Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » 10 Ciri-Ciri Anak Tunagrahita – Ringan – Berat

10 Ciri-Ciri Anak Tunagrahita – Ringan – Berat

by Devita Retno

Tuna grahita dikenal dengan berbagai nama atau istilah lain, seperti lemah pikiran, terbelakang mental, dan juga cacat grahita. Dalam bahasa Inggris istilah tuna grahita dikenal dengan sebutan Mentally Handicapped, atau Mentally Retarded. Anak yang disebut tuna grahita adalah anak yang memiliki kelemahan dalam aspek berpikir dan bernalar sehingga kemampuan belajar dan bersosialisasinya berada di bawah rata – rata. Anak tuna grahita mengalami gangguan dalam perkembangan daya pikirnya serta seluruh aspek kepribadiannya, juga keterbatasan dari segi fisik, intelektual, sosial dan emosi ataupun gabungan dari semua hal tersebut sehingga mempengaruhi kemampuan untuk hidup dengan kekuatannya di tengah masyarakat, sesederhana apapun hal tersebut.

Kekurangan yang dimiliki sebagian anak seringkali membuat mereka dianggap sebagai manusia yang lebih rendah daripada anak lain yang seusianya. Anak dengan tuna grahita atau juga dikenal dengan sebutan retardasi mental mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata – rata, biasanya tingkat IQ dibawah 70 dan juga mengalami gangguan dalam perilaku adaptif seperti menyelesaikan kegiatan sehari – hari, dan dalam beberapa kasus juga biasanya mengalami  hambatan lain seperti misalnya down syndrome dan tidak menunjukkan teori perkembangan anak menurut para ahli yang seharusnya sesuai dengan usianya.

Kriteria Tuna Grahita

Ada beberapa aspek yang dapat membuat seorang anak digolongkan ke dalam sebutan tuna grahita atau mengalami hambatan perkembangan anak yaitu:

  • Mengalami terhambatnya fungsi kecerdasan secara umum atau memiliki kecerdasan di bawah rata – rata dan sulit menemukan cara meningkatkan prestasi belajar di sekolah.
  • Mengalami ketidak mampuan dalam perilaku adaptif dan tidak sesuai dengan beberapa tahap perkembangan emosi anak.
  • Ciri – ciri tuna grahita terjadi pada masa perkembangan usia dini hingga berusia 18 tahun.

Klasifikasi Tuna Grahita

Pengelompokan anak yang termasuk tuna grahita diperlukan bukan untuk membedakan anak dari teman sebayanya yang tidak mengalami keterbatasan, melainkan untuk kepentingan pendidikannya. Dengan mengetahui klasifikasi dari anak yang mengalami keterbatasan tersebut, akan mudah untuk menentukan pendidikan yang dibutuhkannya. Berikut ini klasifikasi anak tuna grahita berdasarkan tingkat hambatan yang dialaminya:

  • Tuna Grahita Ringan

Kondisi fisik anak tuna grahita ringan pada umumnya tidak berbeda dengan anak normal yang lain, dan mempunyai tingkat IQ yang berkisar antara 50-70. Meskipun mengalami hambatan pada kecerdasan dan adaptasi sosial namun masih mempunyai kemampuan di bidang akademik penyesuaian sosial dan kemampuan untuk bekerja. Masih bisa belajar membaca, menulis dan berhitung, dan bisa menyelesaikan pendidikan setingkat kelas empat sekolah dasar umum. Seringkali anak tuna grahita ringan tidak dapat diidentifikasi hingga memasuki usia sekolah, ketika anak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Sekitar 75% dari anak tuna grahita termasuk kepada kelompok tuna grahita ringan. (baca juga: Pengertian Sikap Menurut Para Ahli)

  • Tuna Grahita Sedang

Anak yang termasuk dalam kelompok ini kemampuan intelektualnya serta kemampuan adaptasinya berada di bawah elompok tuna grahita ringan. Kelompok ini pada umumnya dapat dideteksi sejak bayi atau sejak usia dini karena keterlambatan perkembangan yag terlihat jelas. Sebagian anak mempunyai kondisi fisik yang terlihat jelas berbeda dengan anak lainnya, terutama dari segi wajah. Namun ada pula beberapa anak yang fisiknya tampak normal. Tingkat IQ berada di antara angka 30 sampai 50. Pendidikan yang bisa diselesaikan oleh anak dalam kelompok ini biasanya setingkat dengan kelas dua sekolah dasar umum. Sekitar 20% dari anak tuna grahita adalah kelompok ini. (baca juga tentang: Ciri-Ciri Disleksia)

