Psikologi terdiri dari banyak ilmu seperti psikologi perkembangan, psikologi olahraga, psikologi sosial, psikologi faal, psikologi forensik, psikologi industri dan organisasi, psikologi pendidikan, psikologi eksperimen dan psikologi agama. Psikologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal dan beradab.
Dan agama adalah hal yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia. Sedangkan psikologi agama adalah psikologi yang meneliti kehidupan beragama seseorang serta pengaruh agama pada sikap, tingkah laku dan keadaan hidup yang mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang serta faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut (Zakiyah Drdjat dikutip oleh Jalaluddin, 2004: 15). Menurut Robert Thouless, psikologi agama adalah cabang psikologi yang memahami perilaku keagamaan dengan menggambarkan prinsip-psrinsip psikologi.
Dari beberapa pengertian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa psikologi agama adalah ilmu yang meneliti tentang kejiwaan manusia berkaitan dengan pikiran, perasaan dan kehendak yang berhubungan dengan kehidupan batin, pengaruh pada perbuatan manusia serta ajaran-ajaran yang disampaikan oleh agama (Tuhan) kepada manusia.
Ruang Lingkup Psikologi Agama
Ruang kajian psikologi agama yang mencakup kesadaran beragama seseorang atau dalam kata lain adalah bagian dari agama yang mempengaruhi pikiran, aspek mental dan pengalaman agama.
Karena pada hakekatnya, psikologi agama telah banyak dimanfaatlan dalam berbagai ruang kehidupan seperti pada bidang pendidikan, perusahaan, pengobatan, penyuluhan pada narapidana dan sebagainya. Menurut Zakiyah Dradjat, ruang lingkup psikologi agama adalah :
- Segala bentuk emosi di luar kesadaran yang mempengaruhi kehidupan beragama sesorang misalnya perasaan tenang, pasrah dan menyerah
- Perasaan dan pengalaman seseorang pada Tuhannya misalnya kelegaan batin
- Mempelajari, meneliti dan menganalisis adanya pengaruh dari kepercyaan manusia pada kehiduapan sesuadah mati
- Mempelajari, meneliti dan menganalisis perasaan seseroang pada kepercayaan akan surga dan neraka, dosa dan pahala yang mempengaruhi sikap dan tingkah laku
- lajari, meneliti dan menganalisis pengahayatan seseorang pada bacaan ayat suci terhadap kelegaan batinnya
Sejarah Psikologi Agama
Dari abad ke-19, para ahli tenyata telah menuai banyak perhatian terhadap perilaku manusia yang berkaitan dengan sikap Ketuhanan dimana mereka banyak melakukan penelitian secara ilmiah melalui psikologi agama.
Kajian psikologi agama yang diungkapkan oleh sumber-sumber barat menjelaskan bahwa kajian tersebut dimulai sejak terdapat kajian antropolog dan sosiolog tentang agama. Adanya buku The Psychology of Religion karya E.D Starbuckth tahun 1899 adalah sebagai tanda psikologia agama lahir.
Sedangkan di dunia Timur, kajian psikologi agama lebih dulu hadir daripada kanjian psikologi agama di dunia Barat seperti adanya karya Ibnu Tufail (1110-1185), Hayy Ibnu Yaqzan, Al Ghazali (1059-1111) dalam karya al Munqidz min al Dhalal dan Ihya ‘Ulum al Din dan masih banyak lagi.
Sedangkan di Indonesia sendiri psikologi agama lahir di era 70-an yang dipelopori oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof. Dr. Zakiah Dradjat di lingkungan IAIN.
Manfaat Psikologi Agama dalam Kehidupan Sehari-hari
Psikologi agama telah banyak dimanfaatkan pada sektor kehidupan manusia seperti pada bidang pendidikan, kesehatan, psikoterapi, industri dan lain sebagainya. Seperti misanya adanya ceramah agama pada perusahaan guna mengingatkan para buruh agar tidak melakukan perbuatan yang tidak baik.
Psikologi agama juga bermanfaat sebagai pembangkt perasaan dan kesadaran bergama serta pembinaan moral dan mental keagamaan manusia. Berikut adalah beberapa manfaat psikologi agama :
- Menanamkan cara berpikir positif
Berpikir positif adalah berpikir yang mengarah pada hal-hal yang bersifat baik entah itu terhadap diri sendiri, orang lain ataupun keadaan yang sedang dihadapi. Seseorang yang memiliki pikiran positif akan selalu melihat setiap masalah dengan cara yang positif sehingga menjadi tidak mudah terpengaruh dengan berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi.
