Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Cinta » Psikologi Cinta Pria dan Wanita – Teori dan Dimensinya

Psikologi Cinta Pria dan Wanita – Teori dan Dimensinya

by Khanza Savitra

Cinta adalah satu perasaan yang dimiliki manusia yang sering dikatakan sebagai perasaan yang paling indah ketika dapat merasakannya. Beberapa orang menyatakan bahwa cinta merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada makhluknya. Dengan perasaan cinta seorang manusia dapat merasakan berbagai macam perasaan dalam satu waktu baik itu tertawa, bersedih, kesal, marah, suka cita, semangat, sampai menagis bahagia.

Semua yang didasari dengan perasaan cinta akan sulit dimasukkan dalam akal sehat manusia, namun apakah pernah terbesit dalam pikiran kita tentang bagaimana proses dan cara seorang manusia bisa merasakan jatuh cinta? Bagaimana perbedaan dan persamaan perasaan yang dialami oleh pria dan wanita ketika sedang mengalami jatuh cinta? Dan bagaimana dunia psikologi memandang fenomena jatuh cinta serta bagaimana keberadaan logis dari perasaan yang dinamakan cinta.

[box title=”” align=”center“Momen terdahsyat ketika kita bertemu seseorang merasakan energi dan langsung merasakan dada berdebar” – Elizabeth Kane[/box]

Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas secara lebih mendalam mengenai psikologi cinta, dan bagaimana dunia psikologi memandang cinta.

Baca juga: Teori belajar dalam psikologi

Pandangan Dunia Psikologi tentang Cinta

Cinta yang merupakan emosi dasar yang dimiliki oleh manusia. Sudah banyak diketaui orang bahwa cinta adalah perasaan yang dimiliki oleh manusia yang tidak dapat diterjemahkan dalam beberapa pengertian. Hal ini karena setiap orang pasti memiliki kesan tersendiri mengenai perasaan yang dinamakan cinta. Walaupun pada saat ini para ahli dan pakar di bidang psikologi telah berhasil menemukan pengertian tentang apa yang disebut dengan cinta tersebut.

Ketika kita ingin memahami dan mengerti tentang perasaan yang dinamakan cinta yang merupakan persaan dasar yang dimiliki oleh manusia tidaklah semudah membayangkannya.

Menurut sejarah tentang cinta, sejak jaman dahulu banyak orang yang ingin memahami dan mengerti tentang apa yang disebut sebut sebagai cinta. Namun, pada akhirnya adalah sebuah kesimpulan bahwa yang dinamakan cinta adalah kompleks, misterius, tidak berwujud, dan sangat sulit untuk dipahami maknanya secara keseluruhan.

Baca juga: Psikologi kognitif

Teori Cinta dalam Dunia Psikologi

Dalam beberapa kasus, cinta dapat dirumuskan menggunakan teori. Beberapa ahli psikologi berhasil mengelompokan tentang apa yang sebenarnya semua orang ingin tahu mengenai kemisteriusan dari perasaan yang hampir semua orang dapat merasakanya, entah dari orang tua, kekasih, teman, atau lainnya. Dan berikut merupakan teori-teori cinta menurut para ahli.

1. Teori Antara Menyukai dan Mencintai

Teori cinta pertama yaitu mengenai sekat antara persaan menyukai dan mencintai yang dikemukaan oleh seorang ilmuan dan pakar psikologi dunia yang bernama Zick Rubin. Dalam teorinya mengenai menyukai dan mencintai, Rubin menjelaskan bahwa perasaan cinta yang dimiliki oleh manusia itu sebenarnya terbentuk dari tiga perasaan turunan yaitu perhatian, kasih sayang, dan keintiman.

A. Perhatian

Zick Rubin menyatakan bahwa akan ada saatnya seseorang mengalami suatu keadaan dimana orang tersebut memiliki sebuah perasaan mendalam untuk seseorang, orang tersebut akan merasakan suatu pengalaman perasaan dimana dia sangat menyukai ketika menghabiskan waktu bersama orang yang selalu ada dipikirannya dan selalu ingin berada didekat orang tersebut. Tetapi dalam tahap ini, perasaan yang dirasakan oleh orang tersebut masuk dalam kategori perasaan menyukai, dan bukan sesuatu yang bisa disebut dengan cinta.

