Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » 3 Teori Dalam Psikologi Klinis

3 Teori Dalam Psikologi Klinis

by Khanza Savitra

Piskologi klinis merupakan salah satu ilmu dari cabang cabang psikologi. Ilmu psikologi ini digunakan sebagai ilmu yang memfokuskan studi pada perilaku jenis-jenis perilaku abnormal atau subnormal. Jika lebih diluaskan lagi, psikologi klinis merupakan ilmu psikologi yang mempelajari serta membahas mengenai rintangan dan kesulitan emosional dalam diri manusia, dan tidak memandang apakah orang tersebut termasuk ke dalam abnormal atau tidak. Berikut ini beberapa pemahaman psikologi klinis menurut pendapat beberapa para ahli:

  • Menurut Witmer (1912), psikologi klinis merupakan metode yang digunakan untuk daoat mengubah dan mengembangkan jiwa seseorang berdasar pada hasil dari observasi serta eksperimen yang menggunakan teknik penanganan pedagosis.
  • Menurut American Psychological Association (1935), psikologi klinis adalah bentuk dari psikologi terapan yang digunakan untuk menentukan kapasitas serta karakteristik tingkah laku dari individu yang mana menggunakan metode pengukuran assement, observasi, analisa, uji fisik, serta riwayat sosial agar mendapatkan saran dan rekomendasi yang digunakan individu untuk bisa menyesuaikan diri dengan tepat.
  • Menurut J.H Resinck (1991), psikologi klinis merupakan bidang ilmu di dalam psikologi yang mana meliputi riset, pelayanan, serta pengajaran yang berkaitan akan prinsip-prinsip, metode, serta prosedur aplikasi yang digunakan untuk memahami, menduga, serta mengurangi ketidakmampuan dan ketidak nyamanan yang diterapkan dalam populasi klien dalam jangkauan yang lebih luas.
  • Menurut Phares, psikologi kilinis merupakan bidang ilmu yang membahas dan mengkaji tentang diagnosis dan intervensi tentang penyembuhan masalah psikologis serta gangguan dan tingkah laku abnormal.
  • Menurut Reber (1995), psikologi klinis adalah bidang psikologi yang berkaitan tentang perilaku menyimpang, abnormal, ataupun maladaptif.
  • Menurut APA Division (1992), psikologi klinis mengintegrasikan ilmu, teori serta praktek untuk dapat memahami, memprediksi, serta mengurangi ketidaknyamanan dan distabilitas bahkan dapat memperbaiki adaptasi dan perkembangan pada pribadi manusia. Psikologi klinis memiliki fous pada aspek-aspek yang emosioanl, intelektual, psikologis, biologis, perilaku, dan sosial dari fungsi manusia di sepanjang hidupnya dan dalam berbagai macam budaya yang ada di semua tingkat sosial-ekonomi.

Istilah Lain Dalam Psikologi Klinis

Yap Kie Hien (1968) menjelaskan jika terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk psikologi klinis, adapun istilah-istilah tersebut antara lain adalah:

  • Psikopatologi, bidang ilmu yang mempelajari tentang patologi atau kelainan kejiwaan. Istilah ini sering digunakan dalam bidang psikiatri. Sebenarnya psikopatologi tidak masuk ke dalam psikologi klinis. Namun seorang ahli psikologi klinis harus dapat menguasai ilmu ini untuk bisa berhasil dalam diagnostiknya.
  • Psikologi Medis, penjabaran dari psikologi kepribadian dan umum yang diperuntukkan untuk ilmu kedokteran. Tujuan dari ilmu ini untuk dapat melengkapi ilmu pengetahuan dokter mengenai gambaran biologis manusia serta gambaran kehidupan kejiwaan, pengamatan, fungsi-fungsi psikis, afek, berpikir, dan kehidupan perasaan yang terjadi pada manusia normal.
  • Psikologi abnormal, istilah ini mulai populer di tahun 50an. Dan diciptakan oleh beberapa psikolog yang menginginkan adanya klasifikasi kondisi yang tidak normal yang mungkin saja terjadi pada individu.
  • Psikologi konflik dan Pato-psikologi, istilah ini diusulkan dengan tujuan untuk bisa menunjukkan jika seseorang yang membutuhkan bantuan psikolog tidak selalu dikategorikan “sakit”. Pertolongan diberikan pada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan yang sampai menganggu keseimbangan
  • Mental Health dan Mental Hygiene, untuk istilah mental hygiene lebih berkaitan erat dengan bidang kedokteran. Lebih banyak membahas terkait penyembuhan . Sedangkan untuk mental health  lebih banyak membahas dari sisi preventifnya. Tugasnya untuk bisa memelihara dan mempertahankan kesehatan mental serta mencegah agar tidak terjadinya gangguan mental.

