Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » 15 Jenis Jenis Kematangan Dalam Psikologi Pendidikan

15 Jenis Jenis Kematangan Dalam Psikologi Pendidikan

by Bernadet Maress

Kematangan atau maturity merupakan kondisi bentuk fungsi dan struktur yang dewasa atau lengkap dalam sebuah organisasi, kematangan pembentukan sifat dan juga kekuatan dalam diri individu untuk bereaksi dengan cara tertentu yang dinamakan readiness berbentuk tingkah laku instingtif atau tingkah laku yang dipelajari. Tingkah laku instingtif merupakan pola tingkah laku yang diwariskan lewat proses hereditas, sementara pola tingkah laku yang bisa dipelajari merupakan seseorang yang tidak akan berbuat sesuatu secara intelijen jika kapasitas intelektual yang dimiliki tidak memungkinkan. Dalam ulasan kali ini akan kami jelaskan apa saja jenis jenis kematangan dalam psikologi pendidikan yang penting untuk diketahui dan termasuk dalam macam macam psikologi khusus.

  1. Perkembangan Motorik

Dalam psikologi, motor diartikan sebagai sebuah istilah yang menunjukkan pada keadaan, hal dan juga kegiatan yang meliputi otot dan juga beberapa gerakan. Untuk itu, perkembangan motorik memiliki arti jenis jenis metode pembelajaran perkembangan progresif yang berhubungan dengan perolehan aneka keterampilan seorang anak. Gleitman berpendapat jika ada 2 bekal yang dimiliki anak sejak lahir yakni kapasitas motor atau jasmani yang mendorong anak untuk bisa beraktivitas seperti yang seharusnya dalam perkembangannya. Seorang anak yang baru lahir akan memiliki kendali sedikit pada aktivitas jasmani. Sesudah berusia 4 bulan, maka akan mulai berkembang seperti duduk dengan bantuan sanggahan, meraih dan juga menggenggam sesuatu yang ada didekatnya.

Sedangkan bekal kedua dimiliki seorang anak semenjak berada dalam rahim ibu yakni kapasitas sensorik yang biasanya mulai berlaku bersamaan dengan berlakunya reflek motorik. Dengan bekal sensorik ini, mka seorang anak bisa memahami percakapan orang lain, mengutarakan apa yang menjadi keinginannya, mengingat simbol atau benda yang sudah diketahui sekaligus merasakan sakit dan juga kenikmatan dengan baik. Untuk itulah, seorang pendidik harus bisa membimbing seorang anak agar bisa melakukan tugas perkembangan tersebut.

  1. Perkembangan Kognitif

Kognitif berasal dari kata cognition yang memiliki arti luas seperti penataan, perolehan dan juga pemakaian pengetahuan. Seiring perkembangan, istilah kognitif semakin sering digunakan dalam psikologis manusia dan beberapa teori belajar kognitif meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pertimbangan, pemahaman, pengolahan informasi, memecahkan masalah, kesenjangan dan juga keyakinan.

Ranah kejiwaan yang berkaitan dengan otak tersebut juga berkaitan dengan konasi atau kehendak dan juga afeksi atau perasaan yang berhubungan dengan rasa. Seorang pakar dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak yakni Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap yakni sensori motorik, pra operasional, operasional konkrit dan juga operasional formal.

  1. Perkembangan Kognitif Sensori Motorik

Piaget berpendapat jika dalam perkembangan kognitif sensori motorik yang merupakan salah satu dari macam macam metode pembelajaran antara usia 0 hingga 18 bulan atau 24 bulan, intelegensi anak baru akan terlihat berbentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi sensorik. Dalam stadium tersebut hal terpenting adalah tindakan konkrit dan bukan sebuah tindakan imaginer atau hanya sekedar dibayangkan.

