Home » Gangguan Psikologi » Dissociative Identity Disorder – Penyebab – Gejala – Pengobatan

Dissociative Identity Disorder – Penyebab – Gejala – Pengobatan

by Devita Retno

Dissociative Identity Disorder atau DID sebelumnya dikenal dengan nama Multiple Personality Disorder atau juga kepribadian ganda merupakan suatu masalah psikologis kompleks. Kebanyakan manusia mengalami disosiasi ringan seperti melamun atau kehilangan waktu selama sesaat ketika sedang beraktivitas.

Akan tetapi, dissociative identity disorder merupakan suatu bentuk disosiasi yang sangat berat, suatu proses mental yang menghasilkan kekurangan hubungan dalam pikiran seseorang, ingatan, perasaan, aksi ataupun rasa akan identitasnya. Penderitanya memiliki dua kepribadian yang berbeda atau lebih dan mengambil alih kesadarannya secara bergantian.

DID diperkirakan berasal dari kombinasi faktor – faktor pada mekanisme penanganan masalah, bahwa seseorang benar – benar menempatkan dirinya terpisah dari situasi yang menurutnya terlalu tidak tertahankan, traumatik atau menyakitkan untuk dihadapi dengan kesadaran aslinya.

Walaupun terdengar tidak masuk akal, namun kelainan jiwa ini nyata adanya. Kenyataannya, para ahli sekalipun masih mengalami kesulitan untuk menganalisisnya dan dianggap sebagai bentuk lain dari gangguan kepribadian ambang atau gangguan kepribadian borderline.

Pandangan Psikologi Mengenai DID

Istilah dissosiative identity disorder merujuk pada mekanisme atau disosiasi yang bisa jadi merupakan penyebabnya. Pemikiran dasar ini berasal dari tulisan karya Pierre Janet, bahwa kesadaran biasanya merupakan kesatuan pengalaman, termasuk kognisi, emosi dan motivasi yang dimiliki seseorang.

Akan tetapi dalam kondisi stres atau tertekan, memori akan pengalaman traumatis tersebut dapat disimpan dalam suatu cara yang tertentu sehingga pada kemudian hari tidak dapat ditemukan oleh kesadaran sendiri seiring dengan pulihnya kondisi orang yang mengalaminya. (Kihlstrom, Tataryn & Holt, 1993). Beberapa pandangan menurut teori psikologi adalah:

  • Psikoanalisa

Melupakan berbagai kenangan yang traumatis karena menyakitkan bagi penderitanya bertolak belakang dengan beberapa penelitian yang justru menemukan bahwa pengalaman traumatis dapat memperkuat memori dan bukannya membuatnya lemah. Pada trauma psikologis dan macam – macam trauma psikologis yang membuat seseorang mengalami stres pasca trauma dan dikuasai oleh berbagai bayangan yang mengganggu serta berulang mengenai kejadian yang dialaminya di masa lalu.

  • Behavioral

Pandangan ini menganggap bahwa disosiasi sebagai respon menghindar yang dilakukan untuk melindungi seseorang dari berbagai kejadian yang penuh tekanan dan menghilangkan ingatan akan kejadian tersebut. Orang yang bersangkutan tentunya tidak secara sadar mengonfrontasi kenangan yang menyakitkan tersebut, karena itu perasaan takut yang dirasakannya sulit hilang.

Gejala

Dissosiative identity disorder terjadi ketika sekurang – kurangnya ada dua kondisi ego yang terpisah pada diri seseorang. Perbedaan dalam keberadaan, perasaan, dan tindakan yang tidak saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Identitas berbeda muncul pada waktu yang berbeda pula, dengan nama, citra diri, dan sifat serta latar belakang yang berbeda, tidak terikat antara satu dengan lainnya. DID memiliki banyak gejala psikologis atau ciri – ciri kepribadian ganda yang juga ditemukan pada kelainan mental lainnya, termasuk:

