Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Anak » Autisme Pada Anak – Gejala – Perawatan

Autisme Pada Anak – Gejala – Perawatan

by Devita Retno

Autisme adalah suatu gangguan pada masa perkembangan anak yang merupakan gangguan saraf yang mempengaruhi kemampuan anak pada bidang komunikasi, interaksi dan perilaku pada awal masa kanak – kanak. Gangguan tersebut berupa pikiran atau perilaku yang terpusat pada diri sendiri.  Pada masa sekarang, istilah autisme tidak hanya merujuk pada satu kondisi saja namun telah dikembangkan menjadi satu istilah dengan cakupan yang lebih besar, yaitu Autism Spectrum Disorder atau ASD. Istilah spektrum merujuk kepada besarnya variasi dan tantangan serta kelebihan yang dimiliki oleh setiap orang yang mengalami autisme.

Gangguan perkembangan yang termasuk dalam ASD adalah sindrom Asperger, sindrom Heller, dan gangguan pekembangan pervasif yang tidak spesifik atau PPD-NOS. Di Inggris, diperkirakan setiap satu dari seratus orang terkena ASD. Lebih banyak anak laki – laki yang didiagnosa daripada anak perempuan. Di masa lalu, sindrom Asperger dan Autistik adalah kelainan yang terpisah dan digolongkan sebagai sub kategori dari “Pervasive Developmental Disorders”. Akan tetapi pada saat ini klasifikasi tersebut telah berubah sehingga orang – orang yang didiagnosa sebagai penderita sindrom Asperger atau Autistik sekarang dikategorikan sebagai “Autism Spectrum Disorder”.

baca juga:

Gejala Autisme

Gejala autisme secara umum terdeteksi pada saat usia anak belum mencapai usia tiga tahun dengan tingkat yang bervariasi pada tiap anak, mulai dari gejala ringan hingga berat. Adakalanya guru di sekolah baru akan melihat gejala tersebut ketika menerapkan cara mendidik anak balita di sekolah.  Tidak semua anak akan menunjukkan semua gejala, namun beberapa diantaranya akan tampak pada anak mulai dari usia tersebut:

  • Kesulitan bersosialisasi yang konstan, termasuk kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain secara lisan, sulit menggunakan dan memahami bahasa, tidak menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan maksudnya.
  • Menunjukkan pengulangan perilaku seperti sering mengepakkan tangan, berputar – putar tanpa tujuan, membenturkan kepala, juga minat dan aktivitas yang terbatas.
  • Memasuki usia mampu bicara namun tidak mampu menjalin percakapan atau interaksi dengan orang lain.
  • Lebih suka bermain sendiri dan sulit berteman. Kemungkinan anak dengan autisme memang akan terlihat kurang peduli dan berminat pada anak – anak lainnya.
  • Kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan seperti pada rutinitasnya atau perubahan pada lingkungannya.
  • Menyukai benda – benda yang tidak biasa atau mempunyai bagian yang tidak biasa.
  • Pada usia dini, beberapa anak yang mengalami autisme tidak menggunakan suara vokal atau mengoceh. Anak yang berusia lebih tua mempunyai kesulitan untuk menggunakan perilaku non verbal untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak sulit sekali menjalin kontak mata atau bahkan tidak ada kontak mata, sulit menampakkan beragam ekspresi wajah, bahasa tubuh dan gestur.
  • Sulit mengerti emosi dan perasaan orang lain, dan sulit memulai atau turut serta dalam pembicaraan dengan layak.
  • Anak dengan autisme akan cenderung mengulangi akta – kata atau frasa yang diucapkan orang lain tanpa membentuk gaya bicara mereka sendiri dan tidak mengembangkan kemampuan berbahasanya sendiri. Beberapa anak terlihat tidak bermain peran atau berimajinasi, dan sebagian lainnya justru terus menerus memainkan dan mengulang permainan peran yang sama.
  • Beberapa anak menyukai rutinitas yang sama persis dan perubahan kecil akan menyebabkan mereka tantrum. Beberapa menunjukkan bahwa mereka terganggu dengan menjentikkan jari, mengulang tindakan seperti menyala matikan lampu, membuka dan menutup pintu, atau membariskan benda – benda.
  • Anak terpaku dengan satu kegiatan atau ritual yang tidak ada tujuan dan tidak ada gunanya. Anak mempertahankan satu atau beberapa inatnya dengan cara berlebihan.

Anak dengan autisme mungkin saja mengalami berbagai hambatan lain, seperti sensitif terhadap cahaya, bunyi, bahan pakaian, atau suhu. Mereka juga kemunginan mengalami masalah tidur, pencernaan dan mudah terganggu. CDC melaporkan bahwa sekitar 46% anak dengan autisme memiliki kecerdasan di atas rata -rata. Mereka memiliki ciri – ciri anak cerdas istimewa dan ciri – ciri orang cerdas menurut psikologi seperti mampu mempelajari segala sesuatu hingga mendetil dan mengingat informasi dalam rentang waktu yang lama. Mereka juga berbakat dalam belajar secara visual dan audio sehingga sangat baik dalam matematika, musik, sains dan seni.

baca juga:

Penyebab Autisme

Autisme terjadi karena adanya gangguan pada perkembangan susunan saraf pusat yang pada akhirnya menyebabkan gangguan fungsi otak. Fungsi otak yang terganggu terutama adalah fungsi pengendalian pikiran, pemahaman dan juga fungsi komunikasi dengan orang lain yang terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan. Walaupun ada beberapa faktor yang dapt mempengaruhi seperti pengaruh genetika atau lingkungan, autisme adalah satu kondisi kompleks yang penyebab pasti autisme belum dapat diketahui hingga sekarang.

