Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » 10 Pendekatan Behavioral dalam Psikologi Klinis

10 Pendekatan Behavioral dalam Psikologi Klinis

by Hana Masita

Psikologi klinis sebuah ilmu terapan di bidang psikologi yang membantu kita memahami dan membantu orang-orang yang memiliki masalah psikologi, gangguan dalam menyesuaikan diri dan tingkah laku yang tidak normal. Untuk bisa memahami psikologi klinis secara sempurna, kita perlu melihat psikologi klinis dengan berbagai pendekatan.

Setiap pendekatan dalam psikologi klinis akan membantu kita untuk menjelaskan perilaku seorang individu secara berbeda-beda, tergantung pada aspek pendekatan yang digunakan. Masing-masing pendekatan ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu.

Namun, secara ilmiah kita bisa memilih pendekatan yang terbaik dengan melihat implikasi dan hipotesis yang dibawa dan dapat diuji pada pendekatan tersebut. (Baca juga: Pendekatan Fenomenologi dalam Psikologi Klinis)

Oleh karena itu, seorang klinisi perlu untuk bisa memilih pendekatan mana yang paling sesuai untuk digunakan dalam psikologi klinis. Satu hal yang perlu dipahami adalah pendekatan yang paling baik untuk dipilih adalah pendekatan yang mampu memberi penjelasan secara lengkap dan teruji mengenai perkembangan, pemeliharaan dan perubahan perilaku seseorang.

Meski begitu, sebaiknya klinisi tidak terlalu kaku dalam memegang pendekatan yang dirasa cocok karena hanya akan membuatnya terlalu tertutup dalam menerima ide dari pendekatan lainnya yang bisa jadi bermanfaat. Oleh karena itu, terus belajar dan tetap terbuka pada berbagai ide baru merupakan hal yang bermanfaat untuk lebih mempelajari psikologi klinis.

Baca juga:

Salah satu pendekatan yang ada dalam psikologi klinis adalah pendekatan behavioral. Pendekatan behavioral dalam psikologi klinis memiliki fokus pada perilaku seorang individu dan bagaimana lingkungan dan kondisi personalnya mempengaruhi perilaku individu tersebut. Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa perilaku seseorang merupakan hasil dari pengaruh kegiatan belajar yang berlangsung dalam konteks sosial.

Berikut ini akan dibahas 10 pendekatan behavioral dalam psikologi klinis:

  1. Operant Learning

Pendekatan operan learning ini merupakan ide dari Skinner. Menurut Skinner, belajar adalah hubungan antara stimulus lingkungan dan perilaku yang terlihat, khususnya hubungan antara perilaku, penyebab dan akibat yang dapat menjelaskan perkembangan, pemeliharaan dan perubahan perilaku. Metode ini juga disebut functional analysis karena pendekatan ini lebih fokus pada deskripsi hubungan fungsional antara stimulus, respon dan apa yang ditimbulkan dari keduanya. (Baca juga: Teori Skinner Dalam Psikologi Kepribadian)

  1. Classical Conditioning

Joseph Wolpe (1958, 1982) dan Hans Eysenk (1982) lebih menekankan hubungan stimulus yang dikondisikan dan tidak dikondisikan, tanpa menolak pentingnya reinforcement dan punishment untuk membentuk perilaku. Dalam pendekatan ini, behavioris mencoba untuk memahami dan mengurangi penderitaan yang dialami oleh manusia, khususnya yang berkaitan dengan kecemasan.

Sebagai contoh, ketika ada seorang individu lebih suka menyendiri dan tidak ingin bersosialisasi, bukan berarti dia mengalami hal negatif di lingkungan tersebut, namun juga bisa karena dia pernah mengalami pengalaman buruk di masa lalu.

  1. Social Learning atau Cognitive Behavioral

Albert Bandura dan Walter Mischel adalah tokoh yang paling mewakili pendekatan behavioral satu ini. Mereka mempelajari dan menggambarkan bagaimana lingkungan sosial dan aktivitas kognitif seseorang membawa pengaruh pada proses belajar seseorang.

Pendekatan ini sangat fokus pada belajar observasional atau proses kognitif vicarious. Menggunakan pendekatan ini klinisi akan melihat bahwa perkembangan tidak hanya melalui observasi dan gambaran kognisi terhadap dunia, melainkan juga dengan mengobservasi individu lainnya.