B. Kasih Sayang

Menurut Rubin, perasaan cinta sejatinya adalah suatu perasaan yang jauh lebih dalam dan kuat termasuk keinginan untuk tetap selalu bersama orang yang kita sukai. Seseorang yang sedang dalam perasaan menyukai akan senang dangan hanya kebersamaan yang mereka miliki. Sedangkan orang yang dalam tahap perasaan mencintai akan memperhatikan orang yang dicintainya seperti memperhatikan dirinya sendiri.

C. Keintiman

Sedangkan yang dimaksud dengan kasih sayang adalah keinginan untuk menerima kontak fisik serta kasih terhadap orang yang dicintainya, kasih sayang bisa dijelaskan dengan adanya keintiman dan kebersamaan serta sikap saling membagi antara keinginan dan perasaan dua orang tersebut. Penjelasan tersebut dikemukaan secara utuh oleh pakar psikologi Zick Robin.

Baca juga: Psikologi sastra

2. Teori antara Kasih Sayang dengan Gairah

Teori psikologi cinta yang kedua dikemukakan oleh seorang ilmuan dan pakar psikologi yang bernama Elaine Hatfield, menurutnya cinta dibagi menjadi dua persaan yaitu kasih sayang dan gairah.

Pertama cinta sebagai kasih sayang, Hatfield menjelaskan bahwa cinta kasih sayang didasari pada perasaan dan tingkah laku saling menghormati, menghargai, keterikatan, serta kepercayaan, cinta yang berupa kasih sayang biasanya tercipta dari berkembangnya perasaan antara dua orang yang saling pengertian, dan saling menghargai satu sama lain.

Sedangkan yang dikategorikan dengan cinta gairah adalah mengarah pada sesuatu yang didasari pada keadaan emosi yang kuat dan ketertarikan seksual. Ketika dasar dari emosi macam itu membara, maka orang yang dalam kategogi cinta akan merasa terpuaskan.

Walaupun begitu, ilmuan Elaine Hatfield menjelaskan bawa cinta yang hanya didasari gairah biasanya akan berakhir pada dendam dan kebencian. Hatfield sendiri memiliki pendapat bahwa cinta yang didasi oleh gairah semata tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama dan hanya bertahan pada kisaran waktu enam sampai tiga pluh bulan saja.

Baca juga: Kode etik psikologi

3. Teori tentang Roda Warna Cinta

Pakar psikologi kenamaan dunia yang bernama John Lee dalam bukunya yang berjudul “The Colors of Love” menganalogikan cinta dalam teori roda warna. Dalam teorinya tersebut John Lee mengemukakan bahwa teori roda warna hanya memiliki  tiga warna yang mewakili tiga jenis cinta, yang diantaranya adalah berikut:

Eros

Tipe cinta yang paling ideal menurutnya, hal ini dikarenakan tipe cinta yang dinamakan eros didasari pada komitmen dan keinginan yang tulus, baik dari perasaan maupun pikiran orang yang sedang jatuh cinta tersebut.

Baca juga : Cabang – cabang Psikologi

Ludos

Tipe cinta yang seperti permainan. Ludos diibaratkan sebagai percintaan yang tidak siap dengan jenjang setelahnya. Orang-orang yang ada dalam tahap cinta yang dinaman ludos ini hanya menganggap cinta sebagai ajang main-main yang menurutnya menyenangkan.

Storge

Tipe cinta yang sacara ilmiah, seperti perasaan cinta antara anak dan orang tua, kakak beradik, dan sebagainya. Istilah ini dinamakan storge dan pada masa sekarang ini lebih sering diidentikan dengan istilah friendzone dimana keadaanya cenderung lebih dari persahabatan akan tetapi bukan pasangan. Sama sekali tidak ada perasaan cinta akan tetapi memiliki ikatan kasih sayang yang tulus.

Dari tiga kombinasi roda warna yang diperkenalkan oleh John lee tersebut, kemudian dapat menghasilkan roda warna cinta baru, diantaranya adalah sebagai berikut: pertama adalah “mania” dimana mania ini merupakan penggabungan dari roda eros dan ludos yang kemudian disebut sebagai cinta yang obsesif.

Kedua, adalah “pragma” yang merupakan penggabungan dari ludos dan storge yang akan menghasilkan cinta yang realistis. Dan yang ketiga,”Agape” yaitu penggabungan dari roda eros dan storge yang kemudian menghasilkan cinta yang mementingkan diri sendiri.

