Anak tunarungu adalah anak yang tidak dapat mendengar. Tidak dapat mendengar ini bisa dimungkinkan karena kurang dengar atau tidak dapat mendengar sama sekali. Berikut adalah definisi tunarungu menurut para ahli :
- Murni Winarsiah (2007:23) menyatakan bahwa tunarungu adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran. Gangguan kemampuan mendengar ini menimbulkan terhambatnya proses komunikasi anak. Sebab saat berkomunikasi akan sangat membutuhkan kejelasan bahasa dengan artikulasi dan ucapan yang jelas sehingga pesan yang diberkan dapat tersampaika dnegan baik dan menghindari salah tafsir makna
- Iwan Suwarman (Edja Sadjaah 2005:75) seorang pakar bidang medik mengelompokkan anak tuanrungu menjadi dua jenis. Pertama hard of hearing artinya anak tersebut masih memiliki sisa pendengaran sehingga cukup digunakan untuk menangkap proses mendengar dengan atau tanpa menggunakanalat bantu dengar. Kedua adalah the deaf adalah anak yang sama sekali tidak dapat mendengar sama sekali sehingga penguasaan bahasa dan komunikasinya rendah baik atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Anak tuli seperti ini sulit mendapatkan informasi sehingga kemampuan bahasanya kurang baik.
Ciri-ciri Tuna Rungu
Ciri-ciri anak tunarungu dibedakan menjadi dua jenis tunarungu ringan, sedang dan berat.
A. Ringan
Anak tunarungu ringan memiliki ciri-ciri :
- Dapat mengerti percakapan biasa dengan jarak dekat
- Kemampuan mendengar baik
- Sulit menangkap isi pembicaraan jika lawan bicara tidak berhadapan dengannya
- Bisa mengikuti pembelajaran di sekolah namun dalam kelas khusus
B. Sedang
Tunarungu sedang memiliki ciri-ciri :
- Mengerti percakapan keras pada sekitar 1 meter sebab ia kesulitan mengerti percakapan jarak normal
- Sulit menggunakan bahasa yang benar
- Kosa katanya terbatas
C. Berat
Tunarungu berat memiliki ciri-ciri :
- Tidak menyadari bunyi keras sama sekali
- Meskipun menggunakan pengeras suara tetap tidak bisa menangkap suara
- Melatih membaca bibir dan mendengar
- Perlu dilatih dan dibimbing
Penyebab Anak Tuna Rungu
Faktor penyebab anak tunarungu disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
- Virus toxoplasma rubella atau campak, herpes, sipilis atau orang tua yang memiliki virus tersebut namun tak menyadari
- Lahir premature
- Sang ibu yang berusaha menggugurkan janinnya
- Anak yang lahir dan kekurangan oksigen
- Meningitis atau radanag selaput otak
- Otitis medis atau radang telinga bagian tengah yang sering menyerang anak-anak usia 6 tahun
- Penyakit atau kecelakaan lainnya
1. Masalah Kognitif Anak Tunarungu
Pada dasarnya, intelegensi anak tunarungu sama dengan anak normal, namun perkembangannya dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa, informasi yang terbatas dan daya abstraksi yang dapat menghambat proses pengambilan pengetahuan yang lebih luas.
Atau dengan demikian, perkembangan intelegensi secara fungsional terhambat. Rendahnya tingklat intelegensi anak tunarungu bukan berasal dari rendahnya intelektual anak tersebut atau kondisi jenis-jenis kepribadian, namun karena proses perkembangan intelegensi anak tunarungu.
Aspek intelegensi anak tuna rungu yang mengalami hambatan adalah yang sifatya verbal, seperti merumuskan pengertian, menghubungkan, menarik kesimpulan dan meramalkan kejadian anak tunarungu sangat mengalami kesulitan saat mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan media lisan dan tulisan untuk mentrasfer pengetahuan. Bahkan penelitian membuktikan bahwa membaca adalah salah satu bidang akademik yang paling rendah akibat dari dampak ketunarunguan anak.
2. Masalah Emosi Anak Tunarungu
Rendahnya pemahaman seorang anak tunarungu terhadap bahsa lisan dan tulisan membuat anak akan mudah menafsirkan sesuatu dengan anggapan negatif sehingga berdampak pada tekanan emosi anak.
Kemudian, adanya tekanan emosi ini dapat menghambat perkembangan pribadinya sendiri sehingga anak tunarungu akan cenderung menutup diri, agresif atau selalu bimbang dan ragu-ragu hingga gangguan kepribadian menghindar, ciri-ciri depresi ringan atau seperti gangguan disosiatif.
Ketidakseimbangan emosi anak tunarungu diakibatkan dari rendahnya pemahaman bahasa lisan dan tulisan serta pada pengaruh lingkungan yang diterimanya.