  • Perubahan tingkat fungsi dari sangat efektif hingga terganggu atau tidak mampu.
  • Sakit kepala berat atau sakit di bagian lain tubuh
  • Merasa tidak terhubung dengan pikiran, perasaan dan tubuhnya sendiri
  • Merasa bahwa lingkungan sekitar adalah suatu yang asing, aneh atau tidak nyata.
  • Mengalami depresi atau perubahan mood (mood swing)
  • Mengalami kegelisahan atau kecemasan
  • Mengalami gangguan makan dan tidur
  • Bermasalah dengan fungsi seksualitas
  • Penyalahgunaan substansi
  • Kehilangan ingatan atau merasa mengalami distorsi waktu
  • Perilaku menyakiti diri sendiri seperti mengiris bagian tubuh dan lainnya
  • Beresiko bunuh diri, sekitar 70% dari penderita DID telah melakukan percobaan bunuh diri.

Dissosiative identity disorder ditandai dengan kehadiran dua atau lebih kepribadian atau identitas yang berbeda yang secara kontinu memiliki kekuatan pengaruh terhadap perilaku seseorang.

Dengan gangguan ini ada juga ketidak mampuan untuk meraih memori pribadi yang penting yang sulit dijangkau daripada sekedar hanya kelupaan biasa. Ada pula memori yang sangat berbeda yang berfluktuasi dengan kepribadian individu yang terbagi tersebut.

Penyebab

Sejarah akan trauma yang dialami pada masa kecil adalah kunci dari DID dan merupakan penyebab utama. Sekitar 90% kasus DID melibatkan sejarah penyiksaan. Trauma seringkali berhubungan dengan trauma berat, fisik, dan atau penyiksaan seksual. Bisa juga terhubung dengan kecelakaan, bencana alam dan perang. Kehilangan dini yang penting seperti kehilangan orang tua atau lama terisolasi karena sakit juga dapat menjadi faktor yang mengembangkan DID.

Disosiasi seringkali digolongkan sebagai mekanisme penanganan yang digunakan seseorang untuk memutuskan hubungan dari situasi yang penuh tekanan atau traumatis atau memisahkan ingatan traumatis dari ingatan yang normal. Ini merupakan cara seseorang untuk memutuskan hubungan dari dunia luar dan menciptakan jarak dari kesadaran yang muncul.

Bisa juga terjadi sebagai mekanisme pertahanan melawan sakit secara fisik dan emosional dari suatu pengalaman yang traumatik dan penuh stress. Dengan demikian penderitanya akan dapat melakukan fungsinya seperti biasa dalam kehidupan sehari – hari.

Episode DID bisa terpicu oleh beragam trauma nyata dan simbolis, termasuk peristiwa ringan seperti kecelakaan lalu lintas kecil, sakit, atau stres, pengingat pada penyiksaan sewaktu kecil.

Pengobatan

Kriteria DID yang diperlukan untuk mendiagnosis gangguan identitas disosiatif pada seseorang yaitu:

  • Terdapat dua atau lebih identitas atau kepribadian.
  • Setidaknya ada dua kepribadian yang mengendalikan perilaku secara berulang.
  • Tidak mampu mengingat informasi yang penting mengenai pribadinya.
  • Gangguan ini bukan dialami karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau kondisi medis pada umumnya.

Pengobatan utama untuk DID adalah berupa psikoterapi jangka panjang yang bertujuan untuk membongkar kepribadian yang berbeda – beda dan menyatukan mereka semua kembali. Terapi yang dilakukan termasuk terapi kognitif dan terapi kreatif.

Walaupun tidak ada obat – obatan yang secara khusus dapat mengobati kelainan ini, penggunaan anti depresan dan anti kecemasan atau penenang bisa saja diresepkan untuk membantu mengontrol gejala kesehatan mental yang terhubung dengan DID.

Dengan perawatan yang tepat, banyak orang yang terganggu oleh DID dapat mengalami perbaikan dalam kemampuan mereka untuk berfungsi dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Terapi Untuk Dissociative Identity Disorder

Salah satu bentuk terapi yang dilakukan pada penderita DID adalah hipnotis. Penderita DID umumnya sangat mudah dihipnotis untuk menciptakan suatu kondisi yang mirip dengan trance yang dapat mencegah munculnya ingatan yang menakutkan atau traumatis.

