Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) mengatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun, dengan klasifikasi :
- Lansia Potensial, yang masih mampu melakukan aktifitas (60-70 tahun)
- Lansia Tidak Potensial, yang sudah tidak berdata untuk mencari nafkah atau aktifitas seperti biasanya (70 tahun ke atas)
Masalah yang sering dijumpai pada lansia
- Keadaan fisik yang melemah dan tak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain dibanding sebelumnya
- Status ekonomi cenderung terancam sehingga menjadikan para lansia memutuskan untuk melakukan perubahan besar dalam pola hidup
- Menyesuaikan kondisi hidup dengan keadaan ekonominya sekarang
- Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal atau pergi jauh
- Mencari kegiatann baru untuk mengisi waktu luang
- Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar selayaknya orang dewasa
- Terlibat dalam kegiatan masyarakat yang diadakan untu para lansia
- Mulai menjadi korban atau dimanfaatkan para penjual obat atau kriminalitas karena ketidaksangupan diri dalam bertahan
- Mulai menginginkan perhatian yang lebih dari orang sekitar
- Mulai cenderung untuk mudah curiga dan emosi
Hasil penelitian Matthias, Lubben Atchison dan Stuart tahun 1997 mengatakan bahwa perubahan mental yang terjadi pada lanjut usia adalah perubahan pada sikap yang semakin egosentris, mudah curiga dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Perubahan mental ini didasari oleh beberapa faktor, diantaranya :
- Perubahan fisik
- Kondisi kesehatan secara umum
- Tingkat pendidikan
- Keturunan/herediter
- Faktor Lingkungan
Perubahan yang umum terjadi pada lansia tidak hanya terkait dengan perubahan mental belaka saja, tetapi juga pada penurunan fungsi fisik, perubahan psikososial, spiritual dan lain sebagainya.
Ciri-Ciri Perkembangan Lansia
- Mulai adanya keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan semakin meningkatnya usia dan menurunnya fungsi fisik tubuhnya
- Adanya penyakit degenartif yang biasa disebut dengan penykit orang tua
- Mulai adanya perubahan emosi yang cukup signifikan
- Banyaknya timbul kekhawatiran baru dalam diri lansia tentang kelanjutan hidupnya
- Keinginan untuk menjadi muda kembali sangat kuat
- Usia lanjut merupakan periode kemunduran
- Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
- Menua membutuhkan perubahan peran
- Penyesuaian yang buruk pada lansia
- Usia tua dinilai dengan karakter yang berbeda.
Bahaya Perubahan Psikologi Lansia
Dalam beberapa keadaan, perubahan psikologis pada lansia ini memberikan beberapa bahaya tersendiri terhadap mereka, diantara bahaya-bahaya tersebut adalah :
- Menerima pendapat klise tentang pandangan orang usia lanjut, dimana halini dapat memperburuk keadaan mereka karena ada persepsi bahwa dirinya sudah tak mampu berbuat apapun dan akan cenderung mengisolasi diri.
- Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupan. Misalnya emutuskan untuk mendiamirumah yang lebih kecil karena seluruh anaknya telah pergi ke rumahnya masing-masing.
- Perasaan bersalah karena menganggur dan tak berpenghasilan.
- Sikap yang tak ingin terlibat secara sosial pada lingkungan atau orang lain sehingga cenderung membuat mereka semakin mudah curiga, menuntut perhatian berlebih dan lain sebagainya.
Teori aktivitas lansia yang dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) mengatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana lansia mengambil keputusan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut seperti biasa. Hal ini lebih penting dibandingkan dengann kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Aktivitas lansia mungkin bisa saja menurun, tapi disisi lain banyak yang bisa dikembangkan. Misalnya bisa menjadi ketua RT karena lebih banyak waktu di rumah, aktif dalam kegiatan kerelawanan sesama lansia dan lainnya. Atau hanya sekedar menanam tumbuhan membuat taman kecil di lingkungan rumah.
Psikososial teori aktivitas mengatakan bagaimana pentingnya peran serta masyarakat bagi kehidupan seorang lansia. Menurut teori aktivitas, lansia yang semakin aktif dan terlibat dalam kegiatan masyarakat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar pula kesempatan mereka untuk merasa puas dan senang dengan kehidupannya.
Pola-Pola Kepribadian pada Masa Lanjut Usia
- Tipe kepribadian Konstruktif, yang tidak mengalami banyak gejolak, tetap tenang dan mantap sampai usianya sangat tua sekalipun.
- Tipe kepribadian Mandiri, tipe ini akan cenderung mengalami post power syndrome apalagi jika pada masa ini tidak diisi dengan kegiatan yang memberikan otonomi pada dirinya.
- Tipe Kepribadian Tergantung, biasanya tipe ini sangat bergantung pada bagaimana kehidupan keluarganya. Apabila harmonis maka masa lansianya tak akan bergejolak, tetapi berlaku sebaliknya.
- Tipe Kepribadian Bermusuhan, tiep ini merasa tidak puas dengan kehidupannya masih banyak keinginan yang kadang tak diperhitungkan secara matang. Hal ini terkadnag menyebabkan ekonomi beberapa lansia justru semakin berantakan.
- Tipe Kepribadian Kritik Diri, tipe ini cenderung terlihat sengsara karena perilakuna sendiri yang sulit dibantu oleh orang lain dan cenderung membuat dirinya susah sendiri.
Penyesuain diri pada lansia dalam menghadapi masa pensiun dianggap sebagai suatu hal yang cukup krusial untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan,misalnya pad arasa kesepian, atau gejolak yang terlalu berlebihan pada lansia. Penyesuaian diri ini dimaksudkan sebagai kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat adanya perubahan tersebut. Baik perubahan fisik, sosial, psikologis, psikososial, mental, spiritual dan lain sebagainya. Perubahan minat pada diri lansia baik untuk minat pribadi, minat untuk rekreasi, minat untuk berkegiatan sosial dan sebagainya juga sangat berpengaruh dalam penyesuaian diri lansia dalam menghadapi masa tua atau pasca pensiunnya.