  1. Perkembangan Pra Operasional

Stadium pra operasional lebih kurang antara usia 18 bulan hingga 7 tahun yakni salah satu dari macam macam gaya belajar dimulai dengan penguasaan dalam bahasa sistematis, permainan simbolis, imitasi atau tidak langsung dan juga bayangan dalam mental. Segala proses ini memperlihatkan jika seorang anak sudah bisa melakukan tingkah laku simbolis dan anak tidak lagi bereaksi langsung pada stimulus namun akan terlihat juga sebuah aktivitas internal. Seorang anak nantinya sudah mulai bisa untuk berpura pura dimana ia sudah mulai bisa untuk memunculkan situasi yang tidak secara langsung ada. Seorang anak juga sudah mulai bisa untuk menirukan tingkah laku yang sedang dilihat atau imitasi dan juga apa yang dilihat satu hari sebelumnya atau imitasi tertunda.

  1. Perkembangan Operasional konkrit

Perkembangan operasional konkrit antara usia 7 hingga 11 tahun bisa terjadi ketika anak yang berpikir sudah harus menyelesaikan sebuah masalah sehingga ia akan langsung memasuki masalah tersebut. Anak akan mencoba beberapa cara untuk menyelesaikan secara konkrit yang kemudian akan dilanjutkan dengan melihat akibat langsung dari usaha yang dilakukan dengan cara menyelesaikan masalah menurut psikologi tersebut.

  1. Perkembangan Operasional Formal

Perkembangan operasional formal yang dimulai dari usia 11 tahun merupakan periode terakhir dari perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Dalam tahap ini, anak yang berusia 11 tahun dan sudah memperlihatkan ciri ciri pubertas serta berlanjut sampai dewasa memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak, menalar secara logis dan juga menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahap ini, seorang anak juga mulai bisa memahami bukti logis, cinta dan juga nilai.

  1. Perkembangan Sosial dan Moral

Pendidikan yang dilihat dari segi psikososial atau kejiwaan masyarakat merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan sumber daya manusia lewat proses hubungan interpersonal atau hubungan antar pribadi yang berjalan dalam lingkungan masyarakat terorganisasi dan dalam hal ini adalah masyarakat pendidikan dan juga lingkungan sekolah. Seorang siswa nantinya akan menggantungkan respon pada guru pengajar dan juga teman sekelas. Sedangkan untuk positif atau negatifnya persepsi siswa pada guru dan teman nantinya akan berpengaruh pada kualitas hubungan sosial para siswa dengan lingkungan sosial kelas dan juga lingkungan sekolah.

Seperti pada proses perkembangan lainnya, proses perkembangan sosial dan moral siswa akan selalu berhubungan dengan proses belajar dan kualitas hasil perkembangan sosial siswa akan sangat tergantung pada kualitas proses belajar khususnya belajar sosial siswa tersebut baik di lingkungan sekolah atau lingkungan lain yang jauh lebih luas. Ini mengartikan jika konsep dasar belajar dalam psikologi pendidikan sangat menentukan kemampuan siswa untuk bersikap dan berperilaku sosial yang sesuai dengan moral, moral tradisi, agama, moral hukum dan juga norma moral lain yang berlaku di masyarakat siswa tersebut.

  1. Perkembangan Belajar Siswa

Perkembangan belajar siswa menjadi hal yang sangat penting untuk menunjang tujuan dari pendidikan yakni menjadikan seorang anak cerdas dan berPancasila. perkembangan belajar siswa tersebut meliputi perkembangan aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor.

  1. Perkembangan Aspek Kognitif

Aspek teori belajar kognitif dalam pendidikan adalah aspek yang berhubungan dengan pengetahuan yakni kegiatan belajar mengajar memiliki tujuan untuk menambah tingkatan pengetahuan dan juga wawasan siswa pada materi belajar yang sedang disampaikan. Aspek kognitif ini bisa ditelusuri dari sebuah keadaan dimana siswa memperoleh pengetahuan tambahan dari yang sebelumnya tidak diketahui dan menjadi tahu, dari yang tidak mengerti sampai akhirnya mengerti.

  1. Aspek Afektif

Aspek afektif dalam pendidikan adalah aspek yang berhubungan dengan perasan. Ini mengartikan jika materi pelajaran yang disampaikan akan direspon siswa dengan banyak ekspresi yang mewakili perasaan mereka. Sebuah pelajaran tertentu bisa saja menimbulkan perasaan senang, sedih dan ekspresi lainnya tergantung dari macam macam kecerdasan yang dimiliki. Jika secara konseptual dan emprik diyakini jika aspek afektif memiliki peran penting pada tingkat kesuksesan seseorang untuk bekerja dan juga kehidupan secara menyeluruh.

