Ketidakhadiran sosok/figur dan peran ayah dalam keluarga dan perkembangan anak perempuan biasanya menimbulkan beberapa problematik dalam diri anak, yakni kemungkinan mengalami daddy issues. Stigma ini berkaitan dengan pernyataan “ayah adalah cinta pertama anak perempuannya” sehingga apabila berbenturan dapat mempengaruhi psikologis anak.
Akibatnya, anak perempuan akan mengalami fase kebingungan terhadap definisi sosok ayah atau laki-laki sehingga di dalam prosesnya dapat memicu beberapa gangguan emosional, seperti penurunan kepercayaan terhadap diri sendiri, perasaan tidak aman, dan mungkin dapat berakhir jauh lebih buruk lagi.
Peran seorang ayah nampaknya sulit untuk digantikan melalui double job yang dilakukan ibu untuk mengisi kekosongan yang dirasakan anak. Akan tetapi, sebagai single mom, penerapan jenis pola asuh yang tepat justru dapat menciptakan perasaan utuh dalam diri anak perempuan.
Dalam keadaan institusi keluarga yang tidak lengkap, anak tetap dapat mengembangkan rasa percaya diri dan hal-hal positif dalam diri anak atas dasar kebanggaan terhadap perjuangan ibunya. Menurut rujukan dari Moms dan Childmind, berikut ini beberapa cara mendidik anak perempuan tanpa figur ayah yang dapat dijadikan sebagai referensi.
1. Kenalkan Sosok Laki-Laki Panutan Kepada Anak Perempuan
Untuk mengubah image ayah pada anak perempuan yang kadangkala terlanjur buruk, ibu dapat mendidik dan menyiasati dengan cara mengenalkan anak kepada orang-orang terdekat yang dikenal memiliki track record yang baik. Misalnya, paman dan kakek dari pihak keluarga, teman laki-laki yang sudah berkeluarga, guru, atau ayah dari teman si anak.
Ibu perlu mengingatkan anak perempuannya bahwa tanpa memiliki ayah anak tetap mampu mengenali dan memahami seperti apa sikap dan pandangan laki-laki yang baik. Jika ayah memiliki latar belakang yang kurang baik, pastikan anak mengerti bahwa tidak semua laki-laki sama dengan sifat-sifat yang ditunjukkan oleh ayah.
2. Kenali Pergaulan Pertemanan Anak
Mendekati anak perempuan dari hati ke hati dapat dimulai dari kebiasaan sehari-hari, seperti peduli terhadap siapa saja teman-teman yang bergaul dengan anak perempuannya. Lingkungan pertemanan yang sehat dapat membantu anak berkembang dalam jalur yang selalu positif.
Hal ini disebabkan karena pengaruh dari pertemanan bisa saja berdampak sangat besar terhadap pola pikir dan sikap yang diambil oleh anak perempuan dalam menghadapi kondisi mentalnya yang terganggu.
Mengenal pertemanan yang dijalin oleh anak dan mendidik anak supaya membangun pertemanan yang sehat mencerminkan pula bahwa ibu tidak hanya memikirkan kebutuhan fisik, tetapi juga peduli terhadap psikologis anak dan kehidupan yang dijalani anak.
3. Peduli Terhadap Mekanisme Coping yang Dijalani Anak
Anak perempuan yang mengalami broken home dan terpisah dari figur ayah mungkin mencoba untuk menyembuhkan perasaan emosionalnya dengan cara-cara yang anak temukan sendiri. Dengan pola asuh yang kurang tepat, anak perempuan dapat terjerumus ke dalam mekanisme coping yang justru dapat melukai fisik dan batin anak, seperti self-harm atau tindakan anak perempuan yang liar dan tidak bertanggung jawab.
Untuk menghindari kemungkinan tersebut, ibu perlu mengamati perubahan tahapan kesedihan yang dialami anak dan bagaimana pola coping yang diterapkan oleh anak. Tanda-tanda perilaku yang tidak sehat harus segera dikoreksi oleh ibu.
Pastikan ibu menjelaskan dampak buruk dari cara-cara self-healing yang salah yang dapat merugikan diri anak itu sendiri. Penting untuk ibu peduli terhadap perasaan tertekan yang dialami anak dengan mengedukasi perihal cara mengobati gangguan jiwa yang efektif dan tidak merusak diri anak.
4. Bangun Kebersamaan Keluarga Besar
Peran keluarga dalam pendidikan anak turut memberi pengaruh positif terhadap perkembangan anak perempuan tanpa sosok ayah. Bangun kebiasaan berkumpul bersama secara intens dan konsisten agar anak perempuan merasa masih memiliki keluarga besar yang dapat menerima anak apapun yang terjadi.