  1. Evaluasi kognitif

Menurut Aaron Beck (1976), seseorang melakukan evaluasi kognitif atau menilai dirinya sendiri dan hal ini dapat mempengaruhi reaksi emosional orang tersebut. Seseorang yang terus mengevaluasi dirinya dan menganggap prestasinya merupakan hasil dari kebetulan, akan menganggap pujian dari orang lain sebagai basa-basi. Dia juga bisa melihat dirinya sebagai individu yang tidak mampu sehingga dia lebih mudah depresi. (Baca juga: Peranan Psikologi Klinis Dalam Masyarakat)

  1. Cognitive Behavioral Albert Ellis

Menurut Albert Ellis, teori cognitive behavioral tidak hanya berfokus pada pengharapan, penilaian dan atribusi, melainkan juga bagaimana keyakinan yang irasional dan menyalahkan diri sendiri dapat memberi tekanan atau stress secara psikologi. Hal ini terutama jika keyakinan ‘negatif’ ini berlangsung terus menerus dan dalam jangka panjang.

Baca juga:

Contoh dari keyakinan irasional ini adalah pikiran ‘seharusnya’ dan penetapan standar yang terlalu tinggi sehingga dia menjadi terlalu perfeksionis atau menginginkan kesempurnaan. Pemikiran seperti ini akan menimbulkan rasa gagal dan kecewa. Maka, Ellis mengenalkan terapi rational emotive yang akan menyerang keyakinan-keyakinan negatif tersebut agar individu yang berkaitan menyadari bahwa keyakinan tersebut salah.

  1. Teori ABC Ellis

Pendekatan ABC ini ini digunakan Ellis untuk menjelaskan hal-hal yang menyebabkan ketidakbahagiaan pada manusia. Activating event adalah peristiwa yang menggerakkan atau memberi  hasil berupa Consequence berupa distress emosional. Kedua hal ini dihubungkan oleh Belief atau keyakinan dalam diri individu tersebut. Maka, keyakinan yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi konsekuensi yang terjadi dan dampak emosi yang dialami oleh orang tersebut.

  1. Instrumental Behavioral

Thorndike telah melakukan penelitian dan menulis tentang proses belajar dengan menyertakan hadiah atau reward menghasilkan hukum efek (law of effect). Hal ini juga dikenal sebagai instrumental behavioral, yaitu sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang termasuk untuk mendapatkan reward dan/atau menghindari hukuman (punishment). Perilaku individu tersebutlah yang akan menentukan tercapai atau tidaknya hasil yang diinginkan. (Baca juga: Hakikat Manusia dalam Perspektif Psikologi)

  1. Case of Little Albert

Sebuah hasil dari penelitian dan tulisan J.B. Watson, Jones dan Rayner, menerapkan teknik dasar Pavlov untuk menangani orang-orang dengan kelainan jiwa. Teknik ini disebut sebagai ‘a case of little Albert’, yaitu sebuah eksperimen terkontrol yang menunjukkan bukti empiris dari classical conditioning pada manusia. Penelitian ini juga merupakan contoh generalisasi empiris yang nyata. (Baca juga: Model Pendekatan Dalam Psikologi Sosial)

  1. Rational Restructuring

Rational restructuring adalah prosedur kognitif behavioral yang dikembangkan oleh seorang psikolog bernama Marvin Goldfried. Pendekatan ini merupakan pengembangan atau variasi dari teori rational-emotive milik Ellis. Goldfried mengemukakan bahwa pengalaman belajar sosial secara dini akan memberi pelajaran pada individu tersebut untuk memberi ‘label’ pada setiap situasi yang dialami.

Maka, reaksi emosi yang diberikan dapat dipahami sebagai sebuah respon dari individual tersebut terhadap ‘label’ yang telah diberikan. Tujuan dari rational restructuring ini adalah untuk melatih pasien mempersepsikan situasi dengan lebih akurat, bukan lagi berdasarkan label yang dia ‘percaya’ sebelumnya. (Baca juga: Teori Identitas Sosial)

  1. Stress Inoculation Training

Stress Inoculation Training (SIT) adalah sebuah metode psikoterapi yang bertujuan membantu pasien mempersiapkan dirinya sendiri sebelum menangani sebuah kejadian yang ‘menekan’ dan membuat mereka bisa merasakan dampak kesedihan yang minimal. Dengan metode ini, klinisi akan membantu pasien menjadi resisten terhadap stressor sebagaimana seseorang yang menjalani vaksinasi akan resisten terhadap virus yang telah dilakukan vaksinnya.

Baca juga:

Demikian pembahasan kali ini tentang 10 pendekatan behavioral dalam psikologi klinis. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!

You may also like