Genetika

Para peneliti meyakini bahwa gen tertentu yang diwarisi seorang anak dari orang tuanya dapat membuat mereka lebih rentan mengalami autisme. Adanya kasus – kasus autisme yang diketahui menurun dalam keluarga contohnya pada anak kembar yang keduanya menderita autisme, ataupun juga saudara yang lebih muda dari anak yang mengalami autisme juga beresiko mengalami kondisi yang sama. Belum ada gen tertentu yang diidentifikasi terkait dengan autisme namun ini dapat menjadi suatu awal untuk beberapa kondisi genetik langka.

baca juga:

Lingkungan

Peneliti lainnya berpendapat bahwa seseorang yang lahir dengan kerapuhan genetis pada autisme hanya dapat mengembangkan kondisi tersebut jika mereka terekspos pada suatu pemicu spesifik dalam lingkungannya. Kemungkinan pemicu adalah kelahiran prematur sebelum usia kehamilan 35 minggu, atau terekspos alkohol atau obat – obatan tertentu ketika masih berada di dalam kandungan, contohnya obat – obatan yang digunakan untuk mengobati epilepsi selama kehamilan. Tidak ada bukti akurat yang dapat ditemukan terkait polusi atauinfeksi ehamilan dengan peningkatan resiko autisme. Pengaruh lingkungan terhadap anak normal pun juga sangat besar.

Terapi Untuk Anak dengan Autisme

Tujuan terapi autis yaitu untuk membantu mengurangi dan menyembuhkan anak yang terdeteksi mengalami autisme agar ia juga apat berfungsi sebagai anggota keluarga dan masyarakat pada umumnya. Terapi anak autis yang biasanya dilakukan yaitu secara garis besar adalah:

  • Terapi Bicara – Tujuan dari terapi ini yaitu untuk membantu melemaskan otot – otot mulut anak sehingga dapat berbicara dengan lebih jelas.
  • Terapi Okupasi – Terapi ini tujuannya untuk membuat anak dapat mengendalikan gerakannya sendiri dan juga melatih motorik halus anak.
  • Terapi Obat – Apabila anak dengan ciri autis menjadi sulit dikendalikan maka diberikan terapi ini,akan tetapi harus dengan jenis obat yang tepat dan sesuai dengan aturan minum. Dokter mungkin saja akan menggunakan obat – obatan untuk mengatasi beberapa kesulitan yang umum ditemui pada anak dengan autisme seperti mudah terganggu, agresi, perilaku berulang, hiperaktivitas, masalah pemusatan perhatian, kegelisahan dan depresi.
  • Terapi Makanan –  Pemberian makanan yang salah bisa memicu autisme anak menjadi semakin berat, karena itu biasanya anak akan disarankan untuk berpantang beberapa jenis makanan, salah satunya adalah pantangan untuk mengoncumsi makanan yang mengandung gluten.

baca juga:

Tips Perawatan Anak Autis

Perawatan dini untuk anak dengan autisme serta pengasuhan yang tepat dapaat mengurangi kesulitan individu ketika membantu anak untuk mempelajari keahlian baru dan menonjolkan sebagian besar kekuatan mereka. Rentang permasalahan yang lebar dalam menghadapi spektrum gangguan ini artinya tidak ada metode perawatan tunggal yang paling baik untuk ASD. Beberapa tips yang dapat berguna yaitu:

  • Bekerja sama secara erat dengan para dokter atau pusat perawatan kesehatan yang profesional adalah bagian yang penting dari usaha untuk menemukan program perawatan yang paling tepat.
  • Simpan catatan mendetil tentang berbagai percakapan serta pertemuan dengan para tenaga kesehatan dan guru di sekolah anak. Ketahui secara detil peran guru dalam proses pembelajaran di sekolah. Informasi tercatat ini akan membantu ketika tiba saatnya membuat berbagai keputusan penting.
  • Catat laporan dokter dan hasil evaluasi di buku catatan Anda agar dapat membantu penyusunan beberapa program khusus yang dibutuhkan anak.
  • Cari informasi mengenai program khusus tersebut pada departemen kesehatan lokal, sekolah, atau lembaga yang mengurus masalah autisme.
  • Bicaralah dengan dokter anak, petugas sekolah, atau ahli psikologi untuk menemukan ahli autisme lokal yang dapat membantu mengembangkan rencana terapi dan berbagai fasilitas pendukungnya.
  • Temukan grup dukungan autisme untuk saling berbagi informasi dan pengalaman yang dapat membantu anak autis dan orang tua atau penanggung jawabnya untuk mempelajari berbagai plihan, membuat keputusan dan mengurangi stress.

Baca juga:

Pada dasarnya tidak ada obat yang dapat menyembuhkan autisme. Perbaikan kondisi anak yang mengalami autisme akan sangat tergantung pada apakah ia mendapatkan perawatan dan terapi yang tepat. Begitu pula dengan orang tua atau pengasuh anak yang mengalami autisme, sangat mudah untuk mengabaikan kebutuhan diri sendiri akibat terlalu fokus dengan kebuthan anak. Jadi secara umum kondisi ini pasti merupakan situasi yang sangat membuat stress namun hal itu akan teratasi apabila mendapatkan cukup bantuan dari berbagai kelompok pendukung dan juga dukungan dari keluarga lainnya.

You may also like