Home » Gangguan Psikologi » 16 Gangguan Seksual Dalam Psikologi Abnormal

16 Gangguan Seksual Dalam Psikologi Abnormal

by Khanza Savitra

Psikologi abnormal adalah salah satu dari cabang cabang psikologi yang menjelaskan tentang bidang klinis, dimana cabang ilmu ini mempelajari mengenai pola perilaku abnormal serta menggunakan cara-cara tertentu yang digunakan untuk membantu orang dengan perilaku abnormalitas. Cakupan psikologi abnormal ini lebih luas, tidka hanya mnejelaskan mengenai gangguan psikologis saja. Studi di dalamnya menjelaskan tentang gangguan mental secara umum yang mana dikaitkan dengan medical model. Model ini menganggap jika perilaku abnormal merupakan efek dari gangguan atau penyakit yang mana menjadi dasar dari model tersebut.

Ada 2 pokok yang mendefinisikan tentang psikologi abnormal, yaitu:

  • Piskologi abnormal merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mana khusus pada bidang yang membahas abnormalitas.
  • Psikologi abnormal membahas tentang bentuk gangguan serta kelainan, baik itu penyebab, manifestasi dan akibat.

Perilaku seksual bisa dianggap sebagai sesuatu yang abnormal jika bersifat self defeating, menyimpang dari norma-norma sosial, menyebabkan distress personal, menyakiti orang lain, bahkan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam kehidupan normal. Untuk memahami perilaku abnormal, para psikolog menggunakan DSM (Diagnostic and statistic manual of mental disorder) yang mana sebagai acuan. DSM merupakan sistem klasifikasi gangguan mental secara luas. DSM sendiri menggunakan kriteria yang spesifik yang digunakan untuk mengelompokkan pola-pola perilaku abnormal. Nah kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai gangguan seksual dalam psikologi abnormal.

Gangguan Identitas Gender

Identitas gender menjelaskan tentang bagaimana seseorang merasa jika dirinya adalah pria atau wanita. Identitas gender dalam normal didasarkan tentang anaatomi gender. Namun pada Gangguan identitas gender , terjadi konflik dalam diri seseorang mengenai anatomi gender dengan identitas gendernya. Gangguan identitas gender ini mulai terlihat pada awal masa kanak-kanak. Diagnosanya diterapkan pada anak-anak yang memiliki pendapat kuat dan menolak sifat anatomi diri mereka sendiri ataupun mereka yang fokus pada aktvitas dan hal lainnya yang dilakukan gender lainnya.

Banyak orang dewasa yang merasa dirinya transeksual melakukan sesuatu seperti operasi peruabahan gender. Pada operasi ini, akan dibuat alat genetal eksternal yang mana memiliki bentuk yang mirip dengan alat genital dari gender yang diinginkannya. Orang yang telah menjalani operasi semacam ini akan bisa melakukan aktivitas seksual, namun tidka dapat melahirkan anak karena tidak adanya organ reproduksi internal dari gender yang di inginkannya.

Identitas gender ini sangat berbeda dibandingkan dengan orientasi seksual. Jika LGBT, gay, dan lesbian memiliki minat seksual pada anggota gender yang sama dengan mereka. Namun identitas gender konsisten dengan anatomi seks yang dimilikinya. Tidak seperti orientasi seksual, identitas gender sangat jarang untuk ditemukan. Mereka tidak menganggap diri mereka masuk ke dalam golongan gay dan lesbian.

Paraphilia

Di dalam DSM IV-TR, dijelaskan jika paraphilia merupakan sekelompok gangguan yang mana di dalamnya mencakup tentang ketertarikan seksualnya kepada objek-objek yang tidak wajar ataupun aktivitas seksual yang tidak seperti pada umumnya. Dapat dikatakan jika paraphilia merupakan perilaku seksual yang mana terdapat objek yang tidak biasa. Ada 3 kategori yang dijelaskan dalam paraphilias.

1. Preferences for Nonhuman Object 

Dalam hal ini preferensi yang digunakan untuk objek bukanlah manusia. Ada 2 jenis prefensi, yaitu fetishisme dan fetishisme transvestik.

a. Fetishisme 

Dalam hal ini mencakup tentang ketergantung pada objek atau benda-benda mati yang digunakan untuk memicu gairah seksual. Hal ini bisa terwujud dalam 2 cara, salah satunya yang lebih ekstrim dibandingkan lainnya. Salag satu bentuk nya dengan beberapa objek, yang paling sering digunakan adalah celana dalam wanita ataupun pakaian lainnya. Hal ini memang tidak terlalu bahaya dan mungkin masih nisa diterima pada orang-orang tertentu. Bentuk yang lebih ekstrim dari fetisismen ini adalah benda yang tidak hidup sepenuhnya yang menjaid pengganti pasangan manusia seperti pakaian, sepatu, ataupun benda-benda dengan tekstur sutra atau beludru.