  • Tuna Grahita Berat

Pada kelompok ini inteligensi anak termasuk yang sangat rendah dan tidak dapat menerima atau menjalani pendidikan secara akademis seperti dua kelompok lainnya. Dengan tingkatan IQ rata- rata 30 ke bawah, anak dalam kelompok ini akan membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan kegiatan sehari – harinya. Mereka hampir tidak memiliki kemampuan untuk berlatih mengurus dirinya sendiri, berlatih bersosialisasi ataupun untuk bekerja. Sekitar 5% anak tuna grahita berat dan sangat berat berada pada kelompok anak tuna grahita secara keseluruhan.

baca juga:

Karakteristik Anak Tuna Grahita

Ciri – ciri anak yang mengalami hambatan atau gangguan berupa tuna grahita, pada umumnya bisa dilihat dari beberapa hal berikut ini:

  1. Penampilan fisik yang tidak seimbang, misalnya kepala lebih besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan proporsi tubuh keseluruhan. Kelainan fisik pada ras mongoloid terlihat pada badan yang bungkuk, muka datar, telinga kecil, mulut seperti melongo, dan mata yang sipit.
  2. Tidak menunjukkan perkembangan yang berarti sesuai dengan tahapan usianya, bertingkah laku dan menunjukkan interaksi yang tidak lazim bagi anak seusianya. (baca juga: Teori Belajar dalam Psikologi )
  3. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai perkembangan yang seharusnya dan kurang mampu menolong dirinya sendiri. (baca juga tentang:  Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak )
  4. Mengalami hambatan perkembangan bicara sehingga memiiki kemampuan bicara yang kurang.
  5. Mengalami hambatan perkembangan bahasa sehingga komunikasi terhambat juga.
  6. Kurangnya perhatian terhadap lingkungan atau tidak ada perhatian sama sekali, yang juga dikenal sebagai sikap apatis dan acuh tak acuh. (baca juga: Cara Menghilangkan Trauma Pada Anak)
  7. Kurang dapat mengkoordinasi gerakan, sehingga gerakan sering tidak terkendali, mengalami gangguan dalam perkembangan gerak. (baca juga: Macam Macam Gaya Belajar)
  8. Memiliki emosi yang sangat labil, sehingga bertingkah laku kurang wajar secara terus menerus berbeda dengan perkembangan sosial emosional anak usia dini pada umumnya.
  9. Memiliki daya ingat yang sangat lemah, sulit dan lamban mempelajari hal – hal baru.
  10. Kecerdasannya sangat terbatas dan mempunyai minat yang juga terbatas.

baca juga:

Cara Menangani Anak Tuna Grahita

Kendala dalam pengajaran anak tuna grahita berasal dari keterbatasan inteligensi yang mereka miliki. Mereka tidak mampu bersaing dengan anak lain yang tidak memiliki hambatan tersebut. Karena keunikannya tersebut, tentunya diperlukan berbagai cara khusus untuk menangani  dan memberikan pendidikan kepada anak tuna grahita.

  • Memberi Pendidikan Anak di Sekolah Terbaik

Pada beberapa anak, gangguan ini akan terdeteksi ketika ia memasuki usia sekolah. Orang tua perlu menengarkan anjuran psikolog untuk menentukan sekolah yang terbaik bagi anak yang sesuai dengan kebutuhannya, dan jangan memaksakan anak untuk masuk di sekolah umum karena gengsi. Jika  yang dibutuhkan anak adalah Sekolah Luar Biasa, maka arahkanlah anak untuk mendapat pendidikan di sana. (baca juga tentang: Pola Asuh Anak Usia Dini)

  • Pembelajaran dimulai dari Hal-hal yang Pasti

Sedapat mungkin materi pembelajaran bagi anak tuna grahita seharusnya dimulai dari hal -hal yang konkrit, karena mereka mempunyai keterbatasan dalam berfikir secara abstrak. Materi pembelajaran tersebut juga harus melalui rincian sedemikian rupa, dan materi yang bersifat akademik tetap diberikan sejauh kemampuan mereka dengan metode pembelajaran kooperatif dan memahami berbagai teori belajar menurut para ahli.

