Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Klinis » Psikoneurosis : Gejala, Karakteristik, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Psikoneurosis : Gejala, Karakteristik, Penyebab dan Cara Mengatasinya

by Dwi Agiarti

Penyakit kelainan mental bisa datang dari kondisi mental seseorang atau bisa juga karena masalah neurologi atau masalah fisik. Sehingga penyakit kelainan mental harus dideteksi dulu penyebab utamanya, baru fokus pada diagnosa dan penanangannya.

Jika seseorang mengalami gangguan mental ringan, namun tidak sampai mempengaruhi kondisi pekerjaan, kehidupan sehari-hari dengan taraf yang besar bisa jadi masuk kedalam penyakit berikut. Psikoneurosis atau lebih dikenal dengan nama neurosis. Adalah mengenai Psikoneurosis: Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasinya.

Pengertian Psikoneurosis/Neurosis

Menurut Andi Mappiare (2006: 221) neurosis atau psikoneurosis merupakan kekacauan pribadi ringan yang disebabkan oleh konflik dan juga pola perilaku tidak rasional, hambatan serta kecemasan dari penderita. Neurosis juga perilaku tidak adaptif yang dipelajari.

Sedangkan dalam pengertian umum, psikoneurosis merupakan penyakit mental ringan dengan tanda wawasan yang tidak lengkap, adanya sifat dari kesukaran, konflik, kecemasan dan juga perubahan kepribadian namun tidak mengganggu kehidupan penderita secara menyeluruh.  

Dapat dikatakan penderita masih dapat melakukan kegiatan seperti bekerja dan belajar, serta jarang memerlukan perawatan yang spesial/khusus dalam jangka waktu yang panjang. Psikoneurosis juga terjadi pada penderita dan hanya sebagian kepribadian saja.

Sehingga pasien dapat melakukan kegiatan, namun pada waktu tertentu masih terbatasi. Selain itu neurosis juga jarang disebut sebagai suatu penyakit, yang bersangkutan masih bisa bersikap dan berpikir normal. Hanya saja pasien menghadapi ketegangan pribadi yang terus menerus. Faktornya bisa datang dari luar ataupun dari dari sendiri.

Karakteristik Umum Perilaku Psikoneurosis

Penderita psikoneurosis memiliki karakteristik umum. Menurut Chaplin, menjelaskan bahwa neurosis bisa disebabkan karena hal traumatis. Sehingga lawan dari neurosa karakter, merupapakan gangguan kepribadian yang parah pada masa anak-anak atau masa lalu.

Selain itu, Chaplin menjelaskan bahwa karakteristik neurosis merupakan satu bentuk neurosa yang sudah lama berlanjut, atau bisa jadi gangguan jiwa yang muncul di masa kanak-anak. Selain itu karakteristik psikologis yang bisa ditandai dengan kebimbingan dalam kemauan.

Karena ciri dan gejalanya cukup bayang, serta karakteristik umum penderita tidak terlalu terlihat mencolok. Penderita masih bisa menjalankan kegiatan dengan aman dan nyaman setiap harinya. Hanya pada masa dan waktu tertentu saja.

Gejala Psikoneurosis

Sebelum membahas mengenai gejala, ada beberapa jenis dari neurosis yang harus diketahui. Sehingga hal tersebut juga berimbas pada gejala yang dialami.

1. Neurosis Depresif

Gejala pertama pada jenis neurosis depresif. Seseorang yang mengalami neurosis depresif memiliki gejala jasmaniah dimana tubuh mudah sekali lelah dan sulit untuk fit. Selain itu gejala lain, perasaan mudah putus asa, cepat lupa pada hal-hal dasar dan kegiatan sehari-hari, insomnia dan keinginan mengakhiri hidup. Seperti halnya penderita depresi, namun pasien neurosis masih mengalami fase normal dan berkegiatan tanpa diliputi perasaan depresi dalam waktu-waktu tertentu.

2. Neurosis Fobik

Jika pasien mengalami neurosis khususnya neurosis fobik. Maka gejala yang muncul yaitu rasa takut yang hebat bahkan berlebihan akan suatu hal. Misalnya saja benda, kondisi/keadaan dan bahkan orang lain dengan karakter atau penampilan yang sama.

Penderita akan mengalami gejala seperti lelah, mual, berkeringat hebat, panik hingga pingsan karena ketakutan. Misalnya pada penderita hematophobia atau takut melihat darah, Acrophobia atau takut tempat tinggi dan neurosis fobik lainya.

