Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Abnormal » 6 Teori Dalam Psikologi Abnormal

6 Teori Dalam Psikologi Abnormal

by Khanza Savitra

Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari ilmu psikologi yang bertujuan untuk memahami perilaku-perilaku abnormal serta bagaimana cara mengatasi perilaku abnormal tersebut. Namun sebenarnya perilaku seperti apa yang masuk ke dalam perilaku abnormal? Danapakah perilaku kita sudah sesuai dan tidak melanggar batasan antara perilaku normal dan abnormal?

Psikologi abnormal terkadang juga disebut dengan psikopatologi, yang mana dalam istilah bahasa Inggrisnya adalah Abnormal Psychology. Ada beberapa pengertia psikologi abnormal menurut pendapat para ahli, seperti berikut ini:

  • Menurut Kartini Kartono (2003), psikologi abnormal merupakan cabang ilmu psikologi yang menyelidiki semua bentuk gangguan mental serta abnormalitas jiwa
  • Menurut Singgih Dirgagunarsa (1999), psikologi abnormal merupakan lapangan psikologi yang berkaitan dengan kelainan ataupun hambatan pada kepribadian yang mana di dalamnya berkaitan dengan proses dan isi kejiwaan.

Sehingga dapat disimpulkan jika terdapat pokok-pokok dalam ilmu psikologi abnormal, antara lain seperti:

  • Psikologi abnormal menjadi salah satu cabang ilmu psikoloi atau psikologi khusus.
  • Yang dibahasa di dalam psikologi abnormal ini merupakan segala macam dari bentuk gangguan jiwa yang berkaitan dengan isi hingga prosesnya.

Manfaat Psikologi Abnormal

Psikologi abnormal memiliki beberapa manfaat di dalamnya, antara lain seperti:

  • Dengan mempelajari ilmu psikologi abnormal, maka seseorang bisa memahami serta mengetahui tentang segala jenis, gejala, cara mencegah, serta menangani perilaku abnormal.
  • Dapat dimanfaatkan untuk bidang konseling dan psikiatri sehingga membantu untuk memahami sebuah subjek.
  • Untuk konselor, pemahaman tentang psikologi abnormal akan sangat bermanfaat untuk membantu menangani serta mencegah gangguan psikologis yang dapat terjadi pada peserta didik.
  • Individu yang mengalami gejala abnormalitas bisa melakukan fungsi sosialnya secara normal kembali.
  • Psikologi abnormal juga bermanfaat untuk keilmuan, seperti mengembangkan metode intervensi, peneltiian, dan menjadi alat bantu yang dapat mempermudah intervensi klinis pada sebuah subjek yang mengalami abnormalitas.

Kriteria Yang Menjadi Penentu Abnormalitas

Lalu apa saja yang masuk ke dalam jenis-jenis perilaku abnormal? Berikut ini  beberapa kriteria dalam menentukan apakah perilaku seseorang termasuk abnormalitas atau tidak.

  • Perilaku Yang Tidak Biasa, Yang masuk sebagai perilkau yang tidak biasa juga dapat dikatakan sebagai perilaku abnormal. Misalnya saja hanya sedikit dari kita yang merasa melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Hal seperti itulah yang disebut sebagai salah satu dari macam-macam abnormalitas dalam budaya kita.
  • Perilaku Yang Tidak Bisa Diterima Sosial Atau Melanggar Norma, Setiap lingkungan masyarakat memiliki aturan dan norma sosialnya yang digunakan untuk menentukan apakah perilaku masyarakat tersebut dapat diterima atau tidak. Perilaku yang dianggap normal dalam suatu daerah mungkin bisa dianggap sebagai perilaku abnormal di d alam daerah lainnya.
  • Persepsi Mengenai Tingkah Laku Yang Salah Kepada Realitas, biasanya sistem sensori serta proses kognitif bisa memungkinkan seseorang untuk membentuk representasi mental yang cukup akuray mengenai lingkungan yang ada di sekitarnya.
  • Berada Dalam Stress Personal, kondisi stress yang dirasakan personal yang mana diakibatkan karena gangguan emosi seperti depresi, ketakutan dan kecemasan. Namun kondisi kecemasan serta depresi bisa jadi respon yang memang sudah sesuai dengan kondisi yang dialami.
  • Perilaku Maladaptive, perilaku yang menyebabkan ketidakbahagian serta membatasi kemampuan seseorang untuk bisa berfungsi sesuai dengan peran yang diharapkan.
  • Perilaku Berbahaya, perilaku yang bisa menyebabkan bahaya untuk orang tersebut dan orang lain yang ada di sekelilingnya.

