Home » Teori Psikologi » Cinta » Teori Cinta Sternberg (The Triangular Theory of Love) – Teori dan Tipenya

Teori Cinta Sternberg (The Triangular Theory of Love) – Teori dan Tipenya

by Khanza Savitra

Dalam cabang-cabang ilmu psikologi, ada beberapa ilmuwan yang membahas teori tentang hubungan cinta antara dua individu. Salah satunya teori cinta Sternberg. Teori ini banyak digunakan untuk meneliti  korelasi antara cinta dengan pernikahan, orientasi hubungan romantis, kecenderungan seseorang dalam berkomitmen dan lain sebagainya. Terlebih, teori ini juga menjadi dasar dari psikologi cinta.

Sekilas Mengenai Sternberg

Pencetus teori cinta Sternberg ini merupakan ahli ilmu psikologi keturunan Amerika ini memiliki nama lengkap Robert Jeffrey Sternberg. Beliau dilahirkan setelah perang dunia kedua di sebuah kota kecil Newark, New Jersey – Amerika Serikat, pada 8 Desember 1949.

Prestasi yang diraihnya selama menjadi orang nomor satu di Asosiasi Psikologi Amerika, yaitu EL Thorndike, untuk bidang psikologi pendidikan. Sternberg dikenal karena penelitiannya tentang teori kecerdasan dan mencapai kepopulerannya dengan teori cinta Sternberg yang mulai ia kembangkan sejak tahun 1986.

Berikut topik yang menjadi bahan penelitian beliau :

  1. Mekanisme mental, kecerdasan dan kreativitas.
  2. Gaya berpikir.
  3. Modifikasi Kecerdasan Kognitif.
  4. Kepemimpinan.
  5. Teori Cinta dan Benci.

Baca juga: Konsep Diri Dalam Psikologi

Definisi Cinta Menurut Sternberg

Bicara tentang teori cinta, ada beberapa ilmuwan psikolog yang juga memberikan penjelasan, diantaranya Baron & Byrne pada tahun 2000. Mereka menyatakan pandangannya tentang cinta yang dianggap sebagai kombinasi segala yang dirasakan seseorang, pengenalan dan aktivitas pada hubungan intim.

Sedangkan  Sternberg mengklasifikasikan teori cinta dengan membaginya menjadi tiga komponen : kedekatan, hasrat dan komitmen. Ia merangkum dalam sebuah gambar berbentuk segitiga yang dikenal dengan Segitiga cinta Sternberg.

Oleh Sternberg, cinta juga didefinisikan sebagai sebuah cerita kehidupan yang ditulis seseorang. Dimana peristiwa tersebut berisi tentang karakter pribadi, minat dan perasaan dalam koneksinya kepada orang lain. Sternberg menilai, cerita-cerita yang dilukiskan oleh setiap orang akan menjadi dasar seseorang dalam membuat keputusan dalam sebuah hubungan.

Baca Juga : Kode Etik Psikologi

Komponen Cinta Menurut Sternberg

Berikut komponen cinta menurut Stenberg:

  • Kedekatan (Intimacy)

Kedekatan yang dimaksud adalah rasa terikat, lekat dan perasaan dekat dalam sebuah hubungan romantis.  Perasaan tersebut dilandasi oleh unsur emosi yang dikombinasikan dengan rasa percaya antara dua pihak individu.

Dalam perkembangannya, keintiman ini tidak hanya pada pasangan saja, namun lebih luas seperti hubungan antara anggita keluarga atau sahabat. Ciri khas dari komponen ini adalah, meskipun ia berada pada level rendah, namun dengan adanya intensitas komunikasi yang terjalin dengan baik, maka keintiman tersebut akan mengalami peningkatan.

Berikut contoh yang timbul dengan adanya komponen intimacy :

  1. Adanya komunikasi intim yang intens.
  2. Rasa ingin membahagiakan pasangan.
  3. Perasaan senang saat bersama pasangan.
  4. Mengerti dan mendukung keadaan orang yang dicintai.
  5. Menghargai pasangan dan orang yang dicintai mereka.
  • Hasrat (Passion)

Unsur ini adalah dorongan kuat untuk bersama seseorang dalam hal cinta, yang didukung dengan adanya ketertarikan secara fisik dan seksual. Tidak seperti intimacy, komponen hasrat ini terbatas pada hubungan romantis antar individu. Peningkatan hubungan ini juga lebih cepat dari komponen intimacy.