3. Neurosis Cemas

Selanjutnya mereka yang mengalami neurosis cemas. Ada beberapa gejala yang paling mudah dikenali jika seseorang mengalami neurosis cemas. Gejalanya bisa bersifat somatik misalnya sesak napas, pusing, mual dan muntah hingga keringat dingin dan sakit dibagian dada. Sedangkan cemas psikologis berupa tegang, perasaan tidak terkendali, terlalu sensitif dan lainnya. Dimana kondisi neurosis cemas ini melanda dalam waktu tertentu pada pasien.

4. Neurosis Obsesif-Kompulsif

Bagi mereka yang mengalami neurosis obsesif kompulsif jelas gejala yang ditimbulkan akan mirip dengan mereka yang menderita obsesif kompulsif. Perasaan tertarik dan obsesi akan suatu hal. Misalnya saja mengharuskan diri untuk mencuci tangan berulang kali, mencoba mengunci rumah dan memeriksa keamanan rumah hingga 4-5 kali dan masih muncul rasa cemas.

Penyebab Psikoneurosis

Ada beberapa penyebab dari neurosis yang dianggap bisa sering mempengaruhi dan menjadi isu bagi banyak pasien psikoneurosis. Diantaranya yaitu:

  • Post Traumatic Stress berkepanjangan dari berbagai faktor. Misalnya pekerjaan atau masalah kesehatan seseorang ataupun masalah internal misalnya pasangan dan juga keluarga.
  • Kejadian traumatik yang membekas bagi penderitanya
  • Mengalami masalah yang dirasa sulit untuk dipecahkan baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang
  • Dipengaruhi oleh konsumsi obat-obatan tertentu
  • Tidak adanya istirahat akibat bekerja, belajar, ataupun melakukan kegiatan yang tidak kunjung berhenti

Selain penjelasan diatas. Menurut pendapat ahli, J.P Chaplin, menjelaskan bahwa seseorang yang menderita neurosis merupakan seseorang yang memendam konflik batin dalam jangka panjang. Selain itu juga, kesulitan yang dihadapi oleh pasien tersebut tidak utuh. Ditambah lagi kecemasan dan juga perasaan serta tindakan gelisah yang dimiliki pasien terkait sangat tinggi.  

Cara Mengatasinya

Jika memang terjadi lalu apakah psikoneurosis memungkinkan untuk diatasi? Ada beberapa cara yang disarankan sebagai cara untuk mengatasi kondisi tersebut. Diantaranya yaitu:

  1. Membantu individu terkait membedakan antara pikiran serta tindakan yang dilakukan. Selain itu, menerima segala sesuatu misalnya saja pantangan dan menerapkannya pada struktur pribadi
  2. Membantu pasien/individu terkait untuk bisa membedakan mana hal yang bersifat berbahaya dan menjadi real masalah. Bisa juga membantu memperbaiki kondisi yang sifatnya pikiran atau bayangan saja. Sehingga pasien tidak akan salah dalam merespon kondisi tersebut
  3. Memblock perilaku yang mungkin mengganggu dan juga memberikan ganjaran bagi pihak yang bersangkutan.
  4. Melakukan konsultasi, pengobatan dan juga terapi sesuai dengan faktor dan gejala yang dialami oleh pelaku. Misalnya mereka yang mengalami neurosis akibat hysteria maka ahli akan memberikan terapi yang tepat. Begitu juga bagi pasien yang mengalami masalah neurosis karena fobia, ataupun karena cemas.

Selain dari beberapa cara untuk mengatasi kondisi tertentu pada pasien psikoneurosis. Walaupun tidak mengganggu kehidupan sehari-hari namun tetap disarankan untuk berobat dan melakukan kontrol pada psikiater / konsultasi psikologi secara rutin. Berikan update pada ahli bagaimana pandangan anda terhadap kecemasan dan masalah kehidupan.

Setelah itu jika ada isu dan juga kendala bagaimana anda menghadapi masalah tersebut. Apakah kondisi seperti cemas, panik, rasa putus asa dan masalah lainnya cukup mengganggu atau tidak? Jika dirasa tidak mengganggu maka ada baiknya untuk berkala ke dokter hanya untuk memastikan diri misalnya per 1 tahun atau per 6 bulan.

Sebaliknya apabila ternyata kondisi tersebut semakin parah dari hari ke hari. Sehingga sudah bisa mengganggu kehidupan dan aktivitas pasien psikoneurosis dalam jangka waktu tertentu, maka kunjungi ahli dengan waktu yang konsisten. Misalnya saja tidak perlu terlalu sering, seperti 3 atau 4 bulan sekali namun kunjungan tersebut rutin dan konsisten.

You may also like