Setiap orang pasti akan mengalami perubahan tahap perkembangan selama hidup. Setiap perubahan perkembangan pasti memiliki tantangan dan hambatannya masing-masing, termasuk ketika memasuki usia lansia. Pada usia tersebut, umumnya seseorang sudah tidak lagi produktif dan sering merasa kesepian. Jika tidak dapat disikapi dengan baik, orang tua dapat menunjukkan sikap yang tidak sesuai dengan usianya atau seperti anak-anak.
Penyebab orang tua seperti anak kecil
Berikut adalah penyebab orang tua seperti anak kecil:
1. Mengalami Penurunan Fungsi Kognitif
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh seorang psikiater, orang tua atau lansia mempunyai kecenderungan untuk bersikap kekanak-kanakan, seperti mudah merajuk, keras kepala, memiliki banyak kekhawatiran, atau mungkin sering meributkan hal yang sepele. Sikap-sikap tersebut akan terjadi hanya pada orang tua yang mengalami perubahan kognitif pada lansia atau dengan kata lain fungsi kognitifnya menurun.
Penurunan fungsi kognitif ditunjukkan pada berkurangnya kemampuan berpikir, beradaptasi, menempatkan diri, termasuk membedakan realita dan bayangan semata. Akibatnya, sikap orang tua menjadi kembali seperti anak-anak, ketika anak juga masih belum mencapai perkembangan kemampuan berpikir yang maksimal. Kondisi tersebut sering kali dialami orang tua yang memiliki gejala gangguan demensia atau alzheimer.
2. Tidak dapat Memenuhi Tugas Perkembangan pada Tahap Sebelumnya
Erik Erikson, seorang tokoh psikologi yang menyampaikan teori mengenai tahap perkembangan psikososial menyebutkan bahwa seseorang yang sudah memasuki masa lansia atau tahap maturity-old age (usia 55 tahun ke atas) dapat mencapai perkembangan wisdom atau despair terkait perubahan psikologis pada lansia.
Ketika orang tua mencapai perkembangan wisdom, artinya ia merasa puas dengan hidupnya karena telah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan masyarakat dan generasi selanjutnya. Selain itu, mereka juga melihat hidup mereka dalam kebajikan dan mampu besikap bijak.
Sebaliknya, orang tua yang tidak mencapai perkembangan wisdom akan merasakan despair, yakni merasa gagal dan tidak dapat memberikan apa pun terhadap lingkungannya, sehingga muncul perasaan menyesal dan merasa hidupnya sia-sia. Hal inilah yang membuat orang tua tidak dapat berfungsi secara optimal dan justru bersikap kekanak-kanakan.
3. Memiliki Masalah Kesehatan
Semakin tua usia lansia, fungsi fisiknya pun akan berkurang, sama seperti anak-anak yang kemampuan fisiknya belum optimal. Biasanya, orang tua yang memiliki masalah kesehatan, sesederhana gangguan buang air atau sulit tidur juga dapat menyebabkan perilaku kenanak-kanakan. Apabila orang tua kesulitan menyampaikan rasa sakit yang dirasakan, dampak yang terjadi adalah perilaku uring-uringan atau justru menjadi pasif.
Cara Mengatasi orang tua seperti anak kecil
Kemudian, berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi sikap orang tua yang seperti anak kecil:
1. Menemukan Faktor Penyebab yang Sebenarnya
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengatasi sikap orang tua seperti anak kecil adalah menemukan faktor penyebab yang sebenarnya. Hal tersebut penting sebab akan mengarahkan Anda pada solusi yang sesuai dan tepat sasaran. Anda perlu mengetahui perilaku apa saja yang keliru pada orang tua dan dapat mempengaruhi sikapnya.
Tidak hanya mengetahui perilaku yang salah, Anda juga dapat menandai waktu-waktu munculnya perilaku tersebut. Hal ini dikarenakan mungkin penyebab dari sikap tersebut ada pada kegiatan pada waktu sebelumnya yang membuat suasana hati atau pikiran menjadi tidak rasional. Misal, ketika orang tua memiliki gangguan tidur, Anda perlu membantunya unutuk menerapkan cara mengatasi gangguan tidur pada lansia di malam hari.
2. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan
Sesuai dengan penyebab orang tua bersikap seperti anak-anak, kondisi kesehatan dapat mempengaruhi sikap orang tua. Anda dapat menemani orang tua untuk melakukan pemeriksaan kesehatan untuk menemukan kemungkinan adanya gangguan kesehatan, seperti nyeri, infeksi, penyakit kronis, atau efek samping dari pengobatan tertentu yang mengubah perilaku orang tua.
