Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Perkembangan » Pola Asuh Permisif : Pengertian, Ciri, dan Dampaknya

Pola Asuh Permisif : Pengertian, Ciri, dan Dampaknya

by Titi Rahmah

Dalam pola asuh permisif, orang tua diperbolehkan mengatur perilakunya sendiri dan membuat keputusan mereka sendiri. Pola asuh permisif tidak menggunakan aturan yang tegas bahkan bimbingan pun jarang diberikan sehingga anak tidak diawasi atau dikontrol atau dituntut. Kebebasan diberikan sepenuhnya dan anak-anak diperbolehkan untuk membuat keputusan sendiri tanpa penilaian orang tua dan bertindak sesuka mereka tanpa kontrol orang tua.

Pengertian Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif termasuk kedalam pola asuh perkembangan anak yang dapat diartikan sebagai perilaku orang tua terhadap anak yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang diinginkan tanpa diminta. Dalam pola asuh seperti ini, tidak ada aturan yang tegas apalagi bimbingan, sehingga anak tidak memiliki kontrol atau pengawasan serta tuntutan.

Kebebasan diberikan sepenuhnya dan anak dibiarkan mengambil keputusan sendiri tanpa penilaian orang tua dan bertingkah laku sesuka hati tanpa pengawasan orang tua. Melalui ini anak berusaha belajar berperilaku dalam lingkungan sosial dirinya sendiri.

Dalam pola asuh ini orang tua bersifat permisif, tidak mengontrol, kurang menuntut. Mereka tidak terorganisir dengan baik atau tidak efektif dalam mengatur rumah tangga, mereka lemah dalam mendisiplinkan dan mendidik anak, mereka membutuhkan sedikit kedewasaan dan kurang memperhatikan kemandirian dan disiplin anak.

Berdasarkan teori pola asuh permisif yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif merupakan bentuk komunikasi antara orang tua dengan anak yang memungkinkan anak melakukan apa yang diinginkannya, tidak menggunakan aturan yang tegas, aspek kontrol yang longgar. dengan demikian, keputusan diwariskan kepada anak-anak.

Ciri-ciri Pola Asuh Permisif

Berikut ini ciri-ciri pola asuh permisif yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Tidak memiliki aturan yang tegas

Orang tua yang mempraktikkan pola asuh permisif jarang memiliki aturan ketat untuk anak-anaknya. Akibatnya, anak cenderung sewenang-wenang dalam memilih apa yang diinginkannya.

2. Jarang menghukum anak

Orang tua jarang menghukum atau mendisiplinkan anak ketika mereka melakukan kesalahan. Sebaliknya, orang tua hanya berusaha mengarahkan perilaku anaknya melalui hal-hal lain.

3. Menggunakan suap

Orang tua tipe ini jarang mengatakan kata “tidak” kepada anaknya. Mereka cenderung menyuap anak-anak mereka untuk mencegah perilaku buruk daripada menghukum mereka.

4. Penuh kasih

Orang tua permisif cenderung penuh “cinta kasih” terhadap anaknya. Sehingga orang tua tidak berani melakukan apapun yang membuat anak tidak senang (misalnya: mengikuti aturan, menghukum anak karena ia telah berbohong, dan lain-lain).

5. Anak dibebaskan tanpa diberi tanggungjawab

Tidak ada aturan di dalam rumah. Anak-anak dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa tanggung jawab apa pun dan mereka tidak dapat mengkhawatirkan apa yang ditugaskan kepada mereka.

Dampak Pola Asuh Permisif

1. Minim prestasi

Minim prestasi disebabkan karena orang tua tidak mengharapkan apapun dari anak mereka, anak-anak pun tidak memiliki apapun untuk diperjuangkan termasuk dalam hal belajar. Studi telah menghubungkan pola asuh permisif dengan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.

2. Lebih agresif dan sedikit pemahaman emosional

Sifat anak yang lebih agresif karena anak tidak diajarkan untuk menangani emosional secara efektif, anak-anak dengan pengasuhan permisif nantinya akan lebih berjuang ketika menghadapi stress atau sulit secara emosional bahkan anak-anak tidak tahu bagaimana cara memahami emosi diri sendiri nya. Dari beberapa kasus anak-anak dengan pola asuh permisif memiliki jiwa emosional yang lebih tinggi dibanding dengan anak-anak sebayanya.

3. Terlalu bebas

Anak menjadi terlalu bebas karena pengaruh kurangnya struktur di dalam rumah, anak-anak tidak pernah mendapat batasan dari kedua orang tuanya. Jadi, hal ini justru akan menimbulkan kebiasaan atau aktivitas yang tidak sehat dan obesitas, gangguan tidur bahkan kelumpuhan otak pada anak. Pasalnya, anak mengalami fase kritis dimana dia tidak pernah belajar membatasi waktu dilayar gadget atau televisi dan juga kebiasaan keseharian mereka.

4. Rentan terhadap kenakalan

Kenakalan terjadi karena anak kurangnya pedoman, batasan dan norma yang diberikan. Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permisif sangat beresiko terlibat dalam perilaku buruk seperti alkohol atau penggunaan narkoba. Sehingga kenakalan ini disebabkan karena pengaruh dampak pola asuh yang tidak baik terhadap anak yang perlu dihindari dan pola asuh permisif juga lebih baik tidak diterapkan pada anak-anak kita.

You may also like