Home » Ilmu Psikologi » Antropologi » Antropologi – Teori, Konsep, Jenis, Metode, dan Penjelasannya

Antropologi – Teori, Konsep, Jenis, Metode, dan Penjelasannya

by Khanza Savitra

Antropologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang membahas mengenai budaya masyarakat suatu etnis. Antropologi muncul karena adanya ketertarikan dari orang Eropa yang melihat budaya, ciri-ciri fisik dan adat istiadat yang berbeda.

Kata antropologi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu “anthropos” yang berarti manusia dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah, antropologi dapat didefinisikan sebagai suatu keilmuan yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik, serta kebudayaannya.

Obyek dari antropologi adalah manusia, kebudayaan serta perilakunya. Obyek antropologi dengan kata lain menyangkut semua manusia dimanapun dan kapanpun. Tujuan dari antropologi adalah untuk membangun masyarakat dengan mempelajari perilaku, bagaimana manusia dapat bermasyarakat dalam suku bangsa dan budaya manusia. Antropologi memadukan secara integratif tujuan biologi dan sosio-budaya dalam kehidupan.

baca juga :

Pengertian Antropologi Menurut Ahli

  • Ralf dan Harry: Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia dan semua yang dikerjakan oleh manusia.
  • David Hunter: Antropologi sebagai  keilmuan yang lahir dari keingintahuan mengenai manusia yang tidak terbatas.
  • Zerhun Dodda: Antropologi sebagai suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia.
  • William A. Haviland: Antropologi sebagai studi mengenai umat manusia, dimana antropologi berusaha menyusun generalisasi tentang manusia dari perilakunya untuk mendapatkan pengetahuan keanekaragaman manusia itu sendiri.
  • Koentjaraningrat: Antropologi merupakan suatu studi mengenai umat manusia dengan mempelajari berbagai bentuk fisik, warna dan budaya yang dihasilkan masyarakat.

Baca juga: Psikologi eksperimen

Perkembangan Antropologi

Antropologi muncul dan mulai berkembang sejak abad ke-15. Secara umum, perkembangan antropologi dibagi menjadi empat fase. Keempat fase tersebut dijabarkan dibawah ini:

1.Fase Pertama (abad 15-18)

Fase pertama dimulai sejak kemunculan studi antropologi yaitu abad ke-15 hingga abad ke-18. Pada akhir abad ke-15, orang Eropa mulai menjelajah dan mendatangi suku-suku banga di benua lain. Benua yang dikunjungi adalah Afrika, Amerika dan Asia.

Penjelajahan tersebut menghasilkan laporan serta kisah-kisah perjalanan. Laporan dan kisah tersebut ditulis oleh para pelaut, musafir, pegawai kolonial dan pendeta penerjemah. Orang Eropa tertarik dengan berbagai kisah dan laporan tersebut. Mereka tertarik pada perbedaan adat, susunan masyarakat dan ciri-ciri fisik suku bangsa dari benua lain.

Selain itu, bahan pengetahuan tersebut adalah bahan etnografi yang secara umum tidak teliti dan hanya mendeskripsikan hal yang aneh saja. Pada akhir abad ke-18, bahan etnografi tersebut menarik perhatian para ilmuwan Eropa. Pada waktu inilah usaha integrasi bahan etnografi muncul. Para ilmuwan Eropa memulai suatu usaha untuk mengintegrasikan bahan etnografi dari seluruh dunia menjadi satu.

Baca juga: Psikologi sastra

2. Fase Kedua (pertengahan abad ke-19)

Pada pertengahan abad ke-19, antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan informasi mengenai tingkatan kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Pada fase ini muncul karangan yang menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi dan difusi.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Fase ketiga adalah masa dimana antropologi mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa untuk kepentingan pemerintah kolonial. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan pengertian mengenai masyarakat masa kini yang kompleks. Fase ini berkaitan dengan kemantapan kekuasaan dari negara-negara penjajah Eropa.