Pemeriksaan kesehatan ini juga pada dasarnya memang penting dilakukan oleh orang tua secara berkala untuk memastikan fungsi tubuh yang masih bekerja dengan baik dan fungsi tubuh yang perlu ditingkatkan dengan cara menjaga pola makan atau rutinitas lainnya. Terlebih ketika orang tua mengalami demensia, perlu diterapkan cara mengatasi demensia pada lansia.
3. Berusaha Memahami dan Menerima
Sikap orang tua yang seperti anak-anak pada dasarnya bukanlah keinginan mereka secara sengaja, melainkan karena kondisi fisik dan mental yang berubah seiring pergantian tahap perkembangan. Pada beberapa orang tua, memasuki fase lansia bisa jadi merupakan proses yang sulit untuk dihadapi, sehingga membutuhkan pemahaman dari Anda maupun anggota keluarga yang lain.
Maka dari itu, Anda perlu belajar untuk lebih memahami perasaan maupun situasi yang sedang orang tua Anda hadapi. Selain memahami, Anda juga perlu menerima bahwa hal tersebut merupakan kondisi yang wajar dan Anda tidak perlu memaksa orang tua untuk selalu bersikap sesuai keinginan Anda. selama apa yang diinginkan orang tua bukanlah hal buruk atau membahayakan, Anda dapat membantu orang tua Anda.
4. Mendengarkan Cerita
Terdapat suatu penelitian yang dilakukan kepada orang-orang dengan usia lansia. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan mendorong lansia untuk bercerita menggunakan teknik naratif. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sifat dan kepribadian dari lansia dapat dipahami melalui cerita mereka mengenai pengalamannya di masa lampau.
Pengalaman masa lalu yang sudah dilalui oleh lansia biasanya dapat membentuk jati diri dan karakter mereka saat ini. Maka dari itu, cerita dari orang tua penting untuk didengarkan agar dapat memahami penyebab dari sikapnya saat ini dan menemukan solusi agar dapat mengendalikan diri supaya tidak terlalu bersikap kekanak-kanakan. Di sisi lain, cerita juga dapat mengurangi rasa kesepian orang tua.
5. Membuat Rutinitas yang Positif
Orang tua yang bersikap seperti anak-anak mungkin bahkan akan menunjukkan perilaku anak usia balita. Biasanya, anak usia balita akan diberikan kegiatan sehari-hari yang membuat perilakunya lebih dapat diperkirakan karena sudah terdapat urutan kegiatan setiap hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa Anda juga dapat menerapkan rutinitas untuk orang tua Anda.
Contoh penerapan rutinitas yang positif, yaitu memasak, berkebun, merawat hewan peliharaan atau hewan ternak, tidur pada siang hari, dan sebagainya. Hal yang perlu diperhatikan adalah rutinitas yang dilakukan tidak boleh terlalu berat atau melelahkan, sebab yang terpenting adalah mudah dan menyenangkan bagi orang tua.
6. Tetap Bersikap Sabar dan Tenang
Penting bagi caregiver untuk tetap sabar dan tenang dalam menghadapi sikap orang tua yang kekanak-kanakan. Terlebih, dahulu orang tua adalah orang yang merawat dan membesarkan, sehingga sudah menjadi kewajiban bagi anak untuk merawatnya ketika mereka membutuhkannya.
Meskipun demikian, mungkin dalam kondisi tertentu, Anda akan kesulitan untuk menyikapi sikap orang tua dengan baik atau Anda sedang tidak dapat mengendalikan emosi yang dirasakan. Jangan sampai hal tersebut membuat Anda berkata atau berbuat hal-hal yang buruk, seperti membentak atau meninggalkan.
Cobalah untuk menghindar sebentar agar dapat meredakan emosi. Anda juga dapat mengatur napas atau melakukan kegiatan lain, seperti cara mengendalikan emosi secara psikologis yang dapat menenangkan dan mengembalikan pikiran yang dingin untuk menghadapi orang tua Anda tanpa emosi.
7. Mencari Bantuan
Kondisi orang tua yang seperti anak kecil tidak hanya berkaitan dengan kepribadiannya, tetapi juga secara fisik terdapat penurunan pada kemampuan tertentu, misalnya tidak dapat buang air ke kamar mandi, kesulitan untuk mandi sendiri, perlu disuapi untuk makan, dan sebagainya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan perawat yang dapat membantu orang tua beraktivitas sehari-hari.
Selain itu, Anda juga dapat mencarikan support group, terapi kelompok, atau komunitas orang tua agar mereka tidak merasa kesepian dan lebih memiliki kegiatan yang positif. Meskipun demikian, adanya perawat atau support group bukan berarti menggantikan peran keluarga secara keseluruhan. Keluarga tetap berkewajiban untuk mengurus orang tua dan sebisa mungkin paling tidak bergantian menjaga orang tua.