Indikasi dalam unsur passion diantaranya adalah :

  1. Kebutuhan seksual
  2. Keinginan dan kebutuhan untuk bertemu dengan pasangan.
  3. Saling ingin diasuh dan mendominasi satu sama lain.
  4. Memikirkan orang yang dicintai.
  5. Ingin berkorban untuk yang dicintai.
  • Komitmen (Commitment)

Komponen ini juga dikenal dengan decision karena merujuk pada keputusan untuk mencintai dan menetapkan ingin selamanya bersama pasangan hidupnya. Sama seperti intimacy, perasaan ini tidak muncul pada pasangan romantis, melainkan juga keluarga dan hubungan kerabat. Unsur in imerupakan puncak dari komponen cinta.

Indikasi dalam unsur commitment adalah rasa ingin saling mempertahankan walau terjadi pasang-surut dalam perjalanan hubungan keduanya.

Baca juga:

Teori Cinta Stenberg

Sternberg membuat segitiga dari hubungan antara ketiga komponen yang telah disebutkan diatas seperti gambar berikut ini :

 

Masing-masing komponen mendefinisikan makna cinta yang dialami oleh seseorang. Dan masing-masing pasangan akan memilik bentuk segitiga yang berbeda-beda berkaitan dengan intensitas masing-masing unsur tersebut.

Baca :

Tipe – Tipe Cinta Menurut Stenberg

Kemudian, dari teori cinta Sternberg diatas, maka dapat disimpulkan tipe-tipe cinta menurut Sternberg seperti berikut ini :

1. Non-Love (Tidak Ada Cinta)

Kondisi dimana tidak terdapat tiga unsur dari teori cinta Sternberg. Contohnya pada hubungan perkenalan atau hubungan dengan orang-orang biasa (casual interaction).

2. Liking (Menyukai)

Kondisi dimana yang  mendominasi adalah unsur intimacy (perasaan menyukai). Contohnya ada pada hubungan pertemanan yang tidak menimbulkan gairah. Bahkan ketika passion itu muncul, maka seketika salah satu pihak akan merasakan kehilangan.

3. Infatuation (Cinta Gila)

Kondisi dimana gairah mendominasi kuat, namun tidak ada hasrat dan komitmen. Contohnya cinta saat pertama kali melihat seseorang (love at first sight).

4. Empty Love (Cinta Kosong)

Tidak sedikit hubungan pernikahan mengalaminya. Ini adalah kondisi dimana dalam suatu hubungan komitmen tanpa ada kedekatan dan hasrat. Contohnya pada pernikahan paksa.

5. Romantic Love (Cinta Romantis)

Sebaliknya, hubungan ini hanya didominasi oleh hasrat dan kedekatan tanpa adanya komitmen. Contohnya, cinta lokasi antara dua individu yang bisa saja berakhir ketika keduanya sudah tidak berada pada lokasi/lingkungan bersama.

6. Companionate Love (Cinta Persahabatan)

Contoh dari hubungan ini adalah hubungan persahabatan yang keduanya saling menjaga untuk waktu yang lama. Berisi komponen kedekatan dan hasrat.

7. Fatuous Love (Cinta Bodoh)

Sebuah hubungan cinta yang ironis. Yaitu adanya komitmen dan hasrat. Namun tanpa adanya kedekatan. Contohnya ada pada pernikahan yang terjadi dengan cepat atas pertimbangan passion.

8. Consummate Love (Cinta Sempurna)

Ini adalah puncak cinta dari sebuah hubungan yang diidamkan oleh semua orang. Yakni keseimbangan yang terjadi antara intimacy, passion dan commitment. Meskipun Sternberg sendiri menyatakan bahwa kondisi yang seperti ini sulit dan membutuhkan kecerdasan dari pasangan tersebut dalam rangka mempertahankannya.

Baca : Teori Belajar dalam Psikologi

Kesimpulan Teori Cinta Sternberg

Didalam hubungan percintaan, komponen intimacy dan commitment adalah dua unsur yang cenderung stabil. Itu artinya passion dinilai sebagai komponen yang selalu naik turun. Semuakomponen tersebut akan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas waktu yang dihabiskan oleh kedua individu itu.

Sternberg juga menyatakan bahwa faktor umur seseorang dapat menjadi pengaruh ada-tidaknya unsur-unsur cinta tersebut (intimacy, passion dan commitment). Misalnya, remaja akan megalami hubungan romantis yang kemudian akan berangsur-angsur berubah.

Baca Juga : Kode Etik Psikologi

Keseimbangan antara tiga komponen cinta yang dialami seseorang dalam hubungan akan cenderung bergeser dari satu tipe ke tipe lainnya. Hal ini tergantung bagaimana interaksi yang kemudian merubah dominasi masing-masing komponen tersebut. Dengan mengetahui adanya komponen-komponen ini, Sternberg berharap, setiap individu dapat mengetahui dan mengenali pola hubungan, sehingga membantu untuk tahu kapan sebuah hubungan bermula dan akan berakhir.

Itulah penjelasan mengenai teori cinta sternberg dalam psikologi pendidikan, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Artikel Terkait

You may also like