Manusia akan selalu memiliki keyakinan bahwa masalah yang timbul akan selalu memiliki solusi yang tepat (Peale, 1996).
- Menamkan kecerdasan kreatif
Menurut Triantoro Safarian, kerativitas adalah kemampuan pikiran yang bersifat fleksibel dan bervariasi. Atau pada garis besar, kreativitas dilihat dari empat macam dimensi yaitu process, person, press and product.
Bentuk kreativitas juga dapat dilihat dari proses individu baik itu dorongan internal maupun eksternal yang dituangkan dalam bentuk produk yang dihasilkan. Asumsi seseorang terhadap bentuk prodyuk kreatif apabila produk tersebut dinilao inovatif, lebih aktual dan lebih berbeda daripada yang lain.
Seperti kita ketahui bahwa agama selalu mendukung segala macam usaha manusia baik itu secara ukhrawi maupun duniawi. Selama hal tersebut tidak bertentangan dengan norma-norma agama akan menjadi ibadah bila dilakukan secara ikhlas.
Ibadah yang bersifat ritual adalah shalat, puasa dan sebagainya. Sedangakn ibadah non ritual seperti gotong royong, menyantuni fakir miskin dan sebagainya.
- Menanamkan kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional terdiri dari potensi-potensi positif pribadi manusia seperti empati, memahami perasaan, mengendalikan amarah, mandiri, mampu menyesuikan diri, memecahkan masalah dengan baik, tekun, setia kawan, ramah serta hormat pada seseroang.
- Membangun kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual sebenarnya dilihat dari bentuk praktek dan aplikasi keagamaan yang terdapat pada keagamaannya bukan hanya pada pemahaman agama saja. Psikologi agama berpran penting dalam membentuk dan meningkatkan kecerdasan spiritual jiwa individu. Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung jati menyatakan bahwa kecerdasan spiritual bukan hanya dilihat dari aspek pemahaman agama saja, namun juga pada aplikasi agama dalam kehidupan sehari-harinya.
- Fungsi edukatif
Secara yuridis, agama berfungsi untuk menyuruh perintah Allah dan tidak melakukan larangan Allah guna mengarahkan bimbingan bagi penganutnya agar terbiasa melakukan hal-hal yang baik menurut ajaran agama Allah.
- Fungsi penyelamat
Psikologi agama juga berfungsi sebagai penyelamat. Artinya dalam psikologi agama juga terdapat penjelasan mengenai dua alam yaitu dunia dan akhirat dimana kedua hal itu harusnya diyakini oleh setiap manusia. Berkomunikasi dengan ajaran agama diantaranya adalah mempersatukan diri kepada Tuhan dan melakukan pembebasa dan pensucian diri.
- Fungsi perdamaian
Dalam psikologi agama, seseorang juga bermanfaat untuk mencapai manfaat relaksasi bagi jiwa dan kedamaian batin dari aspek tuntunan agama dimana rasa bersalah dan berdosa dapat hilang dari batin apabila manusia telah menebus dosa atau kesalahan dengan bertaubat.
- Fungsi social control
Psikologi agama bertujuan sebagai social control dalam tuntunan baik itu secara pribadi atau kelompok yang berfungsi sebagai norma-norma kehidupan agama sehingga agama menjadi pengawas baik secara individu maupun berkelompok. Secara instansi, agama adalah norma yang dipatuhi oleh penganut agama sedangkan secara dogmatis, agama memiliki sifat dogmatis yakni sifat yang berkaitan dengan aspek kenabian.
- Fungsi memupuk solidaritas
Penganut agama secara psikologis memiliki kesamaan kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan tersebut menimbulkan solidaritas baik secara individu maupun secara berkelompok. Psikologi agama juga berfungsi sebagai pembinaan persaudaraan yang kokoh yang dapat diwujudkan dalam sikap saling menghargai antar sesama manusia.
- Fungsi transformatif
Psikologi agama juga berperan sebagai metode atau cara menghilangkan kebiasaan buruk untuk merubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan agama yang dianutnya. Kehidupan baru tersebut berdasarkan ajaran agama dapat menegakkan kesetiaan kepada adat dan norma yang dianu sebelumnya.
Demikian manfaat psikologi agama dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakekatnya, mengetahui psikologi agama sangat dapat dijadikan sebagai cara mengatasi anxiety disorder, cara menghilangkan kecemasan, cara mengatasi psikologis terganggu, cara menghilangkan ketakutan berlebihan yang mungkin kita derita. Semoga bermanfaat.