4. Fase Keempat (setelah tahun 1930)

Fase keempat ditandai dengan terjadinya dua perubahan penting yaitu makin hilangnya bangsa-bangsa primitif dan timbulnya sikap antipati terhadap kolonialisme. Pada masa ini antropologi seolah telah kehilangan lapangan dan obyek penelitian sehingga mengembangkan lapangan penelitian baru. Fase ini antropologi menetapkan tujuan barunya. Antropologi memiliki tujuan akademik untuk mencapai pengertian makhluk manusia secara umum dengan jalan mempelajarinya. Tujuan praktis antropologi adalah mempelajari beragam warna masyarakat suku bangsa di dunia untuk membangun bangsa tersebut.

Baca juga: Psikologi Keperawatan

Teori Antropologi

Antropologi semakin berkembang karena adanya teori-teori yang bermunculan dan berkembang. Teori antropologi tersebut adalah sebagai berikut:

Teori Evolusionisme Deterministik

Teori Evolusionisme Deterministik dapat dikatakan sebagai teori tertua di deretan teori antropologi. Teori ini dikembangkan oleh Lewis Henry Morgan dan Edward Burnet Tylor. Teori ini muncul dari anggapan adanya hukum universal yang mengendalikan perkembangan semua kebudayaan manusia. Berdasarkan teori ini setiap kebudayaan mengalami fase-fase atau evolusi.

Lewis Henry Morgan (1818-1881) menggambarkan proses evolusi masyarakat dan kebudayaan dengan delapan tahap evolusi universal yang dituangkan dalam karyanya dengan judul Ancient Society. Delapan tingkat evolusi tersebut adalah zaman liar, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya, zaman barbar muda, zaman peradaban purba dan zaman peradaban masa kini.

Baca juga: Psikologi Abnormal

Teori Partikularisme

Teori partikularisme muncul setelah berakhirnya masa teori evolusionisme. Pemikiran baru ini dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang menentang teori evolusionisme. Teori ini disebut juga sebagai partikularisme historic. Boas tidak setuju dengan teori evolusi tentang adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan. Boas berpendapat meskipun hanya satu unsur, kebudayaan tetap harus dipelajari dalam konteks masyarakat di mana unsur tersebut berada. Teori partikularisme berpandangan bahwa perkembangan tiap kebudayaan mempunyai kekhasan sendiri-sendiri dan tidak dapat digeneralisasikan ke dalam aturan atau hukum yang universal.

Baca juga: psikologi konseling

Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942). Teori ini beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalis menekankan bahwa setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Jenis – jenis Antropologi

Antropologi dibagi menjadi beberapa cabang secara khusus yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Cabang antropologi tersebut masih dibagi lagi menjadi sub bidang, seperti dibawah ini:

1. Antropologi Fisik

Menurut Haviland, antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis. Antropologi fisik membahas manusia berdasarkan evolusinya serta menyelidiki manusia dari variasi biologis dalam berbagai jenis (spesies). Analisis antropologi fisik diperoleh dari fosil-fosil dan pengamatan pada primata-primata yang pernah hidup.

Para ahli antropologi fisik berusaha mencari tahu nenek moyang manusia untuk mengetahui kapan, bagaimana, dan mengapa manusia menjadi mahluk seperti sekarang ini. (Baca juga: Kode etik psikologi)

Antropologi fisik dibagi menjadi sub bagian :

  • Paleontologi

Paleontologi berasal kata dari bahasa Yunani yaitu paleon, ontos dan logos. Gabungan kata ini dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan di masa lalu. Paleontologi merupakan keilmuan mempelajari asal usul serta perkembangan manusia secara biologis.

  • Somatologi

Somatologi adalah salah satu sub bagian antropologi fisik yang mempelajari jenis ras manusia dengan didasarkan pada ciri-ciri fisik. Ciri fisik manusia baik fenotip dan genotip dipelajari dalam somatologi. Somatologi juga mempelajari sejarah terjadinya aneka warna manusia yang dipandang dari ciri-ciri tubuh.

Baca juga: Psikologi Anak

2. Antropologi Budaya

Burke menjelaskan bahwa antropologi budaya berfokus pada kebudayaan manusia atau cara hidup manusia dalam masyarakat. Antropologi budaya merupakan studi mengenai praktek-praktek sosial, bentuk ekspresif dan penggunaan bahasa.