Kebersamaan yang dibangun dapat diwujudkan dengan cara berkunjung ke rumah saudara, merencanakan liburan bersama, sering melibatkan anak dalam acara-acara keluarga, dan cara-cara yang lain. Kebersamaan mencakup pembentukan sikap tolong menolong, toleransi, rasa hormat dan nilai luhur lainnya.
Cara ini dapat secara efektif menciptakan suasana positif sehingga ibu dapat memastikan bahwa anak dapat secara aman berkembang di lingkungan yang baik dan suportif.
5. Tanamkan Perilaku Santun dalam Mindset Anak
Kecenderungan anak perempuan tidak menghormati laki-laki sebagai rasa “balas dendam” terhadap hidup yang anak jalani bisa saja terjadi.
Untuk itu, ibu perlu menanamkan perilaku santun dalam mindset anak sedini mungkin. Didik anak perempuan bahwa menghormati dan bersikap rendah hati kepada semua orang (perempuan dan laki-laki) merupakan dasar utama menjadi orang baik yang mendatangkan kebaikan-kebaikan pula.
6. Bangun Nilai Harga Diri pada Anak Perempuan
Karena sosial masyarakat kita kadangkala memandang kurang baik terhadap anak perempuan yang hanya tinggal bersama ibunya, maka ibu perlu membangun nilai harga diri pada anak perempuan.
Anak yang merasa kehilangan harga diri perlu terus menerus diyakinkan bahwa harga diri tidak dipengaruhi oleh bagaimana latar belakang keluarga yang dimilikinya. Bahwa tidak memiliki ayah bukan berarti menurunkan harga diri anak perempuan.
Beri pengertian bahwa harga diri seorang perempuan terletak pada bagaimana anak membangun karakter pribadinya melalui cara berinteraksi dengan sosial, pemikiran yang berpendidikan, dan kehormatan diri yang dijaga selama berproses menjadi anak yang lebih dewasa.
7. Kenalkan Anak Pada Pentingnya Kerja Keras
Selain cara-cara yang memfokuskan ibu kepada kesehatan mental anak, ibu perlu bertindak tegas dan disiplin kepada anak perempuan, salah satunya adalah menekankan pentingnya kerja keras dalam me-maintenance kehidupan sehari-hari.
Ini merupakan tanggung jawab ibu untuk mendidik anak supaya dalam proses pendewasaan anak terbiasa dan terlatih menciptakan daya secara mandiri untuk memperjuangkan kehidupannya dengan bekerja keras. Sehingga apapun yang terjadi, anak perempuan tidak hanya akan menggantungkan diri kepada orang lain.
8. Bantu Anak dalam Membangun Self-Confidence
Ibu perlu mengerti bahwa anak perempuan yang dibesarkan tanpa ayah sulit pula untuk mendapatkan rasa kepercayaan terhadap diri sendiri. Untuk itu, ibu harus membantu anak dalam berproses menemukan kembali pemaknaan positif pada diri dengan cara meningkatkan percaya diri pada anak.
Beri afirmasi positif atas segala karunia yang dimiliki anak, seperti memuji terhadap bagaimanapun penampilan anak perempuannya. Mendidik anak perempuan yang percaya diri perlu juga dimulai dari apresiasi ibu pada pencapaian-pencapaian kecil yang diraih anak.
Ini sekaligus mengingatkan anak bahwa rasa kepercayaan diri dapat dibangun dari sikap menerima diri apa adanya. Tidak ada salahnya untuk self-proud kepada hal-hal baik yang memang diusahakan dengan baik oleh anak sehingga karakter yang terbentuk menjadi lebih positif.
9. Jadilah Sahabat Bagi Anak Perempuan
Cara mendidik yang terakhir adalah menjadi sahabat terdekat bagi anak perempuan kita. Peran ibu dalam keluarga yang ditunjukkan dengan cara yang baik dapat memberi teladan bagi perkembangan karakter anak.
Keluarga yang tidak utuh dapat terpenuhi dengan peran ibu yang menjadi dunia bagi anaknya, yakni sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk menyampaikan keluhan dan perasaan luka batin anak, tempat yang sesuai untuk berdiskusi mengenai sebuah permasalahan, tempat meminta advice, dan tempat yang dapat membuat anak perempuan dapat menghadapi segala kemungkinan buruk dalam kehidupan yang pasti akan ditemui oleh anak.
Dengan cara mendidik anak perempuan tanpa figur ayah yang dijalankan dengan tepat, perlahan-lahan anak akan mulai menerima sebuah kehilangan dengan cara yang bijaksana. Pola asuh ibu yang tepat mampu memenuhi kebutuhan psikis dan fisik anak perempuannya dengan baik.