b. Fetishisme Transvestik

Dalam hal ini prakteknya menggunakan pakaian lawan jenis yang bertujuan untuk mendapatkan rangsangan seksual. Jenis paraphilia ini dilakukan orang untuk mencapai orgasme dengan cara cross dressing. Hal ini memang jarang ditemukan pada kaum wanita, sehingga seringkali kaum laki-laki yang digunakan sebagai contoh pada paraphilia. Ada 2 tujuan yang berbeda yang dikaitkan, dalam satu aspek seseorang yang berupaya untuk memicu gairah seksualnya dengan pasangan hanya dengan sebagian berpakaian seperti seorang wanita. Dalam bentuk lainnya, ada laki-laki yang menyerupai seperti gaya laki-laki dengan menunjukkan beberapa masalah identitas gender namun belum tentu termasuk homoseksualitas.

2. Preferences for Situations Causing Suffering

Dalam hal ini menyebabkan situasi yang memicu terjadinya penderitaan. Ada beberapa gangguan jiwa yang masuk di dalamnya.

a. Ekshibisionisme

Ekshibisionisme atau yang dikenal dengan exhibitionism melibatkan adanya dorongan yag kuat dan berulang terus menerus dengan tujuan untuk menunjukkan alat genitalnya kepada orang yang tidak dikenal dan tidak menduga. Tujuannya tentu saja membuat korban-korban yang melihatnya syok ataupun terangsan secara seksual. Orang yang mengalami gangguan ini bermasturbasi hingga membayangkan ataupun benar-benar menunjukkan organ genitalnya. Hampir sebagian besar kasus ini terjadi pada kaum pria dengan korban adalah wanita.

Orang yang didiagnosa ekshibisionisme  biasanya tidak memiliki ketertarikan seksual yang aktual dengan korban sehingga biasanya kurang berbahaya. Namun jika korban merasa jika dirinya ada dalam bahaya yang besar hingga mengalami trauma dikarenakan peristiwa tersebut. Saran yang terbaik untuk korban yang mengalami peristiwa ini adalah tidak memberikan reaksi apapun terhadap pelaku ekshibisionisme dan tetap berusaha bersikap biasa saja.

b. Sadism dan Masochism

Gangguan seksual ini digambarkan seseroang yang ingin menimbulkan kepuasan seksual namun dengan cara memicu rasa sakit hingga penderita psikologi pada orang lainnya. Hal ini merupakan karakteristik utama dari sadisme seksual. Sedangkan masokisme, Preferensi kuat agar mendapat ataupun meningkatkan kepuasan seksual dilakukan dengan cara menjadikan dirinya sendiri sebagai subjek dari rasa sakit tersebut.

c. Voyeurisme

Merupakan kondisi yang mana seseorang memiliki preferensi yang tinggi untuk bisa mendapatkan kepuasan seksual dengan cara melihat orang lain yang tidak menggunakan busana ataupun sedang berhubungan seksual. Melihat gambar syur dan sebagainya adalah kondisi yang normal. Perbedaannya dengan voyeurisme adalah aktivitas yang dilakukannya tersebut telah menggantikan aktivitas seksual nomrla. Namun meskipun begitu voyeurisme juga memungkinkan penderitanya terlibat dalam kegiatan seksual heteroseksual yang normal.

d. Froteurisme

Merupakan gangguan yang mana berkaitan dengan aktivitas melakukan sentuhan dengan orientasi seksual pada bagian dari tubuh seseorang yang mana seseorang tersebut tidak menaruh curiga terhadap hal itu. Misalnya saja penderita froteur berusaha menggosokkan organ genitalnya ke bagian paha atau pantat wanita ataupun menyentuh bagian payudara ataupun alat kelaminnya. Dan tindakan ini biasanya dilakukan di tepat-tempat yang umum.

e. Pedophilia dan Incest

Pedofilia merupakan tindakan yang menginginkan rangsangan seksual dengan kontak fisik pada anak-anak. Hal ini berbeda dari voyeurisme dan eksibisionisme dan tentu saja hal tersebut akan berdampak pada anak, misalnya gangguan jiwa pada anak. Umumnya pedophil merupakan orang yang memiliki akses mudah kepada anak-anak. Sebagai orang tua, pentingnya untuk melakukan proteksi kepada anak-anak dari orang-orang dengan perilaku pedofil.

Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual merupakan gangguan yang berhubungan dengan fase-fase tertentu yang berasal dari siklus respon seksual. Contoh dari disfungsi seksual ini dapat termasuk gangguan gairah seksual, gangguan hasrat seksual, gangguan nyeri seksual, dan gangguan orgasme. Berikut ini beberapa gangguan yang termasuk ke dalam disfungsi seksual.