Baca juga: Psikologi abnormal

4. Teori Segitiga Cinta

Teori cinta segitiga ini bukanlah teori yang melibatkan tiga orang dalam satu hubungan percintaan, melainkan teori segitiga cinta yang dikemukakan oleh Robert Stemberg yang menjelaskan mengenai tiga perasaan yang menghasilkan cinta, yang diantaranya yaitu keintiman, gairah, dan komitmen.

Dari tiga kombinasi yaitu keintiman, gairah, dan komitmen tersebut kemudian menghasilkan sebuah cinta. Walaupun dalam prakteknya bisa saja hanya terdiri dari salah satu perasaan saja. Robert Stemberg berpedapat bahwa cinta yang dibangun dari dua perasaan atau lebih akan lebih lama daripada cinta yang hanya dibangun dengan salah satu perasaan saja.

Dimensi Psikologi yang Ada dalam Cinta

Dalam dunia psikologi, ilmu pengetahuan mengenai cinta dibagi kedalam beberapa dimensi, walaupun dimensi ini tidak mutlak akan tetapi dipaercayai bahwa beberapa penggolongan mengenai perbendaharaan ruang-ruang dalam cinta sedikit banyak bisa disimpulkan secara logis, dan berikut merupakan beberapa penjelasan mengenai cinta dan dimensinya.

  1. Dominasi dalam Cinta

Mengenai pilihan kata dominasi yang secara langsung merujuk pada sesuatu atau dalam hal ini seseorang yang menonjol dalam sebuah hubungan, begitupun dalam beberapa penelitian psikologi mengenai cinta yang juga mengenal kata dominasi.

Sampai pada masa sekarang dalam kehidupan bermasyarakat selalu diibaratkan bahwa seorang laki-laki selalu menjadi pihak yang mendominasi pasanganya, sebagai kodrat bahwa seorang lelaki merupakan seorang pemimpin dalam sebuah hubungan. Seorang laki laki secara tidak sadar diserahi sebuah jabatan sebagai pemimpin dalam rumah tangga, dan bertanggung jawab untuk mengelola sebuah hubungan.

Akan tetapi, sesuai dengan perkembangan jaman, dominasi dalam hubungan tidak hanya bisa disandang oleh seorang laki laki. Pada dasarnya dominasi dalam cinta atau hubungan berasal dari sumber daya pribadi seorang individu dan tingkat ketergantungan dalam hubungan yang sedang terjalin. Ada kalanya seorang perempuan yang sangat disukai oleh seorang laki laki bisa menjadi pihak yang dominan begitupun sebaliknya.

Beberapa sumber yang menjadikan seseorang bisa mendominasi dalam cinta tidak hanya berpatok pada seberapa dalam perasaan seseorang akan tetapi bisa juga oleh beberapa faktor, seperti misalnya penghasilan yang lebih besar, tingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, daya tarik fisik yang lebih tinggi, atau bisa juga karena adanya faktor kekerasan dan ancaman.

Dalam hal dominasi dalam cinta, ketika seseorang semakin dominan dalam sebuah hubungan maka akan berlaku bagi orang tersebut bisa mengatur dan mengelola hubungan tersebut.

Baca juga: Psikologi keperawatan

  1. Penyingkapan Diri dalam Cinta

Penyingkapan diri dalam dunia psikologi dapat diartikan sebagai kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab kepada pasangan. Seseorang yang sangat mencintai pasangannya akan cenderung lebih banyak menyingkapkan diri pada pasangannya.

Semakin banyak hal-hal yang disingkapkan oleh pasangan dapat diartikan bahwa hubungan dari kedua pasangan tersebut semakin dalam. Orang-orang yang memiliki jangka waktu hubungan yang lama dan bertahan selama bertahun-tahun dapat dipastikan pasangan tersebut lebih sering terbuka pada pasanganya masing-masing.

Biasanya penyingkapan diri dalam menjalani hubungan tidak hanya pada hal-hal yang bersifat umum seperti kebiasaan buruk, perasaan yang dirasakan, peristiwa yang dialami, kisah masa lalu atau bahkan rahasia pribadi jika disingkapkan dengan pasangan akan menjadi sebuah kepercayaan tersendiri sehingga membuat pasangan lebih terikat satu sama lain.

Ada satu prinsip ydalam proses penyingkapan diri dalam menjalani hubungan, yaitu menyingkapkan diri sesuai dengan apa yang pasangan singkapkan juga. Keseimbangan dalam penyingkapan diri akan membuat hubungan cinta lebih nyaman karena tidak ada yang mendominasi dalam hal mengetahui dan menginformasikan diri dari pasanganya.