Antropologi budaya memiliki tiga sub bidang yang berdekatan, yaitu :

  • Prehistori

Prehistori merupakan salah satu sub bidang antropologi budaya mempelajari sejarah perkembangan, penyebaran dan terjadinya aneka kebudayaan manusia sebelum mengenal tulisan.

  • Etnolinguistik

Etnolinguistik membahas mengenai sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka bahasa yang diucapkan manusia.

  • Etnologi

Sub bidang etnologi merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di dunia. Etnologi dibagi lagi menjadi dua kajian yaitu antropologi diakronik dan antropologi sinkronik. Antropologi diakronik meneliti seperangkat pola budaya suku bangsa yang telah menyebar di dunia. Antropologi sinkronik mempelajari tingkah laku sosial dalam suatu lembaga seperti keluarga, kultur kebudayaan, sistem kekerabatan, tata hukum dan organisasi politik.

Baca juga: Psikologi Forensik

Terdapat pula sub bagian lainnya dari antropologi budaya, yaitu:

3. Antropologi Psikologi

Antropologi psikologi merupakan bidang yang mengkaji tentang hubungan antara individu dengan nilai kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada. Ruang lingkup antropologi psikologi sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan untuk masalah yang muncul dalam interaksi antara nilai, pemikiran dan kebiasaan sosial. Fokus kajian antropologi psikologi adalah kedekatan individu dalam masyarakat yang dihubungkan dengan psikologi. Bisa kita bilang ini adalah sangat besar kaitannya dengan cabang cabang psikologi lainnya seperti psikologi organisasi.

4. Antropologi Spesialisasi

Antropologi spesialisasi dibagi menjadi banyak keilmuan, antara lain:

a. Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan merupakan keilmuan yang membahas pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat mengenai penyakit dan kesehatan.

b. Antropologi Ekonomi

Antropologi Ekonomi adalah bidang kajian antropologi yang mempelajari gejala ekonomi dalam kehidupan masyarakat dengan melihat gaya hidup manusia dan sistem pencarian makanan secara subtantif.

c. Antropologi Perkotaan

Antropologi Perkotaan menggunakan pendekatan antropologi  untuk membahas masalah perkotaan. Masalah perkotaan muncul dan berkembang  menjadi ciri dari hakekat kota itu sendiri. 

d. Antropologi Kependudukan

Antropologi Kependudukan mempelajari cara mengatasi masalah-masalah kependudukan. Beberapa kendala yang menghambat kelancaran program kependudukan antara lain, latar belakang dan kondisi sosial budaya masyarakat. 

e. Antropologi Pendidikan

Antropologi Pendidikan bermanfaat untuk mengasah kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik,  dalam menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi topik-topik di sekitar antropologi.

f. Antropologi Hukum

Antropologi Hukum berkaitan dengan suatu norma sosial adalah hukum. Jika terjadi pelanggaran atau tindakan yang bertentangan dengan norma sosial maka pelanggar akan diberikan sanksi.

g. Antropologi Sosial

Salah satu studi ilmu antropologi yang mempelajari kebudayaan masyarakat dalam suatu etnis. Ilmu ini mempelajari manusia dari sisi keragaman fisik seperti perilaku, tradisi, serta nilai – nilai budaya yang berbeda. Sehingga, dapat dikatakan bahwa antropologi sosial mempelajari tentang apa saja yang terjadi dalam kehidupan manusia.

h. Antropologi Forensik

Antropologi forensik merupakan antropologi terapan yang menggabungkan ilmu antropologi fisik atau yang biasa disebut biologi, dengan ilmu Osteologi dan Ondotologi. Kedua ilmu tersebut mempelajari tentang kondisi tulang dan gigi. Kemudian, antropologi forensik berkaitan dengan pengguaan osteologi dan odontologi dalam identifikasi mayat.