Ruang Lingkup Psikologi Klinis

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan sebelumnya, psikologi klinis memiliki beberapa ruang lingkup spesifik, antara lain adalah:

1. Penelitian

Penelitian yang ada di dalam psikologi klinis bertujuan untuk dapat membuktikan adanya kebenaran dalam sebuah teori yang ada di dalam praktek untuk memahami keunikan perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang. Contohnya saat melakukan penelitian yang ditujukan untuk bisa meramalkan kerentanan yang terjadi dalam individu pada serangan depresi menggunakan metode pendekatan penelitian yang tepat.

2. Assesment

Assesment adlaah proses untuk mengumpulkan informasi-informasi tentang klien yang dipergunakan untuk bisa memahami lebih baik tentang dirinya yang nantinya akan digunakan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan untuk proses selanjutnya.

3. Intervensi

Secara umum, intervensi merupakan upaya yang digunakan untuk mengubah pikiran, perilaku, serta perasaan seseorang yang mana meliputi penggunaan prinsip-prinsip psikologi yang diperuntukkan menolong orang-orang untuk mengasti permasalahan serta mengembangkan kehidupan yang lebih memuaskan.

Teori Dalam Psikologi Klinis

Teori-teori yang ada di dalam psikologi klinis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teori psikologi kepribadian, nah berikut ini beberapa teori-teori yang digunakan dalam psikologi klinis:

1. Teori Psikoanalisa – Sigmund Freud

Psikoanalisis adalah analisa atau pemeriksaan yang dilakukan secara cermat terhadap pikiran. Sedangkan psikodinamika lebih menekankan pada berbagai macam kekuatan serta konflik mental dan emosional yang berkaitan dengan pemikiran. Memfokuskan pada impuls-impuls yang tidak sadar dan trauma yang terjadi di masa anak-anak serta pentingnya pertahanan kecemasan. Psikoanalisis digunakan untuk proses terapiotik yang diperuntukkan untuk pasien psikoneurotik yang menggunakan metode standard di dalam konteks medis.

Ada beberapa asumsi-asumsi psikodinamika tentang perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah psikologis:

  • Psikodinamika menganggap jika perilaku manusia akan sangat dipengaruhi dorongan intrapsikis, konflik, motif, serta impuls yang tidak disadari.
  • Ada beragam mekanisme pertahanan ego, dalam bentuk adaptf dan maladaptif yang berkaitan dengan konflik-konflik yang belum atau tidak terselesaikan, harapan, kebutuhan , serta khayalan yang sangat berpengaruh pada perilaku normal ataupun tidak normal.
  • Pengalaman serta hubungan yang terdahulu, misalnya seperti hubungan yang terjadi antara anak-anak dengan orang tua, yang mana memainkan peran yang cukup penting di dalam perkembangan psikologis serta perilaku orang dewasa.
  • Pemahaman tentang implikasi-implikasi ketidaksadaran yang ditambah dengan kerja sama mereka yang mengarah ke kehidupan sehari-hari akan sangat membantu untuk meningkatkan fungsi perilaku dan psikologis.

Perspektif yang dijelaslakn dalam analisis Freudrian Klasik menjelaskan pemahaman perilaku manusia didasarkan pada 3 struktur mental yang terjadi di dalam konflik psikis yaitu Id yang terbentuk semenjak manusia lahir dan berpinrisp pada kesenangan yang mewakili hasrat primitif, keinginan, dan kebutuhan. Ego, terbentuk saat berumur kurang lebih 1 tahun dan lebih berdasarkan prinsip realitas serta mewakili bagian pemikiran yang rasional dan kepribadian yang dapat membantu seseorang untuk bisa beradaptasi. Dan Superego terbentuk saat berusia  5 tahun dan mewakili bagian internalisasi seperti norma kekeluargaan, sosial, budaya, dan lainnya. yang masuk ke dalam superego merupakan ego ideal yang mana menjadi gambaran lengkap seseorang mengenai tentang siapa dirinya sebenarnya dan suara hati. Suara hati ini akan berkaitan dengn apa yang dipikirkan sebagai benar maupun salah.