Teori-Teori Dalam Psikologi Abnormal

1. Model Psikodinamika

Teori ini juga dikenal sebagai teori posikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmun Freud. Hipotesis struktruralnya merupakan keyakinan jika terdapat kekuatan yang saling bertentangan di dalam kepribadian yang kemudian terbagi menjadi 3 yaitu id, ego, dan superego. Kesehatan mental merupakan fungsi dari keseimbangan yang dinamis yang terjadi antara id, ego, dan superego.

Sedangkan dalam perilaku abnormal muncul dikarenakan interaksi yang terhjadi antara id, ego, dan superego yang berjalan tidak seimbang. Misalnya saja, insting skesual yang berubah ke bentuk perilaku pemerkosaan dikarenakan tidak adanya superego yang berfungsi untuk memberikan kontrol. Jika salah satu dari fungsi tersebut tidak berjalan sesuai normalnya, maka seseorang bisa mengalami kecenderungan untuk berperilaku abnormal.

Dalam psikodinamika juga diperkenalkan tentang 5 tahapan perkembangan atau yang dikenal sebagai tahapan psikoseksual, yaitu antara lain:

  • Oral (0-18) bula, fase dimana pusat kenikmatan berada pada stimulasi bibir dan mulut. Adanya perasaan puas yang timbul dikarenakan makan, menyusu, atau menggigit apapun yang dimasukkan ke dalam mulut.
  • Anal (18 bulan-3 tahun), energi seksual pada saat fase ini berfokus pada stimulasi di daerah anal, seperti menahan ataupun mengeluarkan feses
  • Phallic (3-5 tahun), pada fase ini energi seksual memiliki fokus pada area genital. Anak akan tertarik secara seksual dengan orang tuanya yang berlawanan jenis.
  • Latency (5-12 tahun), anak akan tertarik untuk berinteraksi dengan teman sebaya serta meniru hal-hal yang dilakukan dewasa yang memiliki jenis kelamin yang sama. Seks tidka menjadi fokus saat fase ini.
  • Genital (12 tahun- dewasa), dalam fase ini akan terbentuk kembali dorongan seksual terutama saat menjelang masa pubertas.

Ketidakberhasilan ketika menyelesaikan tahapan-tahapan perkembangan yang ada menjadi penyebab munculnya perilaku abnormal dalam diri seseorang. Individu yang mengalami fiksasi membuatnya terjebal di dalam fase perkembangan yang terjadi saat berusia anak-anak. Misalnya saja anak mengalami fiksasi ketika fase anal, akan mengembangkan karakternya yang ceroboh, tidak terkontrol, impulsif, serta menyebabkan perilaku abnormal muncul.

2. Model – Model Belajar

Atau yang lebih dikenal dengan teori belajar behavioristik, teori ini dikemukakan oleh John B. Watson dan Ivan Pavlov. Teori behaviourisme ini lebih berfokus pada refleks yang dikondisikan dari peran yang berasal dari belajar saat menjelaskan tentang perilaku normal ataupun abnormal. Dalam persepektif belajar mengenai perilaku abnormal akan mencerminkan bagiaman perolehan serta pembelajaran yang berasal dari perilaku yang kurang sesuai maupun tidak adaptif.

Ciri-ciri gangguan kepribadian yang berkaitan dengan pengalaman belajar yang didapatkan di masa anak-anak termasuk belajar tentang observasional serta perilaku menyimpang. Obsessive-compulsive  dapat dikaitkan dengan disiplin serta kontrol dari orang tua yang agak berlebihan di masa anak-anak. Kurang adanya kesempatan bagi anak0anak untuk mempelajari tentang perilaku eksploratof atau mandiri.