  1. Komitmen dalam Cinta

Ketika dihadapkan dengan sebuah istilah perasaan yang dinamakan cinta, sebagian besar ahli psikologi akan mengungkapkan bahwa cinta merupakan sebentuk emosi yang dimiliki oleh manusia, dan sebagai mana bentuk emosi pada dasarnya yang sulit bertahan lama, padahal dalam hubungan percintaan semua pasangan berharap bisa bertahan selamanya.

Berawal dari hal tersebut, lahirlah sebuah komitmen yang dapat mengikat cinta agar dapat melewati pasang surutnya emosi manusia. Adanya sebuah komitmen bisa jadi dapat menjamin keberlangsungan hubungan cinta. Jika tidak mengenal komitmen, ketika cinta dihadapkan dalam sebuah konflik akan rawan adanya kegagalan dalam hubungan.

Dalam ilmu psikologi, komitmen diartikan sebagai keadaan psikologis ketika seseorang merasa terikat atau terhubung dengan orang lain, dan secara langsung akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk meanjutkan atau mengakhiri sebuah hubungan. Ketika kedua pasangan memiliki komitmen yang tinggi maka pasangan tersebut akan merasa sangat terikat pada satu sama lain dan tidak memiliki keinginan untuk menyerah dan mengakhiri hubungan, mereka akan berupaya memperbaiki hubungan ketika menghadapi sebuah konflik.

Sebaliknya pasangan yang memiliki komitmen yang rendah terhadap satu sama lain akan cenderung sangan menyepelekan keterikatan yang terjalin diantara keduanya, mereka akan saling tidak menghargai satu sama lain, dan ketika ada sebuah konflik akan dengan sangat tergesa-gesa mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan.

Komitmen yang terjalin dalam sebuah hubungan pada umumnya merupakan sebuah hasil dari suatu proses ketimbang muncul secara spontan dan tiba-tiba. Komitmen akan muncul ketika pasangan merasa saling nyaman dan sama-sama memiliki kepuasan dalam menjalani sebuah hubungan.

Komitmen dalam psikologi cinta memiliki dua kategori, yang pertama adalah komitmen mendekat dan komitmen menghindar.

  • Komitmen Mendekat

Jenis komitmen yang ditandai dengan keinginan melanjutkan hubungan karena bisa mendapatkan sesuatu yang positif, misalnya dengan mempercayai bahwa dengan berkomitmen akan menjadikan kehidupanya lebih bahagia.

  • Komitmen Menghindar

Keinginan melanjutkan hubungan karena khawatir dampak negatif jika saja hubungan yang sedang dibinanya pada akhirnya bubar atau berakhir. Komitmen semacam ini bisa diartikan sebagi sebuah bentuk pertahanan diri, misalnya was-was atau khawatir jika saja tidak akan mendapatkan pasangan yang sepadan, takut kehilangan sumber finansial, atau ketakutan seperti tidak lagi mendapat perhatian dari keluarga atau orang-orang terdekat. Orang-orang yang memiliki tipe komitmen menghindar akan cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah.

Baca juga: Antropologi

  1. Kelekatan dalam Cinta

Konsep kelekatan dalam dunia psikologi merupakan sebuah konsep dasar, walaupun diluar dinia psikologi tidak begitu dikenal.  Konsep ini menjelaskan mengenai hal mendasar yang ada dalam diri manusia tentang bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Kelekatan dalam cinta sendiri memiliki tiga model yang umumnya dimiliki oleh seseorang, dan berikut merupakan penjelasannya.

  • Tipe kelekatan aman, orang yang memiliki tipe kelekatan aman akan cenderung memiliki kepercayaan yang penuh pada pasangan yan dicintainya. Selalu mencoba mendekat dengan pasangan yang dicintainya dengan mempertimbangkan akan tetap menjadi diri sendiri dimanata pasangannya.
  • Tipe kelekatan menghindar, orang yang memiliki tipe kelekatan menghindar pada umumnya akan mengalami suatu perasaan yang tidak nyaman ketika mengalami kedekatan dan keintiman dengan pasanganya. Tipe seperti ini juga akan cenderung enggan dan sulit memepercayai pasanganya dan berusaha menjaga hungan agar tidak terlalu intim.
  • Tipe kelekatan ambivalen, tipe kelekatan ini ditandai dengan dorongan untuk meleburkan diri sepenuhnya dengan orang yang dicintai, tipe ini akan cenderung merasa tidak bisa hidup tanpa adanya seseorang untuk dicintai, dan memiliki tingkat kecemasan yang tinggin akan ditinggal oleh pasangan, takut diabaikan, dan memiliki kekhawatiran bahwa sebenanya pasanganya tidak sungguh-sungguh mencintainya.
  1. Kepuasan dalam Cinta