2. Teori Behaviorisme (Perilaku Kognitif) – BF Skinner

Pendekatan behavioristik pada psikologi klinis menjelaskan jika perilaku dapat dikontrol bahkan dimanipulasi dengan cara memberikan reinforsemen pada orang-orang yang perilakunya seusia dengan keinginan, dan terdapat hukuma ketika perilaku yang dilakukan tidak sesuai. Banyak orang yang beranggapan jika teori ini tidak memperdulikan pada perilaku yang tidak bisa diamati semisal khayalan dan perasaan.

Secara umum, pendekatan kognitif-behaviora menggambarkan tentang teori behaviorisme dari sisi psikologi kognitif. Namun meskipun begitu, masih banyak teoris yang lebih menggunakan pendekatan kognitif serta metode pemroses informasi sehingga lebih memperkaya teori serta aplikasi mereka. Pendekatan ini secara historis lebih berdasar pada prinsip belajar yang dikemukakan B. F. Skinner, Edward Thorndike, Clarke Hull, John Watson, Ivan Pavlov, William james, dan masih banyak lainnya. Pendekatan kognitif-behavioral lebih berfokus kepada perilaku yang tampak serta perilaku yang tidak tampak yang didapatkan dari proses belajar dan kondisioning saat berada di lingkungan sosial.

Asumsi dasarnya adalah untuk fokus pada pengalaman-pengalaman terkini dibandingkan pengalaman yang sebelumnya, penekanan pada perilaku yang dapat diukur dan diamati, pengaruh pentingnya lingkungan pada perkembangan perilaku normal maupun abnormal, serta penekanan yang terjadi pada metode penelitian empiris yang digunakan untuk mengembangkan strategi, intervensi assessmen, serta perawatan.

3. Teori Humanistik – Carl Rogers

Teori psikologi humanistik menggunakan asumsi-asumsi pendekatan phenomenological yang lebih menekankan pada setiap individu mengenai persepsi pengalaman dunianya. Dalam perspektif humanistik lebih cenderung melihat seseorang yang aktif, kreatif, berpikir, dan pertumbuhan orientatif. Mmebantu orang melalui cara pemahaman akan perhatian, perilaku, perasaan melalui mata klien. Ahli humanistik memang cenderung mengasumsikan seseorang yang berdasar pada intensinya dan percaya jika mereka bekerja keras secara alami menuju arah pertumbuhan, kreativitas, cinta, serta aktualisasi diri. Aktualisasi diri ini lah yang kemudian dapat membantu menuju arah kemajuan di dalam kehidupan, pertumbuhan yang lebih baik dan damai, serta menerima lebih tajam dan lainnya. Bukan memfokuskan diir pada masa lalu, namun lebih kepada apa yang ada “disini dan sekarang”.

Berdasar pada keyakinan jika setiap individu memiliki potensi alamiah yang dapat tumbuh menuju ke arah yang lebih tinggi lagi secara psikologis. Carls Rogers dan dengan teorinya yang memiliki pusat pada self. Konsep diri yang dijabarkan oleh Rogers mengenai bagaimana orang dapat memberikan gambaran mengenai dirinya, tentang siapa dirinya. Rogers menggambarkan jika orang yang tidak sehat merupakan orang yang tidak memiliki unconditional positive regard.

Psikologi klinis tidak hanya berorientasi pada orang-orang yang terkena gangguan jiwa saja, hal ini karena banyaknya anggapan masyarakat yang berpendapat jika RSJ (Rumah Skait Jiwa) merupakan tempat ditampungnya orang-ornag yang gila. Hal ini ssama sekali tidak benar. Orang-orang yang terkena gangguan paranoid, psikosomatis, insomnia, amnesia, dan lainnya adalah penyakit yang harus diatasi langsung oleh psikiater karena erat kaitannya dengan gangguan pikiran, psikis dan kognisi bukannya pada fisik.

Selain itu, psikologi klinis juga sangat membantu pada orang-orang yang memiliki masalah maupun kesulitan pada kondisi psikologinya. Nantinya psikologi klinis dapat berusaha untuk memahami manusia dan menolong individu tersebut dari tekanan dan masalah yang dihadapinya. Nah itu tadi penjelasan mengenai teori-teori dalam psikologi klinis. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.

You may also like