i. Antropologi Pembangunan

Dalam kajian antropologi, pembangunan adalah bagian dari kebudayaan. Pembangunan sendiri menandai eksistensi dari beberapa tindakan manusia. Sedangkan kebudayaan adalah sebuah pedoman untuk manusia bertindak. Dengan demikian, berdasarkan prespektif antropologi, pembangunan dinilai memiliki tujuan untuk membangun masyarakat serta peradaban manusia

j. Antropologi Terapan

Antropologi Terapan merupakan tempat keterampilan, pengetahuan dan sudut pandang ilmu antropologi. Antropologi Terapan digunakan untuk mencari solusi dari masalah-masalah praktis kemanusiaan serta menfasilitasi pembangunan manusia. Antropologi Terapan berkaitan dengan masalah nyata dan berbagai kebutuhan kelompok sosial di masa kini seperti masalah pengangguran konflik kelompok etnis, bencana alam, kemiskinan struktural, ethnic cleancing dan sebagaimnya. Antropologi terapan diketahui, dipelajari dan diaplikasikan dengan menyesuaikan situasi kajian.

Baca juga: Psikologi Kognitif

Pendekatan Antropologi

Antropologi perlu memperoleh banyak informasi dari berbagai pendekatan baik secara umum maupun khusus. Pendekatan-pendekatan ini berfungsi untuk mengetahui peristiwa yang dialami manusia  dan mengkaji suatu hal dengan lebih intensif. Pendekatan antropologi bukan hanya digunakan dalam penelitian sosial namun juga dapat digunakan dalam memberi kesimpulan umum.

  • Pendekatan Holistic

Pendekatan Holistic memandang kebudayaan secara utuh atau holistik. Kebudayaan di pandang sebagai suatu yang holistik, setiap unsur di dalamnya dapat dipahami dalam keadaan terpisah. Para ahli antropologi mengumpulkan semua aspek (sejarah, ekonomi, geografi, teknologi serta bahasa) untuk medapatkan generalisasi mengenai suatu kebudayaan yang kompleks.

  • Pendekatan Komparatif

Pendekatan komparatif menjadi sebuah pendekatan yang unik dalam antropologi. Pendekatan ini digunakan untuk memahami kebudayaan masyarakat yang belum mengenal baca-tulis (pra-aksara). Para ahli antropologi yakin bahwa setiap teori harus diuji pada sebanyak mungkin populasi di kebudayaan sebelum dapat diverifikasi. Ahli antropologi merasa lebih mudah untuk mempelajari kebudayaan dari masyarakat kecil yang relatif sama atau homogen dari pada masyarakat-masyarakat modern yang lebih kompleks.

  • Pendekatan Historic

Pendekatan ini berfokus pada asal-usul unsur kebudayaan. Awalnya para ahli antropologi tertarik pada asal  unsur kebudayaan kemudian tertarik mengenai unsur kebudayaan yang khusus dan unik.

Kajian Antropologi

Menurut Stanley Wahburn, bidang kajian antropologi antara lain:

a. Antropologi Ragawi

Antropologi Ragawi mempelajari mengenai evolusi manusia dan hubungannya dengan hewan lain dan secara khusus bagaimana hubungan manusia dengan primata. Antropologi Ragawi pada hakikatnya lebih mendekati biologi dibandingkan dengan ilmu sosial. Para ahli antropologi budaya mengantungkan informasi dari ahli antropologi ragawi mengenai unsur-unsur biologis yang khusus pada manusia. Unsur biologis tersebut memiliki fungsi yang esensial dalam pembentukan kebudayaan manusia.

b. Antropologi Sosial Budaya

Antropologi budaya mempelajari kebudayaan secara keseluruhan termasuk akulturasi, perubahan budaya dan difusi kebudayaan. Konsep kunci dalam antropologi sosial adalah struktur sosial dan bukan kebudayaan. Antropologi budaya berfokus pada pencarian sejarah dari unsur-unsur kebudayaan, sedangkan antropologi sosial berfokus pada pencarian hukum dan generalisasi lembaga-lembaga sosial.