Keberhasilan dari belajar kognitif dan psikomotorik nantinya akan terpengaruh dengan kondisi afektif siswa. Seorang siswa yang memiliki minat belajar dan juga sikap positf pada pelajaran nantinya juga bisa merasa senang untuk belajar tentang mata pelajaran tertentu sehingga hasil yang didapat nantinya juga semakin maksimal.

  1. Pembelajaran Afektif Konsiderasi

Seorang manusia sering memiliki sifat egois, mementingkan, lebih memperhatikan dan juga sibu dengan urusan mereka sendiri. Dengan pemakaian model konsiderasi ini, seorang siswa nantinya akan didorong agar bisa lebih peduli, cara menghilangkan sifat egois, memperhatikan orang lain sehingga bisa bekerja sama, bergaul dan hidup dengan harmonis bersama orang lain. Beberapa langkah pembelajaran konsiderasi diantaranya adalah:

  • Memposisikan siswa pada situasi mengandung konsiderasi
  • Meminta siswa untuk menganalisis situasi agar bisa menemukan isyarat tersembunyi berhubungan dengan kebutuhan, perasaan an kepentingan orang lain
  • Siswa menuliskan respon masing masing
  • Siswa menganalisis respons siswa lain
  • Mengajak siswa untuk melihat konsekuensi dari setiap tindakan
  • Meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.
  1. Pembentukan Rasional

Dalam kehidupan, seseorang akan berpegang pada beberapa nilai yang digunakan sebagai standar untuk semua aktivitas. Nilai nilai tersebut beberapa ada yang tersembunyi dan ada juga yang diperlihatkan secara eksplisit dalam psikologi pendidikan. Selain itu, nilai juga bersifat multidimensional yang terdiri dari sebagian relatif dan juga sebagian absolut. Model pembentukan rasional ini bertujuan agar bisa mengembangkan kematangan pemikiran mengenai beberapa nilai, sedangkan untuk beberapa langkah pembelajaran rasional diantaranya adalah:

  • Mengidentifikasi situasi dimana terjadi ketidakserasian atau penyimpangan sebuah tindakan.
  • Mengumpulkan informasi tambahan
  • Menganalisa situasi dengan terus berpegang pada norma, ketentuan dan juga prinsip yang berlaku dalam masyarakat.
  • Mencari sebuah alternatif tindakan dengan cara memikirkan sebab akibatnya.
  • Mengambil keputusan dengan terus berpegang pada psinsip atau ketentuan legal dalam masyarakat.
  1. Klarifikasi Nilai

Semua orang tentunya memiliki sejumlah nilai jelas ataupun terselubung dan disadari atau tidak disadari. Klarifikasi nilai atau value clarification model adalah pendekatan mengajar memakai pertanyaan atau proses menilai [valuing process] dan juga membantu seorang siswa agar bisa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang mengandung banyak nilai.

Klarifikasi nilai ini memiliki tujuan supaya siswa bisa menyadari beberapa nilai yang dimiliki kemudian memunculkan dan merefleksikannya sehingga bisa lebih terampil dalam bidang proses menilai dengan macam macam riset dalam psikologi pendidikan. Beberapa langkah pembelajaran klasifikasi nilai diantaranya adalah:

  • Pemilihan: Siswa akan mengadakan pemilihan tindakan secara bebas dari beberapa alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan juga beberapa akibatnya.
  • Menghargai pemilihan: Siswa menghargai pemilihan yang sudah diambil sekaligus memperkuat pilihannya tersebut.
  • Berbuat: Siswa akan melakukan perbuatan yang berhubungan dengan pilihannya dan akan diulangi pada hal berbeda.

Jenis Kematangan Psikologi Lainnya

Selain beberapa jenis kematangan dalam psikologi pendidikan yang sudah diulas diatas, masih ada beberapa jenis lain dari kematangan psikologi pendidikan yakni:

  • Pengembangan moral kognitif: Perkembangan moral manusia yang berlangsung dari restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif.
  • Model non direktif: Para siswa yang memiliki potensi serta kemampuan untuk berkembang dengan sendirinya.

You may also like