Sebagai hasil dari menjalani hubungan percintaan dengan orang lain adalah untuk mendapatkan kepuasan dalam hubungan. Sebagian penelitian menunjukan bahwa ketidak berhasilan dalam hubungan cinta pada umumnya tidak disebabkan oleh hilanganya cinta, akan tetapi karena ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan yang terbangun selama menjalani hubungan.

Hubungan yang memuaskan adalah hubungan cinta yang berjalan seperti yang diinginkan, memiliki kualitas hubungan yang tinggi, dan berlangsung selamanya. Berikut merupakan ciri-ciri umum hubungan yang memuaskan.

  • Adanya rasa cinta yang mendalam kepada masing-masing pasangan.
  • Adanya rasa suka pada pasangan yang didalamnya adalah menghormati satu sama lain dan memiliki kesamaan dengan pasangan.
  • Mengalami kepuasan pada saat menjalani sebuah hubungan, sepanjang hubungan tersebut berlangsung, hal ini salah satunya bisa dilihat dari perasaan aman dan nyaman ketika sedang berasa bersama pasangan.
  • Adanya kestabilan hubungan.

Selain ciri-ciri umum hubungan yang memuaskan, ada juga beberapa faktor yang menjadikan sebuah hubungan bisa menimbulkan kepuasan:

  • Adanya keadilan dan keseimbangan dalam hubungan.
  • Dalam menjalani sebuah hubungan kedua pasangan akan merasa dipahami dan dimengerti satu sama lain (Kindred spirit).
  • Mendapatkan hubungan cinta yang ideal bersama pasangan.
  • Memiliki strategi memecahkan masalah yang sama dengan pasangan.
  1. Konflik dalam Cinta

Bukan hanya dalam sebuah hubungan cinta, konflik merupakan sebuah hal yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Konflik dalam sebuah hubungan percintaan adalah hal yang lumrah dan pasti dialami semua pasangan, akan tetapi konflik yang dihadapi setiap pasangan pada umumnya hanyalah hal-hal kecil belaka akan tetapi dapat berimbas pada keretakan bahkan kegagalan hubungan.

Seiring dengan interaksi yang erat dalam berhubungan, semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama, dan semakan banyak kegiatan yang dilakukan bersama akan cenderung semakin banyak terjadinya konflik. Pada saat awal menjalin hubungan cinta pada umumny konflik belum timbul dan semakin lama perjalan hubungan dan semakin terjalin kedekatan yang erat konflik akan sering muncul

Baca juga: Psikologi kepribadian

Berdasarkan sumber penyebabnya, konflik dapat dibedakan dalam 3 kategori besar, yaitu konflik yang bersumber dari perilaku spesifik pasangan, konflik yang bersumber dari norma peran, dan konflik yang bersumber karena disposisi pribadi, dan berikut merupakan penjelasan mengenai sumber penyebab konflik.

  • Konflik yang bersumber dari perilaku pasangan, misalnya berperilaku kekanak-kanakan, bertingkah jorok, membuat malu pasangan dan lain-lain.
  • Konflik karena norma peran, misalnya hal-hal yang terkait hak dan kewajiban pasangan yang terlibat, sumber konflik biasanya berasal dari kurang seimbangnya hubungan timbal bailk dan karena sebab ingkar janji.
  • Konflik karena disposisi pribadi, misalnya pasa saat seseorang berperilaku khas ketika menanggapi perilaku pasangan. Mereka akan marah akan sesuatu yang sebenarnya sepele misanya ketika pasanganya melalaikan tugas mencuci piring.

Penjelasan diatas merupakan pembahasan yang sedikit mendalam mengenai psikologi cinta, atau apa yang bisa dijelaskan mengenai perasaan cinta jika dipandang dari ilmu dan pengetahuan psikologi. Semoga penjelasan yang disampaikan dapat menambah pengetahuan mengenai dunia psikologi pada umumnya dan psikologi cinta pada khususnya, dan semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

[toggle title=Artikel Lainnya

 

You may also like