c. Antropologi Etnografi, Etnologi dan Linguistik

Etnografi mendeskripsikan dengan lengkap mengenai kebudayaan-kebudayaan yang masih ada saat ini. Etnologi membandingkan dan menjelaskan kesamaan serta perbedaan antar sistem kebudayaan. Linguistik  berfokus dalam mendeskripsikan dan menganalisis bahasa-bahasa yang dipergunakan di berbagai kebudayaan.

d. Antropologi Prahistori

Antropologi Prahistori berusaha merekonstruksi sejarah masyarakat dengan cara menggali artefak dan unsur kebudayaan lain yang dimilikinya

Konsep Antropologi

  • Kebudayaan

Kebudayaan merupakan konsep yang paling esensial dari antropologi. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan serta hasil karya milik manusia yang digunakan dalan kehidupan masyarakat, dimana hal tersebut dijadikan miliknya melalui belajar. Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial berisi model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, serta untuk mendorong dan menciptakan tindakan yang diperlukan.

Kebudayaan memiliki karakteristik tertentu, yaitu kebudayaan manusia sangat beragam, kebudayaan didapat dan diteruskan secara pembelajaran dan tidak tergantung dari transmisi biologis, kebudayaan bersifat dinamis, nilai dalam kebudayaan bersifat relatif, kebudayaan adalah milik bersama dan kebudayaan adalah suatu integrasi.

Terdapat  tiga wujud dari kebudayaan, menurut Koentjaraningrat yaitu:

  1. Kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia atau disebut juga sistem budaya. Sistem budaya memiliki wujud yang abstrak.
  2. Kompleks aktivitas  atau tindakan atau disebut juga sebagai sistem sosial. Wujud kebudayaan ini lebih konkrit dari sistem budaya. Sistem sosial masyarakat dapat diamati.
  3. Hasil karya  atau benda yang disebut juga kebudayaan fisik. Ini merupakan perwujudan paling konkrit dari kebudayaan.

Unsur kebudayaan merupakan satuan terkecil dari suatu kebudayaan. Kebudayaan mungkin berasal dari gabungan unsur-unsur dari masyarakat lain atau dapat juga unsur yang ditemukan oleh masyarakat yang bersangkutan tersebut.

Para ahli mengemukakan bahwa ada tujuh unsur dari kebudayaan, antara lain:

[table]

[tr][td]1[/td] [td]Unsur Religi[/td][/tr]

[tr][td]2[/td] [td].Sistem Kemasyarakatan[/td][/tr]

[tr][td]3[/td] [td]Sistem Bahasa[/td][/tr]

[tr][td]4[/td] [td]Sistem Pengetahuan[/td][/tr]

[tr][td]5[/td] [td]Sistem Peralatan[/td][/tr]

[tr][td]6[/td] [td]Sistem mata pencaharian hidup[/td][/tr]

[tr][td]7[/td] [td]Seni[/td][/tr]

[/table]

Unsur-unsur yang saling terkait dan memiliki fungsi disebut sebagai kompleks kebudayaan. Salah satu contoh kompleks kebudayaan masyarakat adalah sistem perkawinan.

Suatu wilayah geografis dimana penduduk didalamnya saling berbagai unsur dan kompleks kebudayaan tertentu disebut sebagai daerah kebudayaan atau culture area.  Proses tersebarnya unsur kebudayaan dari suatu daerah ke daerah lain atau kebudayaan lain disebut sebagai difusi kebudayaan.

  • Enkulturasi

Enkulturasi merupakan proses individu belajar memiliki peran dalam kebudayaan masyarakatnya sendiri. Individu mempelajari dan menyesuaikan pemikiran dan sikapnya sesuai dengan sistem adat, norma serta berbagai peraturan yang terdapat dalam kebudayaannya. Enkulturasi dapat berlangsung sejak individu masih kecil seperti mulai dari lingkungan keluarga ke lingkungan masyarakat.

  • Akulturasi

Akulturasi adalah proses pertukaran unsur kebudayaan, dimana dua kebudayaan yang berbeda terus menerus berinteraksi dalam jangka waktu yang panjang. Akulturasi juga didefinisikan sebagai perpaduan budaya yang menghasilkan suatu budaya baru tanpa menghilangkan unsur asli budaya terkait. Ada dua syarat proses akulturasi yaitu affinity atau penerimaan budaya dan homogenity atau kesamaan corak budaya yang membuat nilai baru diterima.

