Home » Gangguan Psikologi » 5 Jenis Gangguan Perilaku Seksual Pada Remaja yang Abnormal

5 Jenis Gangguan Perilaku Seksual Pada Remaja yang Abnormal

by Devita Retno

Banyak orang tua tidak ingin memikirkan anak – anaknya sebagai makhluk seksual hingga mereka mencapai usia dewasa muda. Bagaimanapun, perilaku seksual bisa dimulai sejak masa sangat awal, yaitu masa usia dini. Orang tua dari anak laki – laki sering membicarakan mengenai perilaku seksual anak mereka kelak ketika remaja, dimulai dari cara anak menyentuh dirinya sendiri ketika sedang berganti popok. Kita tentu sering menyaksikan anak bayi memasuki fase dimana mereka senang menyentuh alat kelaminnya sendiri.

Anak – anak adalah makhluk yang selalu ingin tahu mengenai segala hal. Tidak hanya mengenai tubuhnya sendiri, namun juga terhadap tubuh orang lain. Keingin tahuan anak – anak bisa jadi mengarah kepada saling menyentuh bagian pribadi masing – masing atau bermain sebagai dokter dan pasien. Terkadang, perilaku seksual anak – anak dapat melebihi keingin tahuan yang tidak berbahaya. Ada waktunya ketika perilaku seksual anak dapat merugikan atau membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.

Gejala Gangguan Seksual Remaja

Tidak semua fungsi seksual merupakan hal yang abnormal pada anak atau remaja. Faktanya, eksplorasi seksual yang dilakukan antara dua anak dengan usia yang sama, bisa bersifat normal dan menguntungkan keingintahuan mereka. Tingkat kematangan anak – anak berbeda setiap orangnya, maka perkembangan seksual mereka pun tidak akan sama. Namun, seiring perkembangan anak menjadi remaja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain penggunaan pornografi, pelecehan seksual, dan ekspos pada publik adalah tanda – tanda yang perlu diwaspadai.

Hal – hal yang perlu diwaspadai orang tua adalah jika anak atau remaja menunjukkan beberapa perilaku menyimpang yang sama sekali tidak seperti biasanya, antara lain:

  • Perilaku ini muncul secara berkala dan lumayan sering, tidak hanya sesekali saja.
  • Perilaku ini timbul pada anak – anak dalam rentang usia yang beragam, diantara anak – anak dengan kemampuan yang beragam
  • Berkaitan dengan perasaan yang kuat, amarah, kemarahan atau kegelisahan
  • Menyebabkan kerugian atau menyakiti orang lain, berpotensi menyakiti orang lain  dan dirinya sendiri
  • Tidak merespon kepada strategi pengasuhan orang tua, misalnya pemberian disiplin
  • Melibatkan kekerasan atau agresi dalam bentuk apapun.

Masalah gangguan perilaku seksual pada remaja yang ditunjukkan oleh anak – anak adalah suatu hal yang mengganggu. Perilaku yang melibatkan penggunaan anggota tubuh yang tidak senonoh atau berpotensi melukai, seperti pusar, dada, anus, atau alat kelamin. Anak dapat menunjukkan perilaku seksual seperti anak lain yang mungkin saja menyaksikan hal tersebut, atau terlibat dan dapat terluka oleh perilaku demikian.

Penyimpangan Perilaku Seksual Remaja

Anak – anak yang tidak mendapatkan bimbingan seksual dengan benar dan layak dari orang tuanya, bisa saja berakhir dengan memuaskan keingin tahuannya sendiri dengan cara yang menyimpang. Pengetahuan yang didapat dengan cara menyimpang tersebut bisa membuat mereka mengalami penyimpangan dalam perilaku seksualnya. Gangguan perilaku seksual pada remaja yang bisa terjadi ada beberapa macam:

1. Gangguan Identitas Gender (Gender Identity Disorder atau GID)

Gangguan ini berupa terjadinya konflik antara anatomi gender yang dimiliki seseorang remaja dengan identitas gendernya sendiri yang dapat berawal pada masa kanak – kanak. Anak – anak dengan gangguan ini merasakan bahwa anatomi gender mereka merupakan sumber stress yang intensif, dan merupakan anak yang menolak anatomi tubuh mereka sendiri dengan kuat. Contohnya, anak laki – laki yang menolak organ kelamin mereka sendiri merupakan perilaku abnormal. Gangguan  perilaku seksual pada remaja ini dapat menghilang ketika anak sudah lebih dapat menerima identitas gendernya sendiri, atau tetap berlangsung hingga dewasa dan menyebabkan anak mengembangkan identitas sebagai transeksual. Ciri – ciri gangguan identitas gender yaitu:

  • Anak mengekspresikan berulang bahwa ia behasrat untuk menjadi anggota gender yang bukan dirinya.
  • Sering memilih pakaian yang bukan diperuntukkan gendernya
  • Memiliki fantasi yang terus menerus mengenai keinginan untuk menjadi anggota gender lainnya.
  • Tidak nyaman dengan gendernya sendiri dan tidak ingin berperilaku sesuai peran gendernya

2. Fetishisme

Fetisihisme yang merupakan ketergantungan kepada benda – benda mati yang dapat menimbulkan gairah seksual pada seseorang, masuk ke dalam kategori parafilia, suatu gangguan seksual dalam psikologi abnormal. Parafilia yaitu penyimpangan pada hal – hal yang membuat seseorang tertarik, berupa ketertarikan tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Gangguan ini terjadi berulang dan intens setidaknya dalam waktu enam bulan dengan adanya fantasi, dorongan atau perilaku yang menimbulkan gairak seksual yang berhubungan dengan penggunaan benda – benda mati. Fethihisme bisa berawal dari masa remaja, bahkan sejak masa usia dini.

3. Fetishisme Transvetik

Gangguan perilaku seksual pada remaja berupa gairah seksual ketika seorang laki – laki mengenakan pakaian perempuan, walaupun ia tidak merasa ingin menjadi seorang perempuan. Gangguan ini sudah berlangsung setidaknya selama enam bulan pada laki – laki heteroseksual yang merasakan gairah sehubungan dengan penggunaan pakaian lawan jenisnya. Gangguan ini biasanya diawali dengan peristiwa penggunaan pakaian wanita secara waktu tertentu, dan tidak sepanjang waktu. Ketahuilah dampak psikologis akibat seks bebas, gangguan seksual dalam psikologi abnormal, ciri – ciri pubertas, dan macam – macam trauma psikologis.

4. Voyeurisme

Merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan kepuasan secara seksual dengan melihat orang lain tanpa busana atau sedang berhubungan seksual tanpa diketahui obyeknya tersebut. Dengan kata lain, mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain. Walaupun demikian, gangguan perilaku seksual pada remaja berupa voyeurisme biasanya tidak disebabkan oleh keinginan untuk melakukan kontak seksual dengan objeknya tersebut. Gangguan ini pada umumnya berawal dari masa remaja, berakar dari keingin tahuan yang tinggi. Ketahuilah juga mengenai ciri – ciri biseksual, ciri – ciri homoseksual, ciri – ciri lesbian dan pengertian LGBT menurut para ahli.

5. Froterisme

Merupakan gangguan yang berkaitan dengan menyentuh secara seksual pada bagian tubuh orang lain yang sama sekali tidak menduga akan terjadinya hal tersebut. Walaupun belum pernah dilakukan penelitian secara mendalam, namun ada indikasi jika ini merupakan salah satu gangguan perilaku seksual pada remaja karena dapat dimulai sejak masa remaja.

