Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » 5 Ciri Depresi Pasca Melahirkan

5 Ciri Depresi Pasca Melahirkan

by Dwi Agiarti

Ciri depresi pasca melahirkan bisa dikenali lebih awal oleh orang sekitar. Tujuannya selain membantu menyelamatkan ibu dari kondisi memburuk setelah melahirkan, si kecil yang membutuhkan nutrisi dan perhatian ibu juga tidak akan terganggu. Ada beberapa ciri depresi yang bisa dikenali oleh anda sebagai keluarga/support system ibu melahirkan.

Berikut Ciri Depresi Pasca Melahirkan

1. Lelah, Gelisah dan Kosong

Perasaan lelah, gelisah dan kosong sering terjadi pada ciri depresi pasca melahirkan yang dialami oleh seseorang. Perasaan dan kondisi negatif ini bukan semata-mata muncul dan akan hilang dengan sendirinya. Ciri depresi yang bisa membelenggu ibu pasca melahirkan tentu saja perasaan lelah, gelisah dan merasa kosong yang bisa terjadi tanpa sebab.

Bisa juga kondisi ini muncul karena rasa benar-benar lelah menjaga bayi, kurang istirahat dan kurang tidur. Ibu selalu melakukan kegiatan yang itu-itu saja selama berhari-hari tanpa bantuan. Dampaknya depresi menyerang dan mempengaruhi pemikiran serta sikap dan tindakan ibu.

Efek lain yang ditimbulkan dari rasa lelah, gelisah dan kosong jelas saja mengganggu ibu dalam memberikan ASI, bonding time, dan lainnya akan terganggu.

2. Merasa Takut Sendiri

Ibu yang baru saja melahirkan dan memiliki ciri depresi umumnya merasa takut untuk sendiri atau ditinggal pergi. Entah oleh suami, kakak, adik, keluarga atau orang tua bahkan mertua. Hal ini dikarenakan ibu menyadari bahwa pasca melahirkan mereka masih membutuhkan dukungan yang optimal.

Mulai dari menjaga bayi saat ibu kelelahan atau merasa tidak ingin mengurus bayi, menjaga kesehatan diri, memberikan reminder atau pengingat dan hal lainnya. Hanya saja ibu pasca melahirkan terlalu terbelenggu oleh perasaannya saat depresi. Sehingga efeknya mereka hanya bisa meminta pertolongan untuk bisa menjalankan kegiatan setiap hari dengan didampingi.

Tak jarang ibu merasa khawatir akan menyakiti ataupun membahayakan diri dan si kecil. Kondisi depresi ini harus diperhatikan karena ibu masih memiliki sedikit kesadaran untuk didampingi.

3. Tidak Menjaga Diri/Bayi dengan Baik

Saat merasa sedih ataupun kecewa, setiap manusia mungkin akan terlarut dalam perasaan tersebut. Namun saat seseorang sudah memasuki fase depresi mungkin mereka tidak terpikirkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan tenggelam dalam rasa sedih dan kecewanya tersebut.

Begitupun ibu pasca melahirkan yang memasuki fase dan ciri depresi. Mereka tidak berniat untuk menjaga diri dengan baik. Mereka merasa perasaan negatif tersebut membelenggu dan menang dibandingkan motivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

Mulai dari mandi, mungkin masak, mengurus si bayi dan hal lainnya. Bahkan tidak terpikir oleh mereka untuk menjaga si bayi dengan baik. Sehingga jika sudah muncul fase dan ciri seperti ini ada baiknya ibu pasca melahirkan diberikan pertolongan, ditanya kondisi yang dirasakan jika perlu dibawa ke psikolog maupun psikiater sebagai ahlinya.

4. Mudah Marah dan Merasa Kecewa

Ibu yang baru saja melahirkan dan mengalami depresi akan mudah tersinggung, marah dan juga merasa kecewa. Mereka menjadi lebih sensitif dibandingkan kondisi biasanya. Sedangkan perubahan suasana hati bukan lagi terjadi karena hormon seperti saat hamil.

Ketika melahirkan seharusnya ibu sudah lebih stabil dalam hal perasaan atau pikiran. Sayangnya mereka yang memiliki ciri depresi akan lebih mudah sensitif atau tersinggung. Mereka merasa apapun yang dilakukan salah, sehingga banyak tindakan atau ucapan yang wajib dijaga oleh orang sekitar, atau bahkan pasangannya agar ibu tidak semakin tertekan dan depresi.

Kondisi ini juga tidak boleh dibiarkan dan harus ditangani dengan tepat. Agar rasa marah dan kecewa, serta tentang perasaan negatif lain tidak mempengaruhi kegiatan ibu pasca melahirkan setiap harinya. Apalagi sampai berdampak pada kehidupan sehari-hari atau bayi yang baru saja dilahirkan.

5. Hilang Nafsu Makan

Hilangnya nafsu makan menjadi ciri depresi pasca melahirkan selanjutnya yang dialami beberapa ibu. Kehilangan nafsu makan beriringan dengan keinginan ibu untuk berkegiatan setiap hari secara normal. Mereka menghindari asupan makan dan bisa jadi tidak memikirkan bayi yang membutuhkan nutrisi dari ASI ibu.

Kehilangan nafsu makan ini bisa dalam kondisi ringan, hingga klasifikasi gangguan jiwa berat dimana ibu sama sekali tidak mengkonsumsi makanan bahkan minum. Sehingga tubuh mengalami dehidrasi dan kelaparan. Ditambah lagi, ibu juga sudah tidak memiliki tenaga atau kemungkinan memberikan nutrisi bagi si janin.

Kehilangan nafsu makan ini harus segera ditangani oleh konsultasi psikologi dan psikiater untuk memperbaiki kondisi ibu agar fase depresi yang bisa berangsur membaik.

You may also like