1. Hypoactive Seksual Desire Disorder

Gangguan ini dapat muncul pada diri seseorang yang memiliki penuruna fantasi seksual, atau dalam kata lain tidak memiliki keinginan untuk melakukan aktivitas seksual. Dalam kondisi ini biasanya penderita tidak memulai ataupun memiliki respon yang lambat terhadap pasnagannya dalam konteks seksual. Gangguan ini dapat muncul pada usia remaja dan kemudian bertahan hingga sepanjang hidup seseorang. Biasanya keinginan seksual ini dapat terjadi pada usia dewasa, seringkali terjadi ketika mengalami  tanda-tanda stress.

2. Sexual Aversion Disorder

Seseorang yang memiliki gangguan ini memiliki rasa untuk menghindari secara terus menerus dan enggan untuk melakukan kontak seksual genital dengan pasangannya. Keengganan untuk melakukan seks ini lah yang menjadi penyebab kesulitan untuk melakukan hubungan seksual dengan seseorang. Individual yang memiliki gangguan ini disertai dengan laporan kecemasan yang ekstrim, bahkan hingga terjaid serangan panik, pusing, pingsan, hingga mual.

3. Female Sexual Arousal Disorder

Gangguan gairah yang terjadi pada wanita, yang mana digambarkan sebagai ketidakmampuan wanita untuk bisa menyelesaikan aktivitas seksual dengan adanya pelumasan yang memadai. Tidak ada pembengkakakan alami alat kelamin maupun pelumasan vagina. Gejala-gejala ini tentunya menyebabkan masalah di dalam hubungan interpersional, sehingga masuk ke dalam salah satu gangguan seksual. Seringkali, wanita-wanita yang memiliki gangguan ini akan mengalami sakit ketika melakukan hubungan seksual, sehingga seringkali menghindari untuk melakukan kontak seksual dengan pasangannya.

4. Male Erectile Disorder

Jika seorang pria tidak mampu untuk mempertahankan ereksi ketika melakukan aktivitas seksualnya, maka mungkin dapat dikategorikan mengalami gangguan ereksi pada laki-laki. Masalah ini biasanya terjadi secara persisten atau berulang. Gangguan ini lah yang kemudian menyebabkan kesulitan dalam melakukan hubungan dengan pasangan seksualnya. Bahkan beberapa laki-laki memiliki masalah tidak bisa mendapatkan ereksi sama sekali saat berhubungan seksual. Atau laki-laki yang mungkin memiliki ereksi yang cukup, namun hilang saat beraktivitas seksual. Gangguan ini mungkin akan hadir sepanjang hidup dan tentu saja butuh penanganan agar kondisinya tidak terlanjur serius dan parah.

5. Female Orgasmic Disorder

Merupakan gangguan orgasme pada wanita yang terjadi diakibatkan adnaya penundaan ataupun tidak terjadi orgasme yang berkaitan dengan hubungan skesual. Kondisi ini tentu saja akan menyebabkan timbulnya masalah di dalam hubungannya dengan pasangan seksualnya sehingga didefinisikan sebagai sebuah gangguan.

6. Male Orgasmic Disorder

Gangguan ini terjadi ketika laki-laki mengalami kondisi keterlambatan ataupun tidak terjadinya orgasme ketika menjalani hubungan seksual, mungkin saja laki-laki tersebut mengalami gangguan orgasme pada pria. Untuk bisa memenuhi syarat dari gangguan tersebut, gejala-gejala yang ditunjukkan haruslah signifikan pada individu tersebut.

7. Premature Ejaculation

Ketika rangsangan seksual yang diterima sangat minim namun menyebabkan orgasme dan ejakulasi dapat terjadi secara terus menerus untuk laki-laki, maka dapat dikatakan jika dirinya menderita ejakulasi dini. Waktu ejakulasi tentu saja akan menimbulkan masalah pada seseorang maupun hubungan seksual yang dilakukannya, dan hal ini lah yang masuk sebagai syarat gangguan. Ejakulasi dini biasanya dapat terlihat pada pria yang masuh muda yang mana mengalami ejakulasi dini pada saat pertam kali melakukan hubungan seksual.

8. Dyspareunia (Dispareunia)

Dispareunia merupakan gangguan nyeri seksual yang terjadi pada organ genital ketika sedang melakukan hubungan seksual. Dan hal ini bisa terjadi pada pria maupun wanita. Namun seringkali gangguan ini terjadi pada kaum wanita. Dispareunia cenderung dapat menjadi kronis dan tentu saja akan menganggu kehidupan penderitanya.

Nah itu tadi beberapa gangguan seksual yang masuk ke dalam psikologi abnormal. Gangguan-gangguan seksual tersebut dapat terjadi pada siapapun, baik pria maupun wanita yang dipicu oleh faktor-faktor tertentu. Dibutuhkan penanganan yang tepat dan khusus agar gejala-gejala pada gangguan tersbeut dapat menurun dan tidak menggangu kehidupan dari penderitanya. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat.

You may also like