Secara umum, tujuannya adalah pemulihan kenangan yang menyakitkan dengan menciptakan kembali situasi traumatis yang dialami, mengembalikan fungsi umum tubuh penderita, meningkatkan kemampuan sosial, dan keterampilan baru.

Hipnotis dapat menjadi cara menghilangkan trauma pada anak atau cara menghilangkan trauma psikis pada anak sebagai akibat dari dampak kekerasan pada anak. Beberapa prinsip hipnotis adalah:

  • Bertujuan untuk mengintegrasikan beberapa kepribadian atau lebih.
  • Membantu setiap kepribadian untuk memahami bahwa dia merupakan bagian dari satu orang dan adanya kepribadian yang beragam tersebut dimunculkan oleh dirinya sendiri.
  • Terapis perlu menggunakan nama setiap kepribadian untuk kenyamanan dan bukan sebagai cara untuk menegaskan keberadaan setiap kepribadian yang terpisah.
  • Memperlakukan seluruh kepribadian dengan adil dan empati
  • Terapis perlu mendorong empati dan kerja sama dengan pasien di berbagai kesempatan.
  • Diperlukan dukungan dan kelembutan untuk menghadapi pasien berkaitan dengan trauma yang memicu timbulnya berbagai kepribadian, juga menghilangkan trauma masa lalu.

Tujuan dari setiap pendekatan yang dilakukan terhadap DID diperlukan untuk meyakinkan penderita bahwa memecah diri menjadi beberapa bagian dan beberapa kepribadian tidak lagi diperlukan sebagai cara untuk menghadapi berbagai trauma, baik di masa lalu yang menjadi pemicunya maupun di masa datang.

Gunanya tentu untuk mengajarkan kepada penderita untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya dengan cara yang lebih baik dan sehat, sehingga tidak memerlukan respon berupa pelarian dari stres berat yang dirasakan atau dialami. 

Pengaruh DID Terhadap Kehidupan Seseorang

Terdapat beberapa cara dimana proses psikologi dari Dissosiative Identity Disorder mempengaruhi bagaimana cara seseorang menjalani kehidupannya termasuk beberapa hal berikut ini:

  • Depersonalisasi – Merupakan perasaan tidak terhubung dengan tubuhnya sendiri dan seringkali dianggap sebagai pengalaman di luar tubuh.
  • Derealisasi – Merupakan perasaan bahwa seisi dunia tidak nyata dan terlihat samar – samar serta jauh dari kenyataannya.
  • Amnesia – Adalah kegagalan untuk mengingat kembali informasi penting tertentu yang sangat ekstensif dan tidak dapat dikatakan sebagai kealpaan biasa. Ada juga mikro amnesia dimana pasien dapat melupakan isi percakapan yang penting dalam waktu beberapa detik saja.
  • Kebingungan Identitas  – Kebingungan akan identitas diri dan siapa sebenarnya dirinya, sulit mendefinisikan hal – hal yang menjadi minatnya dalam hidup, pandangan politik, sosial dan keagamaannya, atau orientasi seksualnya, dan juga ambisi profesionalnya. Orang tersebut juga dapat mengalami distorsi waktu, tempat dan situasi.

Schizophrenia seringkali salah diidentifikasikan sebagai DID oleh orang awam, namun kedua istilah ini artinya sangat jauh berbeda.

Perbedaan antara Dissociative Identity Disorder dan Schizophrenia adalah bahwa ciri – ciri schizophrenia adalah penyakit mental berat termasuk psikosis kronik dan berulang, yang ditandai utamanya dengan halusinasi dan berpikir atau percaya pada hal – hal yang tidak nyata. Orang dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia tidak memiliki banyak kepribadian.

Delusi dan halusinasi serta mendengar suara – suara merupakan gejala utama dari macam – macam skizofrenia. Bunuh diri adalah resiko yang sama – sama dihadapi oleh penderita skizofrenia dan juga DID, walaupun pasien dengan DID memilki tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan pasien psikiatri lainnya.

You may also like