Anak-anak yang mana mempelajari hukum-hukum yang ada dari belajar melalui observasi pada perilaku-perilaku orang lainnya. Biasanya akan memunculkan agresivitas yang diakibatkan adanya provokasi serta kepercayaan jika mereka bisa mendapatkan penghargaan lebih dibandingkan hukuman tentang perilaku tersebut.

3. Teori Kogniti – Sosial

Pandangan kognitif menjelaskan jika perilaku abnormal didasarkan apda pikiran-pikiran yang kelirut serta proses pemikiran yang kalut. Biasanya masalah-masalah yang berkaitan tentang pikiran yang dianggap sebagai simtom yang berasal dari gangguan psikologis, namun lebih ke dalam pandangan kognitif, pikiran-pikiran tersebut dianggap sebagai penyebab dari gangguan-gangguan tersebut.

Terdapat kontribusi dari beberapa teoritikus seperti Julian B Rotter, Walter Mischel, dan Albert Bandura yang memberikan penekanan dari peran-peran yang berasal dari proses berpikir atau kognisi yang didapatkan dari pengamatan atau modelling dari perilaku-perilaku yang ditampilkan manusia. Manusia memberikan pengaruh yang cukup kuat pada lingkungan seperti lingkungan memberikan pengaruh kepada manusia. Terlalu sedikit adanya penekanan dalam kontribusi genetik menyebabkan perilaku yang gagal.

4. Model Model Humanistik

Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow dan Carl Roger yang mana di dalamnya terdapat dorongan untuk melakukan self actualization untuk bisa menjadi sesuatu yang memang diinginkan dan dapat diraih. Manusia menjadi aktor di dalam drama kehidupan, bukan sebagai reactor. Keyakinan yang utama adalah perilaku abnormal merupakan hasil perkembangan mengenai konsep self yang terganggu.

5. Model – model Kognitif

Model kognitif di dalam pola perilaku abnormal yang paling menonjol adalah mengenai pendekatan pemrosesan informasi serta model-model yang telah dikemabangkan oleh Aaron Beck dan Albert Ellis. Distress emosional yang disebabkan karena adanya keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai pengalaman hidupnya bukan mengenai pengalaman yang dialami mereka sendiri.

6. Model Diatesis Stress

Diatesis merupakan suatu kerentanan atau predisposisi pada gangguan-gangguan tertentu. Mengemukakan jika masalah-masalah dalam perilaku abnormal dapat meliputi intreaksi yang terjadi antara peristiwa dan kerentanan ataupun pengalaman hidup yang penuh dengan stress.

Belum ada treatmen yang tepat yang digunakan untuk mengatasi perilaku abnormal, bahkan pendekatan dari teori-teori tertentu yang digunakan untuk mencegah perilaku abnormal dapat terjadi pada diri seseorang. Hanya saja teori-teori tersebut dikombinasikan menggunakan pendekatan-pendekatan yang ada sebagai treatment untuk mencegah kondisi abnormal bertambah parah.

Terapis yang berasal dari berbagai aliran mencoba untuk membantu orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan ini untuk bisa mencapai kesadaran yang menjadi lebih baik lagi dengan cara mengubah pola perilaku dari  self-defeating serta belajar untuk bisa lebih beradaptasi dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Selain itu pula, diterapkan terapi psikodinamika yang dilakukan dalam jangka pendek serta pendekatan melalui penanganan kognitif-behavioral dengan cara menelusuri pola pikiran pasien yang bertujuan untuk mencari tahu tentang masalah yang ada dan kemudian memperbaiki encodingnya. 

Nah itu tadi beberapa teori-teori yang digunakan dalam psikologi abnormal. Perilaku abnormal memang bisa terjadi pada siapapun dan kapanpun. Untuk itu lah penderita gangguan abnormal butuh dukungan dari orang-orang disekitarnya untuk bisa berubah menjadi yang lebih baik lagi. Perilaku ini pun juga tidak bisa dibiarkan begitu saja karena menyebabkan gangguan dalam kehidupan sosial penderitanya. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.

You may also like