kesibukan pekerjaannya apabila ketahuan tidak mengetahui update aktivitas dan perkembangan pendidikan dan sosial anak di luar rumah. Akan tetapi, apakah benar ciri-ciri orang tua yang menunjukkan sikap abai itu karena kesibukan semata?
Sebenarnya, sesibuk apapun orang tua, apabila memiliki cinta kasih yang luar biasa kepada anak, maka orang tua tidak akan melupakan bahwa anaknya sedang dalam proses bertumbuh kembang dan ber”metamorfosis” menjadi anak yang dewasa. Pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dilontarkan setiap hari sebenarnya cukup memberikan informasi untuk memantau progress anak di lingkungan luar. Setidaknya mengupayakan perhatiannya kepada anak untuk selanjutnya merencanakan sikap tanggap dalam membimbing anak.
Institusi keluarga merupakan perlindungan pertama bagi anak. Maka, kehadiran dan peran psikologis orang tua tentu menjadi fondasi terbesar dan terpenting bagi perkembangan karakter dan psikososial yang dibutuhkan dalam fase perkembangan anak.
Apabila terjadi keabsenan kehadiran orang tua ketika anak sedang membutuhkan pendampingan, baik secara fisik maupun mental, maka anak mulai mempertanyakan kebenaran cinta orang tuanya. Kondisi itu akan memupuk rasa rendah diri, bahwa orang tuanya saja tidak ada di sampingnya ketika anak membutuhkan seseorang, maka anak tidah tahu lagi harus berlindung kepada siapa.
Khawatirnya, ciri-ciri ini menyebabkan anak mulai berpikir mandiri untuk mencari alternatif kebutuhan sosok yang bisa mendampingi di lingkungan lain yang kurang sehat. Atau, bisa jadi anak melampiaskan perasaan tidak aman yang ia alami pada perilaku-perilaku buruk. Edukasi tentang cara memprogram pikiran bawah sadar yang terlanjur terluka perlu diberikan pada anak guna menumbuhkan kekuatan di dalam diri anak.
2. Tidak Peduli Terhadap Perasaan Anak
Sebagian orang tua memiliki cara penyampaian kasih sayang yang tidak ekspresif dan tidak melalui verbal secara direktif pada anak. Akan tetapi, kepedulian terhadap perasaan anak setiap fasenya barangkali tidak berhubungan dengan love language orang tua.
Menunjukkan kepedulian terhadap situasi emosional anak yang sedang menghadapi berbagai aktivitas di luar rumah bisa melalui obrolan santai dan rileks ketika sedang berkumpul di rumah. Selain itu, ciri-ciri kepedulian orang tua bisa pula diwujudkan dari kepekaan terhadap bahasa tubuh anak yang sebenarnya bisa kita amati secara kasat mata, seperti sorot mata yang tidak antusias, tindak tutur yang tidak seperti biasanya, atau ekspresi lainnya.
3. Tidak Peduli dengan Pertemanan Anak
Biasanya, orang tua yang sayang pada sang anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap interaksi sosial yang dibangun anak di luar rumah. Meski tidak diikuti dengan pertanyaan introgasi yang detail, orang tua cenderung menanyakan kepada anak tentang pertemanannya.
Misalnya, ketika hendak keluar rumah orang tua bertanya tentang siapa teman yang diajak keluar, menggali informasi teman yang main ke rumah untuk mengenalinya, atau cara lainnya.
Ciri-ciri orang tua yang tidak sayang kepada anak bisa jadi ditunjukkan dari sikap ketidakpeduliannya pada pergaulan anak. Meski begitu, perlu dipikirkan kembali mengenai poin ciri-ciri ini karena beberapa orang tua tidak kepo dengan teman-teman sang anak karena orang tua memang memiliki watak yang cuek atau dingin.
4. Rencana Anak Tidak Penting Bagi Orang Tua
Memahami perkembangan hidup anak pada setiap tahapnya, berarti mengharuskan orang tua mengikuti perencanaan yang anak pikirkan. Anak pada masa usia kecil biasanya berorientasi pada rencana-rencana kecil yang didominasi oleh kegiatan belajar dan bermain.
Anak pada masa usia dewasa biasanya berorientasi pada rencana yang mulai kompleks dan membutuhkan banyak pertimbangan dan pandangan dari orang tua, sebagai orang yang lebih berpengalaman. Ciri-ciri orang tua yang tidak sayang kepada anak adalah orang tua tidak peduli terhadap rencana apa yang dibuat sang anak.
Orang tua tidak berniat mengetahui keinginan anak untuk merancang tindakannya yang bisa berkaitan dengan pilihan masa depan yang akan anak putuskan. Apa yang anak pikirkan nampaknya menjadi tidak penting untuk dipusingkan orang tua. Padahal, sisi ini merupakan salah satu aspek yang sangat membutuhkan pendampingan yang bijaksana dari orang tua.
5. Tidak Menyempatkan Bertatap Muka
Bagi orang tua yang memiliki mobilitas tinggi berkenaan dengan pekerjaan atau hal lain, tidak mengupayakan untuk bertemu dengan anak bisa dikategorikan sebagai ciri-ciri orang tua yang tidak sayang kepada anak. Meski tidak semuanya, anak mengakui bahwa beberapa orang tua lebih berkonsentrasi dengan dunianya sendiri sehingga melupakan peran dan tanggung jawab orang tua dalam mengasuh anak secara fisik dan mental.
