Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 5 Teori Psikologi Pendidikan Menurut William James

5 Teori Psikologi Pendidikan Menurut William James

by Titi Rahmah

William James adalah salah satu pelopor fungsionalisme dalam sejarah psikologi pendidikan, yang gagasannya didasarkan dan terkait dengan pragmatisme. Dalam bukunya Principles of Psychology, James menjelaskan bahwa fungsionalisme dalam psikologi adalah suatu pendekatan yang beranggapan bahwa kesadaran akan gejala gangguan jiwa adalah satu dan sama. Jika penjelasan Jacob ini termasuk dalam kategori psikologi pendidikan.

Terutama dalam arti psikologis. James mencatat bahwa area ini memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam mengarahkan perilaku dan kebiasaan sebagai hasil belajar dan seperti teori John Dewey dalam psikologi pendidikan, dia percaya pada pembelajaran yang baik harus didasarkan pada kehidupan nyata.

James menekankan pentingnya guru mengenal dan memahami kebutuhan dan minat siswanya. Memahami keduanya membuatnya lebih mudah untuk membimbing siswa, kata James mengembangkan perilaku yang baik. Belajar lebih efektif bila anak ditempatkan dalam lingkungan yang memberikan kebebasan dan motivasi yang kuat (Pajares, 2009).

James menentang paradigma lama yang memandang siswa sebagai pikiran kosong yang diisi oleh guru. James percaya bahwa manusia, terutama pikiran dan perasaan, aktif dan mengalami perkembangan kompleks dalam domain yang berbeda seperti pikiran, perasaan, motif, kekuatan, dan juga perlawanan dan segala hal unik pada setiap individu (Barzun, 2005).

James (1925) menjelaskan bahwa ada lima hukum yang mempengaruhi teori psikologi pendidikan untuk mendukung proses belajar serta dalam pembentukan kebiasaan yang harus diperhatikan guru, antara lain sebagai berikut:

1. Motif dan keinginan yang kuat

Hukum pertama ini menuntun kita pada motif atau keinginan yang kuat untuk menciptakan kebiasaan baru atau ketika kita ingin menghentikan kebiasaan lama. Tanpa dorongan yang kuat di awal, sulit untuk membentuk kebiasaan baru atau menghentikan kebiasaan lama selesai.

Oleh karena itu, guru harus mencari ritme yang baik yang dapat menimbulkan dorongan yang kuat pada siswanya jika ingin menciptakan kebiasaan yang baik. Budi pekerti yang baik seringkali merupakan hal yang sulit dan tidak menyenangkan, sehingga dibutuhkan keterampilan seorang guru untuk memunculkan motivasi yang kuat pada anak didiknya.

2. Fokus pada tujuan masa depan

Begitu kita memutuskan untuk mulai membentuk kebiasaan baru yang baik, hukum kedua adalah jangan biarkan perilaku lama terulang sampai kebiasaan baru itu benar-benar mengakar dalam diri kita. Mengulangi kebiasaan lama (yang masih berakar kuat) sekali pun membuat sulit mempertahankan kebiasaan baru yang belum berakar kuat.

Godaan untuk melakukannya dengan cara lama merupakan ujian bagi orang yang ingin mengubah hidupnya. Anak-anak memiliki kepribadian yang belum terlalu kuat sehingga mudah mengulangi kebiasaan lamanya, sehingga guru dan orang tua harus selalu membimbing dan mengingatkannya.

3. Maksimalkan semua peluang yang ada

Hukum ketiga mengatakan bahwa kita harus memaksimalkan setiap kesempatan untuk menerapkan kebiasaan baru ini. Kesempatan untuk membentuk kebiasaan baru seperti waktu luang untuk berlatih, tentunya semakin banyak berlatih semakin cepat dan mudah kita mengembangkan kebiasaan baru.

4. Jangan memberikan nasehat yang terlalu abstrak

Dengan hukum keempat ini, James tidak bermaksud untuk mencegah guru mengarahkan perilaku siswanya melalui nasehat (yang berarti bertentangan dengan hukum kedua). Namun, James berharap dia tidak memberikan terlalu banyak nasehat. Guru harus mencari waktu yang tepat untuk memberikan nasehat sesuai dengan efektifitas nasehat itu sendiri.

Nasehat yang diberikan pada waktu yang tepat akan membimbing siswa dengan baik, sebaliknya nasihat yang diberikan pada waktu yang salah akan membuat siswa mundur atau menghindarinya. James juga menekankan perlunya petunjuk praktis, dan lebih baik lagi jika guru memberikan contoh dengan tindakan nyata, sehingga petunjuk dan nasehat tidak hanya sebatas kata-kata abstrak.

5. Aplikasikan kebiasaan baik

Membentuk kebiasaan baru yang mengakar kuat membutuhkan latihan dan implementasi pola perilaku kepemimpinan pada diri sendiri yang berkelanjutan. Dalam hukum kelima ini, James menyatakan bahwa kebiasaan yang tidak diterapkan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari nantinya berpeluang untuk hilang atau digantikan dengan cara lain.

Jadi, meski hanya dilakukan dalam tindakan kecil dan serampangan, harus dilakukan setiap hari agar pola kebiasaan ini tetap seperti batu karang di pantai. Misalnya, jika kita memiliki kebiasaan membaca yang baik, maka berdasarkan prinsip terakhir ini, kita harus terus membaca setiap hari, walaupun bukan karena alasan yang penting, jika kita ingin kebiasaan membaca kita benar-benar menjadi karakter yang kuat.

You may also like