Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Perkembangan » 4 Tingkatan Sikap dalam Psikologi

4 Tingkatan Sikap dalam Psikologi

by Hana Masita

Sikap merupakan sebuah reaksi atau proses dimana seseorang masih tertutup atau belum terpapar pada stimulus atau objek. Sikap memang tidak bisa terlihat secara langsung, melainkan hanya bisa diartikan dari perilaku yang tertutup terlebih dahulu. Secara nyata, sikap akan menunjukkan suatu kesesuaian reaksi yang diberikan terhadap stimulus tertentu yang diterima. (Baca juga: Teori Sikap Dalam Psikologi)

Pengertian lainnya dari sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek, memihak / tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan  (afeksi), pemikiran  (kognisi) dan predisposisi tindakan  (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005). Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah komponen yang membentuk suatu sikap, yaitu:

  • Pemikiran atau kognitif – yaitu hasil dari pengetahuan dan informasi yang diterima oleh individu tersebut yang kemudian akan menjadi dasar lahirnya sebuah keputusan atau tindakan.
  • Perasaan atau afektif – yaitu kondisi emosional yang sifatnya subjektif terhadap suatu objek. Komponen ini akan bisa kita lihat dari bagaimana perasaan individu tersebut terhadap objek yang terkait. (Baca juga: Perbedaan Perasaan dan Emosi dalam Psikologi
  • Predisposisi tindakan atau konatif – yaitu bgaimana perilaku atau kecenderungan perilaku di dalam diri seseorang yang berhubungan dengan objek yang sedang dia hadapi.

Sikap juga memiliki ciri-ciri tertentu yang akan memudahkan kita untuk mempelajari lebih jauh tentang sikap. Ciri-ciri ini pula lah yang akan membedakan antara sikap dengan motif-motif psikologi lainnya. Ciri-ciri dari sikap dalam psikologi adalah:

  1. Merupakan hal yang dipelajari

Sikap merupakan hal yang dipelajari, bukannya sesuatu yang muncul begitu saja. Hal ini tentu berbeda dengan motif psikologi lainnya, seperti lapar dan haus yang tidak perlu dipelajari. Sebagai contoh, lapar merupakan sesuatu yang akan kita rasakan dengan sendirinya, melainkan memilih makanan untuk dimakan merupakan sikap kita dari hasil pembelajaran kita selama ini.

Baca juga:

Sikap seringkali kita pelajari secara tidak sadar atau tidak sengaja. Hal ini bisa terjadi, misalnya ketika seorang individu mempertimbangkan dampak atas pilihannya terhadap dirinya atau kelompok, maka di saat itu dia mempelajari sikap dengan tidak sengaja.

  1. Stabil

Seseorang akan terus belajar dan memilih sikap tertentu yang lama kelamaan akan cenderung membentuk pola dirinya. Hal ini akan memperkuat sikap tersebut dan akan semakin stabil melalui pengalaman yang berulang-ulang. (Baca juga: Cara Memelihara Kesehatan Jiwa)

  1. Melibatkan hubungan dengan orang lain

Sikap tidak hanya melibatkan satu individu saja, melainkan juga melibatkan hubungan dirinya dengan orang lain atau dengan objek dan situasi tertentu. Hal ini bisa diartikan bahwa sikap akan mempengaruhi hubungan dengan orang lain atau situasi yang dihadapinya. Misalnya, jika seseorang bersikap ramah, maka orang lain akan merasa senang dan merasa diterima. (Baca juga: Tips Agar Disukai Banyak Orang)

  1. Berisi informasi faktual

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, di dalam sikap terdapat komponen kognitif dan afektif. Artinya, suatu sikap akan bisa dinilai dan dirasakan baik dan buruknya, menyenangkan dan tidak menyenangkan dan lain sebagainya. (Baca juga: Teori Belajar Kognitif)

  1. Arah mendekat-menghindar

Sebagai contoh, jika terjadi sesuatu yang menyenangkan dan diinginkan, maka seseorang akan cenderung mendekatinya dan membantunya. Sebaliknya, jika seseorang atau sesuatu merupakan hal yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan, maka orang lain akan cenderung bersikap menghindar.