3. Masalah Bahasa dan Bicara Anak Tunarungu
Seperti kita ketahui bahwa bahasa memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
- Wahana mengadakan hubungan
- Mengungkapkan perasaan, kebutuhan dan keinginan
- Mengatur dan menguasai perilaku orang lain
- Memberi informasi
- Memperoleh pengetahuan
Oleh karena itu, terbatasnya kemampuan pendengaran terjadi proses peniruan suara, kemudian beralih ke peniruan visual, lalau berlanjut pada perkembangan bicara dan bahasa sehingga anak tunarungu membutuhkan pembinaan khusus sesuai dengan taraf ketunarunguannya. Anak tunarungu totoal tentunya tidak bisa menguasai bahasa melalui pendengarannya, melainkan ia harus menggunakan segala aspek pada dirinya.
4. Masalah Perilaku Anak Tunarungu
Para ahli berpendapat bahwa masalah penyesuaian seseorang ditujukan agar mengetahui bentuk kepribadiannya. Paada dasarnya, perkembagan kepribadian itu sendiri adalah tergantung dari hubungan anak dan orang tua terutama seorang ibu terlebih pada awal masa perkembangannya.
Faktor-faktor yang menyebabkan masalah perilaku pada anak tunarungu adalah ketidakmampuan untuk menerima rangsang pendengaran, miskin bahasa, emosi yang tidak tetap, intelegensi yang terbatas dan sikap lingkungan terhadapnya. Serta perhatikan pula cara memelihara kesehatan mental anak yang baik dan benar.
5. Masalah Sosial Anak Tunarungu
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, bahwa kehilangan pendengaran akan mengurangi kemamapuan pemahaman bahasa dan komunikasi. Hal ini menyebabkan anak tunarungu memiliki kemampuahn terbatas dalam berinteraksi sosial dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Hambatan seperti ini dapat diakibatkan dari rendahnya perkembangan kepribadian seperti :
- Harga diri kurang
- Malu-malu
- Merasa curiga dna cemburu berlebihan
- Merasa tidak diperlakukan dengan adil
- Sering diasingkan
- Memiliki perasaan depresif
Metode Penanganan Masalah Anak Tunarungu pada Hubungan Sosial Bermasyarakat
- Orang tua diharapkan mampu mengkomunikasikan maksud anak tunarngu dengan gerak-gerik badan, ekspresi wajah atau lewat suara yang dikeluarkan sembari menunjuk sesuatu
- Memberi kesempatan anak tunaruhngu untuk berkumpul dengan keluarga, orang asing atau teman-temannya seperti makan siang bersama, belajar kelompok bersama, mengunjungi kerabat, mengenalkan mereka pada saudara yang berkunjung dan sebagainya.
- Membrikan kesempatan si anak untuk bebas bermain dengan teman sebayanya yang sebelumnya sudah diberi pengetahuan tentang bagaimana cara berkomunikasi agar sanga anak dapat merasakan masa bergaul di usianya.
- Anak tunarungu diberikan kesempatan untuk melakuakn pekerjaan bersam sehingga cepat dimengerti, bukan malah memberikan perintah dengan kalimat panjang dan bertele-tele.
- Melatih anak tunarungu untuk meningkatkan keterampilannya terhadap barang-barang yang ia punya sehingga iaakan merasa antusia menunggu giliran perhatian dari orang tua ataupun gurnya di sekolah
- Jangan menyuruh anak tunarungu untuk bersosialisasi saat ia dalam keadana tidak siap. Sebab, ia akan merasa malu dan merasa bahwa lingkungan menutup diri dari lingkungan akibat ketunarunguannya tersebut. Oleh sebab itu, motivasi secara terus menerus akan sangat membantu anak tunarungu.
- Hendaknya orang tua dan guru dapat memberikan model perilaku yang baik agar anak tunarungu dapat menirukan perilaku yang baik dari orang-orang terdekatnya. Sebab, empati yang baik aakan membuat anak dapat bergaul dengan lingkungannya dengan sehat danbertanggung jawab.
- Selanjutnya adalah proses afiliasi yang berperan penting pada cara bergaul anak tunarungu dengan orang lain, seperti misalnya aak tunarungu yang ditemani teman sebayanya saat akan membeli kue.
- Proses identifikasi juga menjadi hal penting pada anak tunarungu, misalnya pada saat berada di taman kanak-kanak, anak tunarungu akan kerap melihat dan mengikuti perilaku atau penampilan teman sebayanya atau bisa juga meniruakn keluarga dekatnya seperti ayah, ibu atau saudara perempuannya.
- Diharapkan orang-orang di sekitar anak tunarungu dapat menerima ketunarunguaanya, sebab anak tunarungu akan menerima dirinya sendiri apabila seseorang begitu menerimanya.
Demikian masalah psikologis pada anak tunarungu. Dalam menghambat masalah-masalah psikologis tersebut diharapkan ada peran orang tua, guru serta masyarakat tanpa memandang adanya perbedaan serta pelajari beberapa teori psikologi perkembangan, teori psikologi sastrar, teori penyesuaian diri, teori identitas sosial, teori perkembangan anak menurut para ahli, teori kepercayaan diri dan teori lainnya. Semoga bermanfaat.