  • Memberikan Materi Ketrampilan yang Memadai

Menekankan bobot kepada materi keterampilan sangat penting agar dapat menjadi bekal hidup bagi anak – anak tuna grahita, agar ia tidak terlalu bergantung kepada orang lain untuk menjalani hidupnya.

  • Ajarkan Etika dan Tata Krama di depan Umum

Perlu juga diajarkan mengenai cara bersikap di depan umum, etika, serta keterampilan sosial dasar dan gunakan tahapan perkembangan kognitif anak usia dini untuk melihat sejauh mana perkembangannya jika ada.

  • Perbanyak berlatih Kosa Kata

Kosa kata yang dapat membantu anak berinteraksi dan berkomunikasi dapat diajarkan secara perlahan agar kemampuan bahasanya dapat terlatih juga. Fokuskan pelatihan kosa kata pada kata – kata yang diperlukan dalam kehidupan sehari – hari. Peran keluarga dalam pendidikan anak sangat penting untuk membantu memberikan pelatihan kepadanya. (baca juga: Fakta Kepribadian Anak Bungsu)

  • Perbanyak Aktivitas Interaksi Sosial

Karena keterbatasan aktivitas yang bisa dilakukannya, maka pilihan anak tuna grahita untuk berkegiatan hanya sedikit. Akibatnya anak dapat mengembangkan perilaku yang pasif. Sebaiknya perbanyak mengajarkan kegiatan yang akan dapat membuat anak berinteraksi secara aktif dengan orang lain.

  • Ajarkan Pendidikan Seksual

Mengajarkan anak tuna grahita untuk mengenali berbagai hal terkait dengan perkembangan seksual juga merupakan hal yang penting. Anak perlu mengetahui apa yang akan terjadi pada tubuhnya seperti mengalami menstruasi atau mimpi basah, dan diberikan pengertian tertentu agar dapat terhindar dari pelecehan seksual. Orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter atau psikolog yang dapat memberikan solusi seputar penanganan masalah seksual anak tuna grahita. (baca juga: Psikologi Pendidikan)

  • Bersikap Tegas

Bersikap sabar namun tegas ketika sedang menghadapi anak, dan bukannya bersikap galak atau mencela dan menjatuhkan mentalnya. Mempelajari teori psikologi perkembangan juga dapat mendatangkan manfaat untuk mendidik anak dengan baik.

  • Kurangi Penggunaan Teknologi Masa Kini

Mengurangi kegiatan yang membuat anak menjadi pasif seperti menonton tv, main game atau gadget lainnya. Perbanyak kegiatan fisik untuk anak. Memberikan tugas- tugas ringan untuk anak agar mereka juga dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dan memotivasi anak, serta memberi penghargaan dengan pujian atau ucapan positif. Hal ini juga dapat menjadi cara mendidik anak berusia dua tahun dan

Kebiasaan lingkungan dan bahkan keluarga terdekat untuk memberi cap yang merendahkan anak – anak dengan kekurangan perkembangan kerap kali membatasi ruang gerak anak – anak tersebut. Bahkan seringkali orang tua pun kurang menerima keadaan anaknya sendiri sehingga menyebabkan perkembangan anak tuna grahita terhambat. Sehingga orang tua tidak tahu bagaimana Cara Menangani anak berkebutuhan khusus. Padahal, dengan pemberian dukungan yang proporsional, anak tuna grahita dapat dilatih agar mandiri dan mempunyai keterlibatan dengan lingkungannya. Semua hal tersebut tidak akan terwujud apabila orang tua atau orang terdekat tidak dapat menemukan cara menghilangkan sikap egois untuk memberikan dukungan dengan berupaya memahami kondisi mereka dengan tepat.

Demikian penjelasan mengenai Ciri-Ciri Anak Tunagrahita yang mungkin bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih

You may also like