Gangguan seksual seperti pedofilia, fetishisme, serta eksibisionisme pasti sudah umum di telinga masyarakat. Beberapa gangguan tersebut merupakan bagian dari gangguan paraphilia. Dalam panduan DSM-V gangguan ini muncul karena ada pengaruh dari pertimbangan secara forensik, di mana sebagian besar penjahat seksual memiliki kondisi paraphilia (First, 2014).
Sederhananya, paraphilia merupakan permasalahan terhadap kontrol impuls seksual sehingga menimbulkan perilaku tidak wajar. Namun, istilah ini tidak lazim digunakan oleh masyarakat dan kebanyakan justru lebih mengenal jenis-jenisnya. Patut diketahui bahwa sebagian besar penderita paraphilia berjenis kelamin laki-laki. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai gangguan ini.
Pengertian Paraphilia
Secara bahasa, paraphilia berasal dari kata para yang berarti penyimpangan serta philia yang artinya ketertarikan atau cinta sehingga singkatnya, paraphilia adalah penyimpangan objek ketertarikan seksual (Lianawati, 2020).
Dalam Diagnostics and Statistical Manual of Mental Disorders fifth edition (DSM-V) terdapat perubahan terhadap istilah paraphilia, yakni terdapat paraphilia sebagai suatu kondisi dan paraphilic disorder sebagai suatu gangguan ketika menimbulkan masalah pada fungsi dalam kehidupan sehari-hari (McManus, Hargreaves, Rainbow, & Alison (2013).
Menurut Blanchard (2010), DSM-V mendefinisikan gangguan paraphilia sebagai minat seksual yang kuat dan terjadi secara terus menerus sebelum maupun saat melakukan hubungan seksual selain kepada manusia dewasa yang secara fenotipe normal dan menyetujui.
Gejala Timbulnya Paraphilia
Berdasarkan DSM-V, paraphilia dapat ditunjukkan dengan berbagai gejala terkait dengan dorongan atau fantasi seksual. Gejala tersebut muncul secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama, setidaknya enam bulan hingga dua tahun. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, terdapat objek yang menyimpang dalam ketertarikan seksual, di antaranya:
- Selain manusia, dapat berupa benda atau makhluk hidup lainnya, seperti boneka, kulit, hewan, dan sebagainya.
- Orang dewasa tanpa adanya persetujuan atau consent dari orang tersebut untuk melakukan hubungan romantis.
- Anak-anak yang baik secara fisik maupun psikologis belum siap untuk melakukan hubungan romantis.
Berbagai tindakan yang dilakukan kepada suatu objek dilakukan untuk mempermalukan atau menyiksa dirinya maupun orang lain.
Penyebab Timbulnya Paraphilia
Belum dapat diketahui secara pasti faktor apa yang menyebabkan gangguan paraphilia pada seseorang. Akan tetapi, beberapa ahli mengatakan bahwa pengalaman terkait seks di usia muda dapat menyebabkan pengulangan ketika sudah dewasa. Selain itu, terdapat pula kasus yang menunjukkan masalah percintaan atau hubungan romantis yang tidak berjalan seperti pada umumnya juga dapat menjadi pemicu.
Misalnya, ketika masih anak-anak mengalami pelecehan seksual atau menjadi korban kekerasan seksual sehingga menimbulkan gejala paraphilia ketika sudah dewasa. Bisa juga ketika anak sering terpapar dengan konten pornografi sejak kecil yang tidak segera diatasi sehingga menyebabkan kecanduan dan mempengaruhi perilakunya.
Di sisi lain, orang dewasa yang tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya secara normal dengan lawan jenis dewasa lain dapat menimbulkan keinginan untuk mendapat kepuasan dari hal lain yang tidak wajar serta tidak sesuai dengan norma agama, sosial, susila, bahkan hukum.
Cara Mencegah Paraphilia
Cara terbaik untuk mencegah gangguan paraphilia adalah memberikan pendidikan seks serta menanamkan nilai dan norma yang benar kepada individu sejak dini. Orangtua perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajarkan anak terkait hal ini sehingga anak dapat memahami dengan benar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Anak perlu tahu mengapa menonton porno itu tidak diperbolehkan, mengapa dia harus menjaga dirinya dari orang lain baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal, serta bagaimana cara mengatakan “tidak” jika ada yang memintanya melakukan sesuatu di luar batas.
Tidak hanya itu, anak juga harus mengetahui bagaimana ciri-ciri orang yang memiliki kondisi paraphilia agar ia tidak menjadi objek kejahatan atau pelecehan seksual ketika sedang di luar rumah. Orangtua juga perlu memberikan pemahaman bahwa kalaupun ada orang yang mengganggu sang anak, anak harus berani untuk jujur pada orangtua agar segera ditindaklanjuti karena terdapat 8 dampak psikologis korban pelecehan seksual yang perlu diketahui.
Cara Mengatasi Paraphilia
Belum ada cara khusus yang secara pasti dapat dilakukan untuk menyembuhkan gangguan paraphilia seratus persen. Akan tetapi, penderitanya dapat melakukan beberapa cara berikut untuk mencegah gangguan semakin parah dan tidak terkendali.
- Ketahui gejala yang terus mengakibatkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari.
- Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mental, seperti psikolog dan psikiater mengenai upaya penanganan apa yang tepat sesuai dengan jenis gangguan yang dialami.
- Terapi perilaku kognitif untuk mengubah tingkah laku secara bertahap.
- Terapi dengan pendekatan psikoanalitik.
- Pemberian obat-obatan, seperti antiandrogen dengan nama cyproterone acetate untuk mengurangi nafsu dan fantasi. Namun, obat jenis ini diketahui memiliki efek samping, seperti wajah memerah, keram pada kaki, rambut rontok, berkurangnya mineral pada tulang, dan masalah kardio.
- Gonadotripin-releasing hormon treatment sudah menunjukkan efikasi yang tinggi dengan cara kerja seperti kebiri fisik.
- Orgasmic reconditioning, yakni memperkuat rangsangan seksual dengan stimuli yang tepat.
- Relapse prevention yang digunakan untuk mengatasi gangguan di masa yang akan datang.
Demikianlah pengertian, gejala, penyebab, cara mencegah, dan cara mengatasi paraphilia. Paraphilia saat ini terbagi menjadi dua, yakni sebagai suatu kondisi dan gangguan. Dengan kata lain, ada orang yang memang memiliki kondisi ini dan menikmatinya, di sisi lain ada juga yang kehidupannya menjadi terganggu karena gangguan ini.
Kesimpulan Pembahasan
Kesimpulannya, paraphilia adalah dorongan seksual terhadap objek atau situasi tertentu yang tidak wajar. Sebagai gangguan, paraphilia secara umum ditunjukkan dengan gejala berulangnya perilaku seksual yang tidak normal dalam waktu yang cukup lama dengan penyebab seperti trauma masa kecil atau ketidaksuksesan hubungan romantis di masa dewasa.
Maka dari itu, diperlukan pencegahan melalui pendidikan seks sejak usia dini oleh orang tua agar ketika anak berkembang, ia memiliki dasar moral dan norma yang kuat. Namun, apabila seseorang sudah telanjur mengalami gangguan ini, sebaiknya konsultasikan pada tenaga kesehatan mental untuk mengetahui cara pengobatan yang tepat.