Tanda gangguan perilaku seksual anak dan remaja

Remaja yang memiliki penyimpangan seksual perlu diawasi dengan seksama dengan melihat berbagai tanda yang muncul pada perilakunya sehari – hari. Orang tua perlu melihat perilaku seksual berbeda yang ditampilkan oleh anak atau remaja untuk mengetahui adanya gangguan perilaku seksual pada remaja tersebut, antara lain:

  • Anak yang menyentuh dirinya sendiri secara seksual, menyebabkan kesakitan fisik atau kerusakan serius. Contohnya menyentuh bagian pribadinya sehingga lecet dan memar.
  • Anak yang sering berusaha untuk melihat orang lain ketika sedang tidak berpakaian, misalnya mengintip ke bawah pintu kamar mandi, terutama pada anak lain.
  • Melakukan interaksi seksual dengan anak lain dan melibatkan perilaku yang tidak patut seperti menyentuh ( terutama dengan anak yang lebih muda), kontak oral dengan genital dan bahkan hubungan intim.
  • Perilaku seksual yang melibatkan pemaksaan, agresi, dan kekasaran yang merupakan kekhawatiran terbesar dari gangguan perilaku seksual remaja.

Jika orang dewasa yang menyiksa anak secara seksual mungkin saja memiliki penyimpangan seksual tertentu, masalahnya akan sangat berbeda pada anak – anak. Perilaku seksual anak – anak biasanya terjadi karena alasan lain, misalnya ketika anak merasa gelisah atau marah, bereaksi atas pengalaman trauma tertentu atau mengalami dampak kekerasan pada anak, terlalu ingin tahu mengenai hal – hal yang berbau seksual, mencari perhatian, mencoba mengintimidasi yang lain, atau hanya mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Yang perlu diperhatikan oleh orang tua

Perlu diingat bahwa ada beberapa karakteristik tertentu pada gangguan perilaku seksual pada remaja tersebut, dengan mengamati perilaku psikologi remaja antara lain:

  • Perilaku seksual pada anak dan remaja bervariasi dari mulai tipikal hingga bermasalah.
  • Waspadalah jika perilaku seksual remaja tidak merespon pada intervensi orang tua.
  • Perilaku seksual yang melibatkan penggunaan kekerasan, paksaan, kekasaran harus mendapat perhatian serius dan dibutuhkan dukungan profesional.
  • Anak lelaki dan perempuan keduanya bisa mengalami gangguan perilaku seksual remaja.
  • Perawatan awal dapat membantu mencegah masalah perilaku seksual yang akan timbul di masa depan.

Membicarakan pendidikan seksual dengan anak dan membahas mengenai perbedaan perilaku seksual yang normal, sehat dan menyimpang adalah hal yang penting untuk mengajari bagaimana anak perlu dapat melihat tanda – tanda bahaya penyimpangan pada orang lain. Orang tua juga perlu membantu anak dalam menetapkan pola seksual yang positif, yang merupakan bagian penting dari perkembangan anak. Walaupun topik ini merupakan topik yang tidak nyaman untuk dibahas, namun sangat krusial bagi orang tua untuk mengambil peran aktif dalam pertumbuhan anak, dan membantu anak terutama remaja untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya menuju kedewasaan.

Gangguan perilaku seksual pada remaja tidak terbatas pada kelompok jenis kelamin tertentu. Perilaku seksual bermasalah dapat muncul pada anak – anak dari segala rentang usia, tingkat sosial dan tingkat ekonomi tertentu, kelompok budaya, kondisi kehidupan, dan beragam struktur keluarga. Sebagian anak dengan gangguan perilaku seksual memiliki orang tua yang harmonis, sebagian berasal dari rumah yang orang tuanya berpisah. Sebagian memiliki latar belakang korban kekerasan, sementara sebagian lagi tidak pernah mengalami kekerasan seumur hidupnya. Namun kesamaannya adalah bahwa mereka merupakan anak – anak atau remaja yang menunjukkan perilaku yang menyimpang dan tidak bisa diterima sehingga membutuhkan perawatan intensif.

You may also like