Sikap tidak mungkin dapat terbentuk sebelum orang tersebut mendapat informasi yang cukup, melihat atau mengalami sendiri suatu stimulus tertentu. Seperti halnya pengetahuan yang memiliki beberapa tingkatan, begitu pula dengan sikap. Sikap juga memiliki beberapa tingkatan, antara lain:

  1. Menerima (receiving)

Menerima merupakan tingkatan sikap yang paling rendah. Di tingkatan menerima ini, seseorang ini bersedia dan memperhatikan stimulus yang diberikan, atau objek yang dihadapi. Misalnya, ketika seseorang dihadapkan dengan ilmu kesehatan, maka dia akan bersedia memberikan perhatiannya untuk informasi-informasi mengenai ilmu kesehatan tersebut.

Walaupun dia belum memberi respon atau tingkatan sikap yang lain, dengan menerima setidaknya dia masih mau mempertimbangkan stimulus atau ide yang diberikan. (Baca juga: Cara Meningkatkan Akurasi Persepsi)

  1. Merespon (responding)

Merespon atau responding ini artinya orang tersebut bersedia memberi jawaban jika diberi pertanyaan dan bersedia mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diterimanya.  Hal ini merupakan indikasi dari keberadaan sikapnya. Dengan dia berseia menjawab, mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas, maka artinya dia mau merespon dan menerima ide tersebut, terlepas dari benar atau tidaknya respon yang diberikannya. (Baca juga: Pendekatan Psikologi Dalam Membentuk Pribadi Anak)

  1. Menghargai (valuing)

Tingkat yang ketiga adalah sikap menghargai atau valuing. Di sini, seseorang mau mengajak orang lain berdiskusi tentang suatu masalah atau mengerjakan sesuatu bersama-sama. Misalnya, ketika seseorang mau mengajak orang lain datang mengunjungi restoran kesukaannya, maka berarti dia telah memiliki sikap positif teerhadap restoran atau menu makanan di restoran tersebut.

Contoh lainnya, ketika seorang atasan mengajak bawahannya berdiskusi dalam hal pekerjaan, artinya atasan tersebut memiliki sikap positif terhadap bawahan dan pekerjaannya. (Baca juga: Cara Menghadapi Orang yang Meremehkan Kita)

  1. Bertanggung jawab (responsible)

Tingkatan sikap yang terakhir adalah bertanggung jawab atau responsible. Artinya, seseorang bersedia bertanggung jawab atas segala pilihan yang dibuatnya dan segala resiko yang mungkin muncul setelahnya. Bertanggung jawab ini adalah sikap yang paling tinggi karena orang tersebut pasti memiliki keberanian lebih untuk mempertahankan keputusannya, terlepas bagaimana pendapat orang lain tentang pilihannya tersebut.

Baca juga:

Dalam setiap tingkatan sikap di atas, terdapat kemungkinan untuk seseorang bersikap positif atau bersikap negatif. Hal ini tentu dipengaruhi oleh bagaimana informasi yang diterima orang tersebut dan bagaimana persepsi orang tersebut terkait stimulus atau objek yang dihadapi. Lalu, apa sebenarnya sikap positif dan negatif itu? Menurut Ahmadi (2003), sikap dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif, sebagai berikut ini:

  • Sikap negatif adalah sikap dimana orang tersebut melakukan penolakan atau menunjukkan ketidaksetujuan terhadap stimulus yang diterimanya atau objek yang dihadapinya. (Baca juga: Teori Psikologi Humanistik)
  • Sikap positif adalah sikap dimana orang tersebut bersedia menerima dan memberi persetujuan terhadap stimulus yang diterimanya atau objek yang dihadapinya. (Baca juga: Kecerdasan Intrapersonal)

Dari dua perbedaan di atas, kita bisa mengetahui bagaimana bentuk-bentuk sikap seseorang terhadap stimulus yang diterimanya. Jika dia menolak, maka dia akan memberikan sikap negatif, sedangkan jika dia menerimanya maka dia akan menunjukkan sikap positif. Positif atau negatifnya sikap seseorang tentu memiliki motif atau alasan di baliknya yang juga perlu kita pahami.

Demikian pembahasan kali ini tentang tingkatan sikap dalam psikologi. Semoga artikel kali ini bermanfaat, ya!

You may also like