Ada banyak penjelasan mengenai sikap dalam ilmu psikologi. Sikap memiliki banyak sekali pengertian karena banyaknya pendapat-pendapat yang berbeda menurut para ahli. Sikap biasanya selalu terarahkan pada suatu hal ataupun suatu objek. Sikap mungkin saja terarahkan pada sebuah benda ataupun orang, namun juga pada peristiwa, lembaga, normal, nilai, lembaga, serta lain sebagainya. Ada beberapa pengertian sikap menurut para ahli, antara lain adalah:
- Menurut Sarnoff, Sikap menjadi sebuah kesediaan yang diperuntukkan bereaksi , entah itu secara positif maupun negatif pada objek-objek tertentu.
- Menurut D.Krech & R.S Crutchfield, sikap sebagai sebuah organisasi yang memiliki sifat menetap dari sebuah proses emosional, motivasional, perseptual, serta kognitif yang berkaitan dengan aspek dunia individu.
- Menurut La Peirre, sikap sebagai sebuah pola perilaku, kesiapan antisipatif, dan predisposisi yang mana digunakan untuk dapat menyesuaikan diri di dalam situasi sosial. Sederhanya, sikap merupakan respon pada stimuli sosial yang sudah terkondisikan.
- Menurut Soetarno, sikap merupakan pandangan maupun perassaan yang mana disertai dengan kecenderungan untuk bisa bertindak pada objek tertentu. Sikap senantiasi diarahkan pada benda, orang, pandangan, peristiwa, norma, lembaga, dan lainnya.
baca juga:
- Macam-macam Trauma Psikologis
- Jenis-jenis Gangguan Tidur
- Ailurophobia
- Kleptomania Dalam Psikologi
- Ciri-Ciri Orang Cerdas Menurut Psikologi
Ada beberapa faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sikap dalam seseorang, antara lain adalah:
- Faktor Intern, faktor yang terdapat di dalam diri seseorang itu sendiri. Berupa daya pilih seseorang yang digunakan untuk dapat menerima serta mengolah pengaruh yang berasal dari luar dirinya ssendiri. Pilihan tersebut akan sangat berkaitan erat pada motif dan attitude di dalam dirinya dalam suatu waktu.
- Faktor Esktern, faktor yang ada di luar sesorang. Dapat berupa interaksi sosial yang terjadi di luar kelompoknya dengan gasil dari kebudayaan manusia. Biasanya dilakukan melalui media komunikasi. Pembentukan serta perubahan sikap dapat terjadi sendiri.
- Penyebab Penyakit Alzheimer
- Ciri-Ciri Depresi Ringan
- Gangguan Mental Organik
- Gangguan Obsesif Kompulsif
- Sindrom Baby Blues
1. Teori Belajar dan Reinforcement
Sikap dapat dipelajari dengan menggunakan cara yang sama, seperti hal nya kebiasaan lainnya. Orang-orang tidak hanya mendapatkan informasi dan fakta, namun juga mempelajari mengenai nilai dan perasaan yang berkaitan dalam fakta tersebut. Individu mendapatkan informasi serta perasaan melalui proses asosiasi, yang mana asosiasiini berbentuk stimulus yang dapat muncul pada tempat dan kondisi yang sama.
Proses asosiasi ini nantinya yang akan menimbulkan sikap pada sebuah benda sama halnya dengan manusia. Individu mempelajari karakteristik dari sebuah gagasan, negara, program pemerintah, dan lainnya. Sikap terdiri dari pengetahuan yang kemudian ditambahkan pada komponen evaluatif yang berkaitan.
Sehingga faktor sederhana dari pembentukan sebuah sikap merupakan asosiasi yang dimiliki oleh sebuah objek. Sikap juga dapat dipelajari melalui proses imitasi. Sehingga orang dapat menirut sikap orang lainnya, terutama saat orang tersebut adalah orang yang penting dan kuat.
2. Teori Insentif
Teori Insetif memiliki pandangan dalam pembentukan sikap sebagai sebuah proses dalam menimbang baik serta buruknya dengan berbagai kemungkinan posisi dan setelah itu mengambil solusi alternatif. Salah satu pendekatan insentif yang cukup populer adalah teori respons kognitif.
Kemudian, di dalam teori tersebut mengasumsikan jika seseorang akan memberikan responspada suatu komunikasi dengan menggunakan beberapa pikiran baik itu positif maupun negatif. Serta di dalamnya juga menjelaskan jika pikiran ini nantinya akan menentukan apakah seseorang berkeinginan untuk mengubah sikapnya atau tidak sebagai bentuk akibat dari komunikasi.
Melalui pendekatan ini terdapat asumsi jika dalam pengambilan sikap, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk bisa memaksimalkan nilai dari berbagai hasil maupun akibat yang diinginkan. Dalam teori intensif, lebih menekankan pada keuntungan maupun kerugian yang bisa didapatkan seseorang saat mengambil posisi tertentu. Selain itu teori intensif juga lebih mengabaikan pada asal usul dari sebuah sikap serta hanya mempertimbangkan pada kesimbangan insentif yang sudah terjadi.
baca juga:
- Terapi Anak Autis
- Penyakit Bulimia
- Manfaat Hipnoterapi
- Cara Mengatasi Stres Berat
- Dampak Kekerasan Pada Anak
3. Teori Konsistensi Kognitif
Kerangka lainnya yang utama dalam mempelajari sebuah sikap lebih ditekankan pada konsistensi kognitif. Pendekatan konsistensi kognitif lebih berkembang di dalam pendekatan ini menggambarkan seseorang sebagai makhluk yang mana menemukan hubungan serta makna di dalam struktur kognitifnya. Terdapat 3 pokok yang berbeda di dalam gagasan ini, yang pertama yaitu teori keseimbangangan yang di dalamnya meliputi tekanan kosistensi yang terjadi diantara akibat-akibat di dalam kognitif sederhana. Sistem ini terdiri dari 2 objek, yaitu hubungan yang terjadi diantara 2 objek tersebut serta penilaian seseorang pada objek terssebut.
Yang kedua merupakan pendekatan konsistensi kognitif afektif. Pendekatan ini lebih menjelaskan pada usaha seseorang untuk membuat kognisi mereka lebih konsisten dibandingkan dengan afeksi mereka. Sehingga keyakinan, pengetahuan, pendirian yang dimiliki seseorang akan sangat ditentukan pada pilihan afeksi seseorang. Yang terakhir merupakan teori ketidaksesuaian (disonance theory).
Sikap bisa berubah demi mempertahankan konsistensi perilaku seseorang dengan perilaku kenyataan. Hal ini dikemukakan pertama kali oleh Leon Festinger. Teori ketidaksesuaian ini lebih memfokuskan pada 2 sumber pokok, yaitu inkonsistensi sikap perilaku yang diakibatkan pengambilan sebuah keputusan serta akibat dari perilaku yang bertentangan dengan sebuah sikap.
Nah itu tadi penjelasan mengenai teori sikap dalam ilmu psikologi. Semoga penjelasan diatas dapat bermanfaat untuk anda.
baca juga:
- Autisme pada Anak
- Kepribadian ENFJ
- Macam-Macam Kekerasan Pada Anak
- Gangguan Psikotik
- Memori Dalam Psikologi