Dari sekian banyak kemungkinan alasan, beberapa orang tua memilih untuk berlindung di balik “tidak ada waktu” atau “kelelahan yang luar biasa” sehingga tidak menyempatkan bertatap muka dengan anak. Jika begitu, anak mulai kehilangan figur orang tua yang seharusnya bisa diupayakan dengan cara-cara apapun.
6. Tidak Bertanggung Jawab Mengurus Finansial Anak
Salah satu ciri orang tua tidak sayang pada anak berkaitan dengan tanggung jawab orang tua dalam membiayai kebutuhan hidup anak. Kebutuhan finansial menjadi tanggungan orang tua sebagai rasa terima kasih atas karunia anak yang diharapkan sejak merencanakan memiliki anak.
Ketika orang tua tidak memenuhi kebutuhan materi anak karena alasan-alasan yang tidak logis dan cenderung menyalahkan kelahiran anak, maka ini bisa dikategorikan sebagai orang tua yang tidak sayang kepada anak dan bisa merambat pada perilaku-perilaku toxic yang bisa merusak perkembangan psikis anak. Cara menghadapi toxic parents tidak akan begitu saja ditemukan oleh anak.
Apalagi, kebutuhan ekonomi yang tidak seharusnya dibebankan kepada anak sendiri menjadi pemicu stress bagi anak karena belum saatnya anak berdiri di kaki sendiri. Kecuali, latar belakang keadaan keluarga yang tidak berkecukupan yang mengharuskan anak berusaha menjadi dewasa di fase usianya yang masih terlalu dini.
7. Tidak Memberikan Pandangan Tentang Studi atau Karir
Bersinggungan dengan perencanaan anak, orang tua yang tidak sayang kepada anak akan menunjukkan ciri-ciri tidak acuh pada jenjang studi atau karir yang ingin ditempuh oleh sang anak. Orang tua cenderung membiarkan pola pikir anak akan mengarah ke mana, bahkan tidak peduli apabila anak tidak merencakan prospek masa depan yang proper.
Apabila didukung oleh lingkungan sosial masyarakat yang rendah nilai-nilai moral, orang tua tidak terlalu memikirkan bagaimana pencapaian anak, apakah pergaulannya sehat atau jahat, anak bercita-cita menjadi apa, dan pembiaran pilihan pekerjaan dapat memicu kebingungan anak dalam menemukan jati diri atau identitasnya sebagai manusia yang merdeka.
8. Keberhasilan Anak Tidak Membuat Orang Tua Merasa Bangga
Kemungkinan anak tumbuh dengan potensi yang positif meski hidup bersama orang tua yang tidak menunjukkan kasih sayangnya masih bisa terjadi. Anak-anak ini termasuk individu yang memiliki keberanian untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam menentukan jalan hidupnya.
Buruknya, apabila kedewasaan berpikir anak yang luar biasa ini tetap tidak didukung oleh orang tua dengan antusiasme dan perasaan bangga, dikhawatirkan akan menjadi “momok” yang meruntuhkan pertahanan anak dalam membangun kepercayaan dan kekuasaan diri yang positif.
Keberhasilan dalam pencapaian anak yang sebenarnya sangat membutuhkan validasi atau afirmasi positif dari orang tua (dalam bentuk apapun) ini jika tidak dipenuhi akan mengurangi rasa kedekatan emosional anak dengan orang tua. Maka, anak merasa harus mendapatkan apresiasi dan respon positif dari orang lain di lingkungan sosialnya dan tidak sedikit anak yang harus berjuang menemukan cara menghilangkan rasa minder dalam diri anak.
9. Mudah Melakukan Kekerasan atau Pelecehan
Ciri-ciri orang tua yang tidak sayang kepada anak bisa dicerminkan dari perilaku kekerasan dan pelecehan. Berbeda dengan pemberian hukuman atau punishment sebagai bentuk ketegasan untuk mengajarkan kedisiplinan anak, kekerasan dan pelecehan lebih mengarah pada sikap emosi dan hilang kontrol pada diri orang tua yang bersifat hanya untuk melampiaskan nafsu.
Beberapa orang tua mungkin memberlakukan hukuman fisik yang berlebihan sehingga pada akhirnya termasuk dalam kekerasan pada anak. Dampak hukuman fisik terhadap psikologis anak sangat berbahaya. Tangan dan lisan yang sangat ringan dalam melontarkan ucapan kasar dan menghina, atau perbuatan yang melibatkan fisik anak tentu meninggalkan bekas trauma yang mendalam.
Dalam kondisi ini, perilaku orang tua tentu tidak lagi bersifat pendidikan (atau bagian dari pola asuh). Sikap seperti ini mencerminkan bahwa anak tidak dipandang sebagai “seorang manusia” yang diinginkan oleh orang tua, tetapi lebih dipandang sebagai objek asing yang bisa disakiti dan dibuang sesuka hati oleh orang tua.
Mengenali beberapa contoh ciri-ciri orang tua yang tidak sayang kepada anak, baik orang tua maupun anak perlu merenungkan kembali pemikiran dan pola asuh yang diterapkan di dalam kelurga.
Apabila orang tua menyadari bahwa tindakannya kurang tepat, maka perlu segera berbenah untuk mengetahui cara mencintai anak dengan tepat. Sebagai anak yang mungkin merasakan beberapa kondisi seperti tadi, anak tidak perlu takut untuk menceritakannya kepada ahli atau orang-orang yang dipercaya, untuk selanjutnya berdiskusi mencari solusi atau jalan keluar dari permasalahan yang dialami.