  • Etnosentrisme

Etnosentris merupakan sikap dari suatu kelompok masyarakat yang cenderung menggangap budayanya sendiri lebih unggul dibandingkan kebudayaan lainnya. Etnosentrisme dapat disertai dengan sikap memandang rendah masyarakat atau kebudayaan lain.

  • Tradisi

Setiap masyarakat pasti memiliki sejumlah kepercayaan ataupun tingkah laku yang menjadi bagian dari kebudayaan yang bersangkutan. Kepercayaan dan tingkah laku telah ada dalam jangka waktu yang sangat lama. Bagian dari kebudayaan yang terdiri dari perilaku dan kepercayaan ini disebut sebagai tradisi.

  • Ras dan Etnik

Ras dan etnik sebenarnya merupakan dua konsep yang berbeda. Ras digunakan untuk sekelompok manusia yang memiliki kesamaan tertentu terutama dalam unsur biologis. Kelompok ras merupakan sebuah populasi dengan kesamaan unsur fisik yang khas yang dipengaruhi faktor generit. Etnik merupakan kumpulan manusia yang merasa sebagai satu kelompok karena adanya kesamaan nilai-nilai sosial yang dianut bersama, kesamaan identitas, kesamaan pola perilaku dan unsur budaya lain yang berbeda dari kelompok lain.

  • Relativitas Budaya

Relativitas budaya digunakan untuk menyebutkan suatu kondisi dimana tingkah laku dikatakan normal dalam suatu budaya namun dipandang abnormal dalam budaya lainnya. Hal ini terjadi disebabkan setiap budaya memiliki ciri unik yang tidak muncul pada kebudayaan lain.

Metode Antropologi

Antropologi menggunakan beberapa metode tertentu dalam melakukan penelitian. Metode tersebut digunakan untuk mengembangkan konsep aturan, teori dan generalisasi namun hanya beberapa yang memiliki konsep dan aturan yang baku sedangkan yang lain masih bersifat tradisi.

Metode-metode tersebut dapat digunakan bersama atau salah satu metode dapat juga lebih dominan dari metode lain. Berikut ini merupakan metode dalam antropologi:

1. Kelangkaan metode yang baku

Antropologi dapat digolongkan sebagai keilmuan yang masih baru sehingga belum mengembangkan metode penelitian yang sistematis dan jelas. Hal ini dapat dilihat dari tulisan etnografis masa lalu yang menunjukkan sedikitnya perhatian pada metode penelitian.

2. Observasi Partisipan

Observasi merupakan salah satu metode penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap obyek yang diteliti. Observasi partisipan dapat digunakan oleh ahli antropologi dengan cara hidup bersama dalam suatu kebudayaan yang tengah diteliti. Ahli antropologi bukan hanya berinteraksi dengan orang didalam budaya tersebut namun juga mempelajari bahasa dan aktif dalam kegiatan masyarakat tersebut.

3. Indepth Interview

Wawancara merupakan salah satu metode penelitian yang sering digunakan dalam penelitian ilmu sosial. Indepth interview biasanya dikombinasi dengan observasi untuk mendapatkan hasil secara lengkap. Wawancara dapat dilakukan dengan non sistematik dan informal. Ahli antropologi biasanya memilih narasumber yang telah dikenal dan mempercayainya atau memilih narasumber yang dipandang bisa memberi informasi secara rinci dan akurat mengenai berbagai aspek budaya yang sedang diteliti.

4. Memperkecil Kesalahan

Seringkali dalam suatu penelitian, peneliti akan menemukan perbedaan informasi yang didapatkan. Informasi yang diberikan dari subyek yang berbeda dapat bertentangan sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperkecil kesalahan tersebut. Mengulang observasi atau wawancara dan melakukan cross-check dengan informan lain akan sangat berguna dalam memperkecil kesalahan.

5. Kecenderungan Menggunakan Metode Tradisional

Peneliti antropologi jarang menggunakan kuisioner atau angket tertulis. Hal ini dilakukan untuk menjembatani subyek yang sebagian buta aksara. Peneliti antropologi cenderung menggunakan metode antropologi tradisional meski saat ini mereka banyak mempelajari kelompok masyarakat modern.

Hubungan Manusia dan Kebudayaan Ditinjau dari Antropologi

Manusia memiliki akal budi yang menjadi kelebihannya. Akal merupakan kemampuan manusia untuk berpikir dan budi menjadi panduan akal dan perasaan manusia yang bisa membantunya dalam membedakan baik dan buruk. Melalui akal budi tersebut manusia dapat menciptakan, mengkreasikan, memperlakukan, memperbaharui, mengembangkan serta meningkatkan sesuatu.

Ditinjau dari antropologi, manusia memiliki kaitan yang sangat erat dengan kebudayaan. Manusia melalui akal budi yang dimilikinya dapat membuat kebudayaan, dan hampir setiap tingkah lakunya adalah kebudayaan. Manusia memiliki empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu penganut kebudayaan, manipulator kebudayaan, pembawa kebudayaan dan pencipta kebudayaan.

Kebudayaan juga dapat mempengaruhi kepribadian manusia. Kita bisa perhatikan orang dengan kebudayaan berbeda-beda dapat memiliki kepribadian yang berbeda. Hubungan antara kebudayaan dengan kepribadian dijelaskan dalam beberapa teori, yaitu:

  • Teori Empirisme atau Environmentalisme

Teori ini dikemukakan oleh John Locke. Teori Emprisme dikenal juga sebagai Teori Tabula Rasa yang juga disebut beraliran optimisme atau positivisme. Teori ini menjelaskan bahwa pembentukan kepribadian manusia lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan.

  • Teori Nativisme atau Naturalisme

Teori ini dikemukakan oleh Arthur Schopenhaur. Teori nativisme disebut aliran negativisme atau pesimisme. Teori ini menjelaskan bahwa manusia sejak lahir telah memiliki kemampuan asli atau bakat yang bersifat naturalisme dan berkembang dengan sewajarnya. Teori ini percaya kepribadian manusia banyak ditentukan oleh berbagai faktor yang dibawa sejak lahir.

  • Teori Konvergensi

Teori konvergensi dikemukakan oleh Wilhelm Stern. Teori ini memadukan faktor bawaan sejak lahir dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian manusia.

Ruth Bennedict menjelaskan mengenai patern of culture dimana kebudayaan akan menghasilkan kepribadian unik bagi orang didalamnya. Setiap kebudayaan memiliki beragam tipa temperamen yang ditentukan faktor keturunan dan biologis, namun ada batas jumlah temperamen yang akan berkembang dalam budaya tersebut dimana temperamen tersebut hanya yang cocok dengan konfigurasi dominan.

Manfaat Mempelajari Antropologi

Keilmuan antropologi sangat bermanfaat untuk dipelajari baik bagi kebudayaan, individu maupun untuk mengembangkan keilmuan itu sendiri. Manfaat mempelajari antropologi, antara lain:

  1. Mengetahui pola perilaku masyarakat yang dapat digunakan untuk mengembangkan kebudayaan
  2. Menjelaskan peran manusia dalam suatu masyarakat sehingga sesuai dengan harapan masyarakat terhadap dirinya
  3. Meningkatkan toleransi karena adanya karakteristik yang berbeda dari tiap budaya.
  4. Memperluas pengetahuan mengenai karakteristik suku bangsa yang berbeda
  5. Mengidentifikasi berbagai jenis permasalahan dalam masyarakat sehingga tercipta solusi untuk menyelesaikannya.

Itulah informasi mengenai antropologi secara umum. Keilmuan antropologi melihat manusia dengan mempertimbangkan kebudayaan dimana dia tumbuh dan berkembang. Antropologi tidak bisa dipisahkan dari keilmuan psikologi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama mempelajari mengenai suatu hal yaitu manusia.

You may also like